*di multimedia itu adalah wujud seorang Renata Darwin
Rasa-rasanya kamu tak patut membunuh suara dari hati kecilmu.
Kalau cinta, perjuangkan.
Kalau tak tahu caranya, doakan.
- Fasih Radiana
***
"Apa?" tanya Axel yang langsung memasang muka serius untuk menanggapi cerita dari temannya itu.
Tiba-tiba seseorang menepuk pundak Dion, "Hai sayang!"
"Eh? Lala?" ternyata orang itu adalah pacarnya sendiri, Lala.
Dion langsung menatap Axel dengan tatapan gue-ceritain-nanti dan Axel hanya memasang muka pasrah, karena ia yang harusnya tidak perlu mengetahui kehidupan Renata tetapi malah terbawa suasana temannya yang serba tahu tentang cewek.
Axel yang daritadi hanya duduk manis dan didepannya ada yang sedang berpacaran, ia langsung bangun dari tempat duduk itu. Mungkin ia risih melihat ada orang yang berpacaran depannya, apalagi Dion yang daritadi memberikan gombal-gombal khasnya ke Lala membuat Axel menjadi tambah risih.
"Mau kemana lo?" tanya Dion saat melihat Axel bangun dari duduknya walaupun ia sudah tahu kalau temannya itu risih.
"Cari angin segar," jawab Axel yang langsung meninggalkan mereka berdua.
"Awas masuk angin!" kata Dion meneriaki temannya yang barusan meninggalkannya itu.
Axel berjalan-jalan menyusuri sekolahnya yang ditemani oleh langit sore dan udara yang sudah mulai sejuk.
"Ih itu siapa?"
"Dia anak kelas mana? Ganteng!"
"Eh anjir kok gue liat dia langsung baper,"
"Aduh siapa sih namanya?"
"Dia kelas 12 kali ya?"
Kata-kata itu terlontar dari cewek-cewek yang melihat Axel sedang menyusuri sekolah, mungkin kalau Dion berada di posisi Axel sekarang ia langsung menjadikan semua cewek yang barusan memujinya itu jadi pacar. Beda dengan Axel, ia memilih untuk berjalan dengan santainya tanpa menanggapi pujian-pujian itu yang sedikit terdengar olehnya.
***
Renata terbangun dari tidurnya, ia langsung mengecek HP-nya yang notifikasinya sudah menumpuk, namun ia tidak menghiraukannya. Renata langsung menuju sofa hitam kamar asramanya dan membakar sepuntung rokok miliknya lalu menghisapnya.
Seketika di meja kamar mereka ada sebuah kartu berwarna biru tua yang bertuliskan 'Room 998' dan ia sangat ingat kalau kartunya itu ada di dalam kamarnya, "Anak bodoh, ninggalin kartu sembarangan."
Ia segera menuju kamarnya lalu mengganti pakaiannya dengan kaos putih polos dan celana jeans selutut, ia bertekad untuk keluar sebentar mencari udara. Mungkin ia bertemu dengan teman sekamarnya, sehingga ia bisa mengembalikan kartunya.
Lorong asrama terasa begitu sepi karena anak-anak kelas 10 sedang berlalu lalang di lingkungan sekolah, mungkin hanya seorang Renata yang sedari tadi mendekam di kamarnya. Gadis itu langsung turun ke lantai bawah menuju kantin sekolah.
Tiba-tiba ada notifikasi yang masuk secara terus menerus yang membuat Renata langsung membuka aplikasi line untuk mengecek notifikasi tersebut.
Malik: Ren dimana lu?
YOU ARE READING
My Worst Roommate
RomanceKisah dua orang remaja yang ditempatkan di dalam satu kamar asrama di sekolahnya. Kamar yang satu-satunya diisi oleh satu siswa dan satu siswi perempuan, tidak seperti kamar lainnya yang diisi bersama gendernya masing-masing. Axel dan Renata, dua re...