"Nanti aku yang anter pulang"
***
"Kamu udah deket sama Rio?" tanya Hendra di sebrang sana lewat telfon. Aku males. Semenjak aku putus, Hendra selalu chat aku dan berusaha membicarakan banyak hal yang mungkin aku bisa merespon. Tapi nyatanya tidak. Aku hanya tidak tertarik. Dan siang ketika aku pulang untuk makan sebelum harus balik lagi latihan Hendra menelfon tiba-tiba.
"Ngga. Siapa bilang" Jawabku.
"Bales lineku dong ver,"
"Aku mau latihan. daaah"
Ini adalah hal yang paling tidak aku sukai seumur hidupku. Aku bingung untuk bersikap sopan kepada pria. Banyak temanku bilang aku terlalu jahat entah karna cuek atau jutek. Tapi memang benar. Bukan hanya Hendra yang seangkatan denganku, Kak Ari, Julian, Bagas, Kak Wijaya atau siapapun itu tidak segan-segan aku delete chatnya dan mengabaikan secara kasar.
Aku punya alasan untuk ini. Aku sebagai wanita tidak ingin dianggap mudah, dan tidak dengan seenak hati juga aku melupakan Satya secara cepat. Perlu waktu dan prosesnya. Kalaupun aku merespon, aku tidak pernah ada momen dengan mereka, belum ada chemistry. Kalaupun aku melakukannya, aku hanya akan seperti gadis kesepian dan memerlukan perhatian. Tidak. Dengan tegas aku katakan, bukan dengan cara begini.
Dan sekali lagi aku bisa utarakan, bahwa ketika orang-orang yang mencoba mendekatiku, rasanya malas untuk menoleh dan aku selalu memberi isyarat untuk 'ga usah sama aku' sebelum lebih jauh dan aku yang menjadi perkara karena terlanjur memberi harapan.
Kepalaku tiba-tiba nyeri lagi ketika latihan. Aku duduk di pojok aula sambil menutup mataku. Berharap nyeri ini hilang secepat mungkin. Aku Tiba-tiba merasakan badanku tertarik dan disenderkan ke tubuhnya. Iya. Rio. Rio datang dan meletakkan lembut kepalaku di pahanya. Tangannya menuju ke kepalaku dan mulai memijat lembut.
"Makanya makan dulu sebelum latihan" aku diam. Aku bisa merasakan ketenangan dari kegundahanku tadi. Tubuhku seraya aman didekatnya. "Kalo sakit kan jadi rugi sendiri" lanjutnya.
"Makasih"
"Nanti aku yang anter pulang"
Latihan berakhir, tapi tidak untukku. Kak Intan ingin memberi pengarahan dan final rapat sebelum hari H nanti sehingga selesai latihan kali ini diadakan rapat panitia kecil untuk mengevaluasi latihan-latihan kemarin. Semuanya sudah kumpul selesai latihan tepat pukul sepuluh malam di sekolah. Para pemain sudah pulang tetapi panitia inti tetap tinggal. Aku menyuruh Rio pulang duluan karna aku tau betul rapat ini lumayan lama.
"Aku rapatnya lama. Kamu pulang duluan aja"
"Aku tungguin kamu"
"Gak usah, duluan aja. Nanti kamu capek"
"Kamu lebih capek"
"Verrrr sini" Kak Nadin memanggil untuk aku ikut berkumpul disana. Rio senyum dan menggerakkan kepalanya ke arah panitia kumpul memberiku tanda agar aku segera bergabung kesana.
Rio duduk sendiri di luar aula sementara aku rapat di dalam. Rio menungguku hingga aku selesai dan mengantar pulang. Dan seperti biasa, Rio selalu menyuruhku makan dulu.
Hari sudah larut malam. Sepulang dari Rio mengantarku, aku mencoba menghubunginya. Memastikan Rio selamat sampai rumahnya.
Aku : Makasih ya. Hati-hati sampe rumah
KAMU SEDANG MEMBACA
Kopi Buat Bulanku
RomanceJika cinta dan semesta bisa dikolaborasikan, semuanya akan lebih indah dari apa yang pernah kau bayangkan. Ketika kau mencintainya, saat itu juga kau harus menerima semestanya. Karna cinta bukan hanya soal mengerti dan percaya. Tapi cinta lebih kepa...