Hangat

49 2 0
                                    

PART 03

Haruna POV

"Kenapa kok pin saya nggak di confirm?"

DEG!

Suara itu...

Aku -yang masih sibuk menyisir- terdiam. Oh my God!! Kenapa dia udah datang sih?! Disaat masih terlalu pagi untuk manusia muncul di wilayah kampus angker ini! Bahkan aku meninggalkan Lissa yang tadi masih di alam mimpi untuk duluan ke kampus.

Perlahan aku menoleh. Disana, di depan pintu ruang Sentra, Hadi berdiri dengan santai disertai senyum yang dihiasi dua lesung pipitnya.

Manis. Satu kata itu terlintas dalam pikiranku. Hari ini dia memakai kemeja berwarna biru dengan motif kotak dan celana formal berwarna hitam. Entah kenapa, aku melihat aura seorang lelaki dewasa, merasa seolah ia adalah sosok yang bisa melindungi seseorang.

Dramatis sekali pikiranku.

Hadi berjalan mendekat. Langkah demi langkahnya serasa seirama dengan detak jantungku.

Deg. Deg. Deg.

Aku rasa aku udah mulai gila.

Aku berusaha menampilkan senyum ramah. Namun sepertinya gagal dan malah terlihat meringis layaknya orang sakit gigi.

Dan memang dalam hati aku meringis!"

Eh, mas Hadi udah datang. Mau minum kopi?"

Bah! Basa-basi kali kau Na!

Kulihat Hadi melangkah dan duduk tepat di bangku di depanku. Dia tersenyum lagi. Dan kembali dua lesung pipit itu tercetak jelas di kedua sudut bibirnya.

Ugh! Aku benci senyum-nya yang manis itu.

Benci karena itu mempengaruhi kesehatan jantungku.

Ku alihkan pandanganku darinya ke sembarang arah. Kemana saja asal jangan ke duplikat Harry Potter di depanku ini.

"Apa disini menyediakan kopi? Ruangan ini tidak terlihat seperti Café Shop."Ia tersenyum miring."

Apa yang dia maksud adalah kami menjual kopi disini? Di ruang sentra yang penuh dengan lembaran peta dan buku? Dia sudah gila.

"Err.... Maksud saya, jika mas Hadi memang ingin minum kopi, saya bisa pesankan di kantin. Nanti mereka akan mengantarkannya kesini."

Dia manggut-manggut.

"Tidak perlu. Saya tidak terbiasa meminum kopi instant."jelasnya.

Seketika aku menyesali tawaranku padanya tadi.

Memutuskan untuk tidak memperdulikan dia lagi, aku duduk di kursi-ku yang biasa dan mulai mengetik di laptop yang sudah ku nyalakan dari tadi. Berusaha fokus cerita yang ingin ku tulis.

Mimpiku adalah menjadi seorang penulis novel dan skenario. Terdengar lucu memang untuk seorang mahasiswa yang berlajar ilmu pendidikan sepertiku, dimana nanti aku seharusnya menjadi seorang guru, mendidik anak-anak di sekolah, berbagi ilmu dan pengalaman untuk membentuk anak bangsa agar bisa membangun negara menjadi lebih baik di masa depan kelak.

Tch! Bahasaku udah seperti politikus saja. Tidak cocok sama sekali.

Namun, bagiku, berbagi ilmu dan pengalaman tidak harus menjadi pengajar yang berdiri di depan kelas, dan terkadang memberi materi sambil berteriak-teriak untuk mengalahkan suara gaduh para siswa. Belum lagi harus menyusun Silabus dan RPP serta perangkat pembelajaran lainnya. Ditambah lagi terkadang digoda oleh beberapa siswa lelaki yang jarak umurnya 5 tahun lebih muda.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 27, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HaRuNa (Hadi❤Runa❤Naufal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang