C : Cicak

213 31 2
                                    

Sejujurnya, Jihoon suka sekali dengan mata pelajaran Biologi. Menurutnya, Biologi itu menyenangkan dan tidak menghabiskan banyak energi untuk berpikir. Dibandingkan dengan kimia dan fisika, atau mata pelajaran sejenisnya yang rasanya membuat kepalanya seakan ingin pecah dengan rumus-rumus yang sedemikian sulit untuk dinalar, Biologi menjadi satu mata pelajaran favoritnya setelah Bahasa Inggris dan Seni.

Meski begitu, sebetulnya ada satu-dua hal yang membuat Jihoon sedikit banyak begitu ingin menghindari kelas ini. Tau apa itu?

Yap, praktikum. P – R – A – K – T – I – K – U – M.

Bukan masalah jika itu praktikum mengamati bakteri, tumbuhan, bahkan golongan darah—meskipun sejujurnya Jihoon benci sekali dengan yang namanya cairan merah tersebut. Jihoon tidak begitu khawatir jika itu serangga, seperti semut, capung, belalang, atau kecoa—ups, yang ini Jihoon tarik, ia lebih memilih absen daripada harus melakukan praktikum dengan kecoa. Namun, ada hal lain juga yang Jihoon benci. Binatang melata.

Bel terakhir baru saja selesai berdentang, menandakan telah berakhirnya mata pelajaran Biologi bersama Kim-seonsaengnim, sekaligus kegiatan sekolah hari ini. Jihoon yang duduk di deretan kedua barisan depan, menelungkupkan wajahnya di antara kedua lengan dan menghela napas keras-keras. Tidak habis pikir, bagaimana dengan nasib praktikumnya. Kim-ssaem baru saja mengumumkan akan melaksanakan praktikum besok untuk pengambilan nilai sebelum tengah semester. Bukan soal apa, praktikum kali ini adalah tentang kingdom animalia, meneliti struktur tubuh berbagai jenis hewan mulai dari katak, belalang, ikan, dan cicak. Bagi Jihoon ini artinya neraka, karena sialnya, kelompok praktikumnya mendapat cicak untuk dianalisis. Ada tiga orang gadis dan dua pemuda dalam kelompoknya—termasuk Jihoon sendiri. Jangan tanya bagaimana kelompoknya. Tiga gadis yang manja dan senang bermain di mall tidak akan membawa harapan apapun, begitu juga dengan Lee Chan—laki-laki lain yang ada dalam kelompoknya. Uhh, rasanya Jihoon ingin menangis saja.

Cukup lama ia bertahan dengan posisinya, tiba-tiba bagian belakang kepalanya terasa berat dan hangat. Dengan sebesit rasa penasaran, Jihoon mendongak untuk mendapati wajah yang cukup familiar di hadapannya, tengah tersenyum dengan barisan gigi yang terlihat rapi.

"Kenapa, Jihoon hyung?"

Jihoon mengerjap beberapa kali, sebelum tersadar dalam sekian mili detik bahwa pemuda di depannya adalah adik kelasnya. Ekspresinya seketika berubah, dengan bibir bagian bawah yang sedikit maju—Jihoon memanyunkan bibirnya.

Jinyoung, adik kelas yang duduk di hadapan Jihoon, hanya melempar senyum gemas, walaupun di dalam hati rasanya ingin berteriak histeris dan segera memeluk Jihoon yang sedang lucu-lucunya. Tapi itu tidak mungkin, Jinyoung mungkin akan ditendang hingga ke lapangan basket jika berani melakukan itu di tempat umum.

"Besok akan praktikum Biologi," Jihoon mulai menyuarakan keluh kesahnya.

Ah, apa kalian bingung kenapa Jinyoung yang merupakan adik kelasnya saat ini ada di kelas Jihoon? Itu karena kelas mereka memang berdekatan—hanya berselisih tiga kelas di lantai satu, karena kelas Jihoon adalah kelas pertama di tingkat tiga yang menggunakan bekas kelas tingkat dua yang tidak lagi terpakai karena sekolahnya melakukan pengurangan kuota siswa baru di tahun angkatan Jinyoung. Baiklah, ini tidak begitu penting.

"Hm- lalu?" Jinyoung memusatkan pandangannya pada sepasang mata Jihoon yang terlihat selalu berbinar bagaimanapun kondisinya—yah, sebenarnya ia sedang berusaha mengalihkan fokus dari bibir Jihoon yang terlihat lebih merah dari biasanya.

"Praktikumnya cicak,"

Kini Jinyoung sedikit mengerutkan keningnya, 'ya lalu kenapa kalau praktikumnya tentang cicak?'

Highschool 《 Jinyoung, B. × Jihoon, P. 》Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang