Jinyoung berulang kali melirik arloji yang melingkar di lengannya. Masih pukul dua kurang lima belas menit. Artinya masih lima belas menit lagi sampai seseorang yang ditunggunya selesai.
Tak selang berapa lama, terdengar sedikit suara gaduh dari dalam ruangan di dekatnya, mungkin sudah selesai dengan kegiatan mereka. Lelaki itu menyedot sisa jus terakhir di gelas yang ia pegang, lalu beranjak dari posisi duduknya menjadi bersandar pada dinding di sebelah pintu.
Tak sampai tiga menit, pintu terbuka lebar memperlihatkan sesosok wanita paruh baya yang tersenyum ke arahnya.
Jinyoung membalas senyum wanita itu serta sapaan ramah, "Selamat siang Jung-seonsaengnim!"
Tepat setelah wanita itu berlalu dari pandangan Jinyoung, terasa seseorang menepuk pundaknya.
"Jinyoung-ie, maaf, apa sudah lama menunggu?"
Seorang pemuda dengan perawakan mungil—namun sedikit lebar—berdiri di depan pintu tanpa menatap Jinyoung, karena masih sibuk menarik resleting tasnya. Merasa tak mendapat respon dari sang lawan bicara, lelaki itu mendongak setelah selesai dengan aktivitasnya, "Wae? Kau marah?"
Jinyoung tersenyum kecil, "Tentu tidak, mana mungkin aku bisa marah dengan Jihoon hyung."
Jika kalian bertanya-tanya siapa Jihoon, maka jawabannya adalah ia seorang kakak kelas di sekolah Jinyoung yang saat ini sebenarnya berstatus sebagai kekasihnya. Dan apa yang sedari tadi dilakukan oleh Jinyoung adalah menunggu Jihoon-nya yang sedang mengikuti kelas tambahan untuk pergi bersama. Hey—ini hari Sabtu, dan akhir minggu itu artinya kencan!
Jihoon mengangguk beberapa kali, lalu menarik lengan Jinyoung untuk menjauh dari kelasnya. Sekedar informasi saja, posisi mereka sedari tadi sebetulnya menghalangi siswa lain yang ingin segera pulang.
"Jadi, kita mau ke mana? Tadi malam kau bilang ingin mengajakku pergi."
Jihoon membuka suara di tengah langkahnya—dan Jinyoung—menuju parkiran sekolah. Well, memang Jinyoung sudah sering membawa kendaraan ke sekolahnya, toh hal itu juga tidak dilarang oleh pihak sekolah. Namun Jinyoung bergerak cepat menghentikan langkah Jihoon, "Eum, hyung, aku tidak bawa motor hari ini. Kita naik bus saja ya?"
Awalnya Jihoon mengernyit bingung, tumben sekali, pikirnya.
'Mungkin disita?' Jihoon mengedikkan bahunya acuh, tak ingin mengambil pusing, toh pergi dengan bus pun bukan masalah sebetulnya, ia masih ingat di pemberhentian mana ia harus turun untuk sampai ke rumah.
"Baiklah," jawaban Jihoon membuat Jinyoung tersenyum lega, dan melanjutkan langkahnya menuju gerbang sekolah—untungnya tempat parkir kendaraan memang searah dengan gerbang sekolahnya.
"Eum—dan sebetulnya, hyung, aku juga tidak tau ingin pergi ke mana."
Jinyoung melepaskan gandengan tangan Jihoon, dan menggaruk bagian kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. Ucapan Jinyoung menghasilkan tatapan bingung dari Jihoon, "Lalu kita mau ke mana?"
Jinyoung menyengir lebar, "terserah hyung saja, memang niatku hanya ingin mengantar hyung saja sih sebenarnya. Hyung ingin ke mana?"
Sementara Jihoon hanya menghela napas. Padahal sejak semalam ia sudah berharap Jinyoung akan mengajaknya ke taman ber—eh apa yang ia pikirkan sebenarnya?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Highschool 《 Jinyoung, B. × Jihoon, P. 》
FanficHanya kisah -coret-kasih-coret- klasik sepasang anak SMA. Wanna One Bae Jinyoung × Park Jihoon ⚠ Boys love / bxb ⚠ ⚠ Drabble / One shot collections ⚠ ⚠ Bahasa kadang baku, kadang semi baku ⚠ Silent readers nuguseyo?