set

33 5 7
                                    

"Maukah kau jadi pacarku?"

Mingyu menatapku makin serius. Tatapan yang terlalu serius hingga ku tidak bisa menatapnya. Takut, gugup, bingung menyelimuti tubuhku. Bukankah ini terlalu cepat? Tidak, tidak mungkin. Dia pasti sudah punya pacar.

"Baiklah kalau kau belum mau jawab"katanya.

"Terima kasih kau telah mengertiku."

"Memang seharusnya aku mengertimu." jawabnya sambil memberi senyum andalannya. Tetapi, kali ini berbeda. Ia menoleh ke arahku sambil memegang tempurung kepala bagian belakang dan memberikan wink padaku.

 Ia menoleh ke arahku sambil memegang tempurung kepala bagian belakang  dan memberikan wink padaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





🌹🌹🌹

Wonwoo POV

Aku hanya merenung sambil melihat pemandangan di luar melalui kaca jendela dikamarku.

Sepertinya usahaku tidak akan sia sia. Mendekatkan adikku dengan adik kelasku bukan hal yang buruk, kan?

Mereka terlihat baik baik saja tanpaku. Bahkan sepertinya mereka melupakanku.

Ah, sepertinya aku berlebihan. Akhirnya mereka sampai.

/tingtong/

Bel pintu rumah pun berbunyi. Aku segera turun untuk membukakan pintu.

Deg.

Ternyata itu bukan mereka.

"Ada apa?"tanyaku sedingin mungkin.

"Bogoshipeoyo."katanya sambil menangis.

Aku terdiam membeku.
Sebenarnya rasa itu masih ada.

Entah siapa yang mengajarkannya menjadi tidak sopan. Ia langsung masuk kedalam rumahku dengan santainya. Manusia gila. Bahkan aku pernah tergila-gila pada makhluk gila yang bernama Jennie itu.

"Aahh... rumah ini masih sama.." katanya sambil melihat sekeliling lalu menghapus air matanya.

Ia duduk di sofa ruang tamu lalu menepuk nepuk tempat disebelahnya sambil menatapku. Aku langsung duduk dimana ia menepuk bagian sofa tadi.

Kami berbincang bincang cukup lama. Setiap menitnya membuat rasa itu tumbug lagi. Tapi, aku tidak akan membiarkan itu semua terulang lagi.

Dulu, aku dan Jennie sempat berpacaran selama 4 tahun. Cukup lama bagi seorang murid. Pada saat pertama kali berpacaran, aku masih duduk dikelas IX. Aku ingat sekali kita berada disatu kelas, dan juga disatu meja. Eum, maksudku bukan satu meja, lebih tepatnya bersebelahan.

Ex(ist) • KMGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang