Serpihan 5

73 14 8
                                    

"Karna cinta bukan hanya menyentuh dengan kata - kata bukan pula menyentuh dengan tangan tapi biarkan hati yang senantiasa memeluknya dan rasa yang harus merabanya"

*Sekolah....

Meski bibir ini tak berkata..
Bukan berarti ku tak merasa ada yang berbeda di antara kita..
Dan tak mungkin ku melewatkanmu hanya karna diriku tak mampu untuk bicara..
Bahwa aku inginkan kau ada di hidupku..

Begitulah lantunan lagu yang dari tadi berdentum di aerphone yang ku pakai mengiringi langkahku ke kantin. Tempat yang paling menyenangkan untuk seluruh siswa yang punya napsu makan kayak oger.

Ternyata aku dan Jessy di sambut oleh dua mahkluk yang dari tadi melambai - lambaikan tangannya ke arahku.

Delima dan jack pasangan yang serasi menurutku tapi mereka tak mau mengakuinya katanya mereka tak ingin berurusan dengan cinta tapi jujur pasti mereka punya rasa yang sama.

"Weh.. kalian udah ada di kantin aja nih kayaknya kita ketinggalan moment romantis kalian ya Jess ?". Candaku pada Jessy dan membuat semuanya tertawa.

"Sya aku dan Jaka Tingkir ini tak mempunyai hubungan apapun iya kan ?". Ima mulai melakukan pembelaan terhadap statusnya.

Sebenarnya Jack itu hanya panggilan. Semua orang memanggilnya jack kecuali Ima yang memanggilnya dengan nama asli yang menggelikan "Jaka" wkwk geli ga sih. Entah dari mana nama Jack itu bisa terpublikasikan karena kalau dilihat dari muka sama sekali gak ada bule - bulenya, dia itu murni berwajah Cimahi.

"Oke ladies and gantleman tukang karcis tukang permen sudah lama tak bertemu main bacot seenak muka lu". Cengir khas si jack bikin semuanya pengen muntah aja.

"Ih jack itu pantun macam apa ? Baru denger". Jawabku sambil masih tertawa.

"Iya taun depan mau ikutan ajang ngelawak itu apasih Indonesian idol gitu ?". Jack memang dikenal dengan ke gajeannya yang luar biasa humornya memang di atas rata -rata.

"Bukan ih yang benul itu emm OVJ nah ya kan itu group lawak tuh". Delima selalu mengoreksi semuanya tuhan adil menciptakan jack dan Delima sebagai hiburanku.

"Kalian di kasih makan apa sih sama ema ?". Tanyaku geram.

"Beras". Jawabnya barengan jodoh kali yak.

"Pantesan di kasih beras kalo aku sih nasi". Akhirnya Jessy ambil suara.

"Kalo aku sih no Jess kalo kamu apa ?". Jack mengangkat sebelah alisnya dan menatapku sambil meninggalkan gelak tawa di akhirnya.

"Aku yes deh jack udah lama nggak yes".

Hening sejenak....

Ketenangan yang luar biasa membuatku takut bila tiba - tiba ada bom atom yang memporak porandakan tempat ini kayak di film the transporter yang tadi malam ku tonton.

"Kau tak lupakan apa yang harus kau kembalikan padaku ?". Suara itu sukses membuatku terbombardir.

"Iya aku membawanya, ini bajumu Will". Aku sunggguh tak menginginkan namanya keluar dari mulutku tapi aku tak bisa menahan untuk tak memanggil panggilan lucu itu.

"Oke tapi aku belum selesai dengan semuanya". Ucapannya memperjelas kalau dia menginginkan lebih dari itu.

"Eh ini ada apa sih tegang amat, homaa ! Vano sejak kapan namamu berubah jadi Will ?".

What?

Jackpun tahu siapa dia apakah hanya aku yang tak mengenalnya ?.

"Jack bisa diam nggak ini urusanku dengannya". Aku buru - buru menutup mulut si Jack sialan itu.

28 Tahun Tak TerulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang