ALENKA; 0-1 (Warriors Phillip)

245 12 38
                                    

🍁🍁🍁

Bunyi kembang api serta sorakan heboh dari para penduduk terdengar meriah.

Musik yang dimainkan juga ikut memeriahkan suasana kota Zoru, begitu padat oleh penduduk yang sedang menari. Menggerakan tangan dan kaki secara serempak, baik tua maupun muda turut serta melakukannya.

Inilah kota Zoru. Kota dimana dua kaum bercengkrama dengan baik. Kaum manusia dan makhluk importal, seperti elf, mermaid, werewolf dan angel menjadi satu.

Kota Zoru sudah lama berdiri, dari tetua terdahulu yang dipimpin oleh Raja Jerk. Raja dari kaum manusia, serta Ratu Lafina dari bangsa importal.

Dua pemimpin ini memang sudah lama mendambakan perdamaian bagi rakyat mereka.

Terkecuali bangsa Iblis dan Vampir. Keduanya sangat menentang keputusan tersebut.

Para penduduk yang tadi memadati kota, hingga menutupi pintu masuk ke pusat kota kini menepi. Membentuk barisan rapi, seakan ada tamu penting yang akan berlalu di jalan tersebut.

Tak lama kemudian, segerombolan kereta kuda masuk melalui gerbang utama dan di ikuti oleh beberapa pria berbajuh jirah yang juga menunggangi kudanya.

Sorakan sambutan meriah dari para penduduk, menyambut rombongan para ksatria Zoru.

"Selamat datang ksatria Zoru, selamat datang para warrior Phillip." seraya membunyikan terompet sebagai tanda penyambutan bagi para ksatria Zoru.

"Apa aku terlihat tampan, El? Aku sedikit gugup dipandang para gadis begitu." seraya matanya terus memandang para wanita dengan pakaian yang melekat ketat dan menonjolkan buah dadanya yang besar. Cukup menggoyahkan iman para lelaki.

"Kau terlihat luar biasa, Jures. Dengan wajah lusuh serta pakaian penuh lumpur. Aku rasa akan mendengar desahan liar lagi malam ini." terkekeh geli melihat wajah Jures yang cemberut "kau tenang saja, para gadis itu pasti akan ada yang mau bermain denganmu di ranjang jerami itu meski serupa dengan bibimu yang cerewet itu. Haha...".

"Sialan kau." mendengus pelan, selalu saja teman kecilnya yang hingga dewasa seperti sekarang tetap saja mengejeknya.

"Bisakah kalian diam. Kalian bisa mengacaukan segalanya hanya karena hal konyol." ucap suara datar dan dingin itu, tepat di depan El dan Jures menunggangi kudanya.

"Baik, Kapten." jawab keduanya serempak.

Rombongan ksatria berjalan memasuki gerbang yang terhubung dengan aula utama istana Zoru.

"Stt...kapten Jec menyeramkan sekali,"ucap El sedikit berbisik di samping Jures.

"Kau benar." seraya mengangguk pelan. Dan kembali fokus ke depan menunggangi kudanya.

🍁🍁🍁

"Alen, cepatlah. Aku tak mau kita tertangkap lagi."

"Bersabarlah sedikit. Aku hampir mencapainya."

"Kau benar-benar menguji imanku, Alen." Asta dengan bersusah payah untuk tidak mengarahkan matanya tepat di bokong Alen yang dengan dalamnya yang berwarna putih itu. Ingin sekali aku menyentuh bokong besar itu, pikir Asta.

"Aku mendapatkanya," pekik Alenka kegirangan.

"Yosh...kau bisa diandalkan."

"Ya, aku memang berbakat. Lebih baik kita segera pergi dari sini. Aku tak mau masuk jeruji busuk itu lagi, Menyebalkan."

Alenka segera melompat dari balkon rumah yang tingginya sekitar dua meter itu.

Gadis itu dengan sigap mendaratkan kakinya dengan mulus di atas tanah, sedikit menunging tepat di depan Asta yang melongo karena bisa lebih jelas melihat dalaman Alenka. Menenteng sekarung roti dan buah-buahan di dalamnya.

Asta segera menghampiri Alenka setelah fokusnya kembali.

"Berikan padaku. Kau pasti lelah, aku saja yang membawanya ke markas."Asta dengan cepat merebut karung itu dari Alenka dan menentengnya di pundak.

"Terimak-"

"PENCURI..."belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Alenka dan Asta dikagetkan oleh teriakan dari dalam rumah besar yang baru saja jadi target mereka berdua.

"Ki-kita ketahuan."Asta memandang cemas Alenka.

"PENGAWAL...TANGKAP PENCURI ITU. AKANKU PENGGAL TANGAN DAN KEPALANYA. CEPAT TANGKAP MEREKA."

Alenka yang memang memiliki pendengaran yang tajam,meski dirinya tak memiliki wolf  di dalam tubunya. Bergegas menarik tangan Asta dan merebut karung tadi kembali dari Asta secepatnya. Tentu saja iya tak mau tertangkap lagi karena ulah Asta yang lambat saat berlari. Asta yang seorang manusia biasa, lain dengan dirinya yang seorang werewolf .

"Bisa kau pelan sedikit, astaga kau membuatku gila."

"Diamlah. Aku tak mau tertangkap lagi." Alenka masih terus berlari kencang, menggenggam erat tangan Asta.

Berlari sekencang mungkin, melewati gang sempit. Jalanan yang begitu ramai menyulitkan keduanya.

Asta yang sudah tak sanggup menyeimbangkan kecepatan Alenka, merasakan kram pada kedua kakinya.

Jalan yang mereka lalui mengarah tepat pada gerbang utama Istana Zero.

Banyak yang memandang aneh dan heran pada keduanya. Namun, salah seorang warga meneriaki mereka 'pencuri'. Menyebabkan kekacauan lainnya.

Asta yang sudah tak sanggup lagi mengimbangi Alenka, jatuh tersungkur tepat di depan rombongan kereta kuda.

"ASTA."Alenka dengan segera menghampiri Asta. Menatap khawatir, melihat keadaan temannya itu.

" kau baik-baik saja? Astaga maafkan aku."

"Apa yang kalian lakukan?" teriak dari arah sebrang. Suara tegas dan mengintimidasi, membuat pesta penyambutan dan tarian para rakyat berhenti.

"Apa yang kau lakukan? Kau ingin mati, hah!" ulangnya bertanya dengan penuh penekanan.

***

Sorry gaje, lagi belajar jadi harap maklum.

Saran dan kritik di tunggu ya. Terima masukan kok, tetep di respon juga kalau ada yg tanya ini itu.

Oke sampai jumpa di part selanjutnya.

Salam

Otakuxxx123


ALENKA (Warrior Phillip)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang