Disclaimer Naruto Belongs Only To Masashi Kishimoto
Special Fanfiction for Event 'Sweetest December'
.
.
.
Sinar mentari perlahan terbit, hingga hangatnya mampu menggetarkan hati yang ingin bercengkrama kepada semua insan. Satu persatu kegelepan di tiap sudut bumi mulai terganti karena ada cahayanya. Jendela rumah bergaya sederhana menjadi salah satu jalan masuk bagi mentari pagi yang secara alami dapat menerangi semua ruang di dalamnya.
"Kenapa Hinata masih belum datang, ttebayo?!"
Belasan kali pertanyaan itu terlontar di dalam kamar miliknya. Namikaze Naruto, pria berumur dua puluh lima tahun itu terus saja menggerutu dan merengek karena ketidak hadiran seseorang yang dia puja.
"Naru, kau harus sabar. Mungkin, Hinata sedang ada kepentingan mendadak."
Kushina, ibu biologis dari pria itu tampak lembut dan berhati-hati dalam menyampaikan alasan tentang keterlambatan dari sosok yang anaknya cari. Dirinya terus menanggapi sikap kekanakan dari putra semata wayangnya, yang terbilang telah dewasa.
"Aku tidak mau!!! Aku ingin Hinata, Kaa-chan!!!"
BRUGHH...!!! BRAKK...!!!
Kembali, satu persatu perabotan dalam kamar itu di lempar secara sembarangan. Setiap inci barang di dekatnya menjadi pelampiasan kemarahan Naruto. Ia sangat ingin Hinata ada di dekatnya. Mengamuk adalah pilihannya secara natural karena sedikitnya batas kesabaran yang di emban.
"Naruto .. kumohon jangan seperti ini, Nak." berulang kali kushina berusaha menurunkan tingkat amarah dari anaknya ini. Bujukan dan rayuan, segala cara yang di lakukan tidaklah berhasil agar Naruto mau mendengarkannya. Satu-satunya orang yang mampu meredam emosi Naruto adalah gadis dari klan hyuga itu.
Selama dua tahun ini, Hyuga Hinata bekerja menjadi perawat pribadi untuk anaknya Kushina yang mengidap keterbelakangan mental. Naruto diketahui mengalami autisme sejak usianya enam bulan. Dengan bantuan gadis itu, proses penyembuhan bagi Naruto berangsur membaik.
Kepedulian, kebaikan dan kesabaran yang Hinata berikan membuat Naruto luluh. Ia bisa Lebih bersemangat untuk menjalani hidup. Asal Hinata berada di sampingnya, Naruto akan tenang dan terkendali.
"Hinata, kau kemana sayang? Apa permintaanku waktu itu yang membuatmu tidak ingin kembali ke rumah ini?"
***
Tap Tap Tap
Telapak kaki dengan balutan sepatu sneaker itu terus berlari kencang tanpa henti. Sekuat tenaga walau nafas terengah-engah, gadis dengan mata sewarna rembulan berusaha tiba secepat mungkin ke tempat yang dia tuju.
Sebuah taman bunga di distrik shibuya, tempat ini dikelilingi oleh hamparan gedung menjulang tinggi dan sebagian pepohonan rindang. Disana, ada beberapa wahana permainan untuk anak-anak. Tentu saja, orang dewasa turut meramaikan area sekitar. Hampir semua pengunjung hanya berkelakar atau bercanda ria di sore hari yang terasa sejuk.
"Hinata, akhirnya kau datang juga."
Pria bersurai putih mencolok terlihat bahagia akan kedatangan dari orang yang dia tunggu sejak 15 menit lalu. Dirinya khawatir akan keterlambatan putri sulung keluarga hyuga itu kemari. Toneri, merupakan calon suami dari Hinata. Tinggal satu bulan lagi, sebelum mereka bersama mengucap ikrar pernikahan. Setelah itu, keduanya akan resmi menjadi sepasang suami istri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kebahagiaan Yang Kau Bagi
FanfictieCinta atau Belas kasih ? Tepat di hari ulang tahun, Hinata membagi kebahagiaan miliknya kepada sosok yang dia kasihi. Pengorbanan telah dia pilih. Tidak ada kata penyesalan untuk bisa bersanding dengan pria yang mengidap gangguan mental. Written for...