Tahun baru telah tiba, waktu yang terasa singkat. Rasanya baru kemarin kamu menemuiku, memintaku untuk menjadi pendampingmu. Rasanya, baru kemarin kamu tersenyum, kamu tertawa, membuatku yang melihatnya juga ikut tersenyum dan tertawa.
Tiga tahun sudah, waktu cepat berlalu. Kamu, yang awalnya kubenci, namun kamu juga yang dapat membuatku bisa menjadi diriku sendiri. Kamu baik, ramah, perhatian dan penyayang. Banyak hal yang belum kutahu tentang dirimu. Bahkan sampai saat ini.
Divo. Banyak hal yang pernah kita lalui bersama. Tertawa, tersenyum, menangis pernah kita lakukan bersama.
Terlalu banyak kenangan yang kamu ciptakan, membuatku merasa sulit untuk melupakan. Seperti saat ini, ingin rasanya aku menghapus namamu dari dalam pikiranku. Tapi tak bisa. Kenangan kita terlalu indah untuk dilupakan begitu saja.
Senyummu yang manis, tawamu yang merdu. Sifatmu yang humoris, candaanmu yang garing, tetap bisa membuatku tertawa. Sikapmu yang dewasa, kamu yang romantis. Selalu membuatku susah untuk melupakanmu.
Namun, aku tahu. Aku harus bisa, sedikit demi sedikit melupakanmu. Tapi, bagaimana caranya? Beri tahu aku Divo. Beritahu aku segera.
Pikiranku terpusat pada hari terakhir kita bertemu. Saat itu, hari ulang tahunku. Aku kira kamu lupa. Aku kira kamu mendua. Kutelfon kamu berkali-kali, tetap saja tidak diangkat. Hatiku mulai cemas. Hujan perlahan turun. Perlahan namun pasti, hujan deras turun membasahi bumi.
Divo. Berkali-kali aku menyerukan namamu. Menangis di sudut kamar kostan. Berharap kamu segera datang, memelukku dan menghapus air mataku.
Divo tetap tidak datang. Petir menyambar, seolah saling menyaut. Aku semakin takut. Aku benci petir, aku benci hujan, Divo. Kamu tahu itu.
Seseorang membuka pintu, aku berharap itu Divo. Dan benar, orang itu kamu, Divo. Kamu memelukku erat, sangat erat. Aku tak pernah bisa merasakan firasat buruk malam itu.
Saat itu kamu tersenyum, sambil menghapus sisa air mataku. Dengan wajah konyol, kamu menyanyikan lagu ulang tahun untukku. Kamu tahu Divo, saat itu kamu sukses membuatku menangis karena bahagia. Sungguh, aku benar-benar bahagia malam itu.
Seketika lampu dalam kamar kostanku mati. Aku menjerit, kamu tertawa. Sesaat kemudian, sebuah lilin dan kue terpampang nyata di depanku. Aku semakin keras menangis karena bahagia. Kupukul pelan dadamu, kamu memelukku sembari tertawa.
Kutiup lilin itu, sambil berdoa, semoga kita dipasangkan dalam bahtera rumah tangga. Kamu tahu Divo, aku benar-benar ingin kamu menjadi imamku. Di ulang tahunku yang ke 20 aku menginkan kamu melamarku. Kamu terus tersenyum, lalu mengacak rambutku, membuatku tertawa kecil.
Gitar. Itu kado yang kamu berikan untukku. Kamu yang memang jago memainkannya, memintaku untuk ikut memainkannya. Aku bisa apa selain tertawa saat itu. Aku memelukmu erat, kamu pun sama.
Aku bahagia saat itu Divo, sangat bahagia.
Malam semakin larut. Setelah menghabiskan kue ultah berdua, juga lelah belajar bermain gitar. Divo, pamit pulang. Tentu saja aku tidak mengijinkanmu pulang dulu. Kamu tahu, mengapa alasanku menahanmu sebentar? Karena aku masih ingin kamu berada di sini, bersamaku. Menikmati sisa hari ulang tahunku berdua. Namun, kamu memaksa untuk pulang. Di tengah hujan yang mulai mereda, kulepaskan kamu pulang.
Namun, satu hal yang tidak pernah kusangka sebelumnya.
Di hari itu, kamu pergi. Pergi sejauh-jauhnya. Meninggalkan duka serta luka yang teramat dalam bagiku.
Hari itu, aku benar-benar bahagia sekaligus benar-benar hancur.
Divo, kamu pergi. Kamu jahat.
Tapi kini, aku tahu kamu pergi karena takdir yang telah tertulis. Aku ikhlas kini, Divo.
Andai kamu membaca kisah singkat kita ini, aku hanya ingin kamu tahu. Aku benar-benar mencintaimu. Kata yang tak sering kuucap ketika kita masih bersama.
Namun, kamu harus tahu. Bahwa cintaku tetap untukmu. Hingga kini, tiga tahun setelah kamu pergi. Aku masih mencintaimu. Susah untukku melupakanmu. Butuh waktu. Kumohon Divo, beri aku waktu untuk melepaskan cinta yang telah berakar ini.
Untukmu yang tlah pergi jauh.
Divo Aryasetya.
***
The first story. :)
01-05-18
![](https://img.wattpad.com/cover/132310656-288-k382206.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepenggal kisah
Krótkie OpowiadaniaHanya berisi lima buah oneshoot dengan tema berbeda.