Kencan

11 1 0
                                    

"Co, aku dapet investor!!" akhirnya, kata-kata itu keluar dari mulut Alan. "serius?!" teriakan dari sisi seberang yang menggenggam ponsel. "Iya Co, hari ini aku kosong, mau kencan?" Coco menanti-nanti hari ini, akhirnya dia bisa menghabiskan waktu dengan kekasihnya.
Setelah Coco selesai berdandan masuk telfon dari nomor tak dikenal. "Ya? Ini Coco, anda siapa ya?" ternyata yang menghubunginya adalah Barista penarik hati tersebut, ya siapa lagi kalau bukan Syd. "Kakak, ini aku"
Siapa sangka Syd mengajak Coco bertemu dihari itu juga. "Alan.. maaf tapi apakah tidak apa-apa jika kita jalan dengan salah satu calon artisku?" untung saja Alan sedang dalam mood yang baik sehingga ia setuju-setuju saja dengan Coco.
Sesampainya disana, Alan mengajak Coco makan di tempat yang baru dibuka dengan harga yang tidak main-main. "Kenapa ngajak kesini Alan? kita kan bisa makan di tempat biasa" Alan tersenyum dan menggenggam tangan Coco diatas meja berbalut kain putih. "Apa salahnya sih mengajak pacarku ke tempat yang mewah?" Coco tersenyum lebar, sudah lama ia tidak melihat Alan menjadi seperti ini.
Disisi lain Syd sedang melihat kesana kemari. "Yang mana sebenarnya tempatnya?" ia segera menghubungi Coco. "Dimana tempatnya?". "Kalau kamu sudah melewati florist yang lumayan besar jalan sedikit lagi dan kamu bakalan melihat restoran yang berwarna hitam dan abu abu" dengan mengikuti perintah Coco akhirnya Syd sampai juga disana.
Saat memasuki restoran tersebut terlihat Coco tengah melambaikan tangan dan itu membuat Syd tersenyum megah. "Wah.. mewah sekali, seperti mengontrak artis internasional saja" perkataan tersebut keluar dari mulut Syd saat sudah menempatkan dirinya di kursi yang tersedia. Syd lalu mengulurkan tangan pada Alan. "Hai, temannya kakak ya?" Alan menjabatnya dengan cukup keras dan melepaskannya, "Pacar" Syd hanya tersenyum masam. "Jadi kamu sudah berfikir tentang tawaranku Syd?" Syd mengangguk-anggukkan kepalanya "yah.. cukup menarik sih kak, dan kaka sedang beruntung akhir-akhir ini aku sedang tidak sibuk" Alan tertawa seakan meremehkannya. "Bocah seperti kamu memangnya sibuk ngapain?"
Namun, Syd tetap melandaskan senyuman manisnya. "Wah.. benar juga haha, tapi usiaku sudah 23 tahun loh bukan bocah namanya" Alan mengangkat alisnya tidak percaya. "Kamu benar 23 tahun Syd?" sahut Coco yang sama terkejutnya dengan Alan. "Ya.. Apa yang salah?" Coco menepuk tangan Syd dan berkata lagi. "Terus kenapa kamu panggil aku dengan sebutan 'kakak' terus, kukira kamu baru saja memasuki umur 20mu" Syd lalu tertawa, disisi lain Alan malah lebih meremehkan Syd yang menurutnya di usia 23 tahun saja pekerjaannya belum matang. "Oh.. jadi kamu 23 tahun dan hanya berperan sebagai Barista di dunia yang seluas ini?" Syd tertawa, seakan-akan ia terhibur dengan pernyataan Alan tersebut. "Ah.. Bagaimana ya menjelaskannya.. tidak semua orang bisa sepertimu dengan pekerjaan yang luar biasa dengan suit yang kelihatan mahal. beberapa orang memilih untuk hidup normal dan sederhana, bahkan ada yang berusaha keras hanya untuk hidup tanpa memandang derajatnya" kata-kata tersebut membuat bibir Alan terkunci hingga pengontrakan selesai.
"Senang bisa bekerja denganmu, semoga kedepannya kinerjamu akan senantiasa dilestarikan di CC entertainment yaa" seru Coco dengan senyuman diiringi jabatan tangannya. "Bikin aku betah disana ya, lain kali kita bertemu tanpa gangguan ya, CEO!" balas Syd, lalu ia keluar dari restoran tersebut.
"Maaf ya Alan, demi pekerjaan kan" Alan hanya mengangguk dan mencoba untuk menahan amarahnya terhadap Syd. "Jadi.. habis ini kita mau kemana?" tanya Coco lagi. "Kamu mau kemana?" Alan balik bertanya. Coco akhirnya mengajak Alan ke taman favorit mereka saat awal-awal pacaran.
"Kamu ingat? disini nih kamu sok-sokan bilang mau ngelamar nanti" Alan hanya tersenyum masam. "Ah.. aku bodoh sekali ya dulu" Coco yang tidak setuju membalas perkataannya. "Apaan sih malah dulu kamu itu lucu, semua perkataanmu itu konyol tapi bikin rindu tau gak?" Alan tidak tahu harus berkata apa dan merasa bagaimana terhadap perkataan Coco tersebut, seperti bersalah namun tak merasa salah.

Alan sedang Bimbang, dan Coco sedang bernostalgia.

Uninvited FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang