Chapter 1 "Usaha Awal"

70 5 2
                                    

Hari ini seperti biasa, aku harus membantu berkebun orang tuaku. Menurut ramalanku, hari ini akan cerah. Suasana yang pas untuk berkebun. Saat ini, aku sedang memetik tomat merah segar yang berasal dari kebun kami. Sejujurnya, aku saat ini sedang berusaha menahan nafsuku untuk tidak tergoda dengan kelezatan tomat ini. Ya, ini karena aku sudah memakan lumayan banyak tomat yang kupetik tadi. Jika tetap kulanjutkan, aku pasti bakalan kena marah.

"Yosh akhirnya aku bisa menahannya sampai akhir."

Saking senengnya aku tanpa sadar menggigit tomat yang kupegang.

"Eh...! Bablas dah, nanggung habisin sekalian aja lah."

Aku menunjukan wajah keterkejutan, dan mungkin ini keberuntunganku, karena mereka tidak akan menyalahkanku untuk sesuatu yang tidak kusengaja.

"Aldy, kamu memakannya lagi?"

Suara ayah yang datang dari belakang mengejutkanku.

"Maaf-maaf aku tadi tidak sadar telah menggigitnya jadi kumakan sekalian.."

Aku menunjukan ekspresiku dengan sedikit bersalah

"Hah, kamu ini! Baiklah ayah mengerti..."

***

Setelah berkebun, aku melanjutkan latihan sihir seperti biasanya. Aku berencana memasuki sekolah sihir tahun depan, em yaitu sekolah yang dikhususkan untuk murid yang memiliki kekuatan sihir, tentunya tidak semua orang bisa. Karena di dunia ini terdiri dari orang biasa dan penyihir. Sirkuit sihir, adalah hal yang membedakan orang biasa dengan penyihir. Karena itu adalah syarat utama untuk pengeluaran sihir.

Sihir sesui perkembangannya terdiri dari berbagai macam atribut. Atribut ialah elemen dasar sihir yang bisa berupa tanah, air, api, angin, kegelapan, dan cahaya. Atribut sihir juga bisa dikembangkan, sesuai kemampuan dari penyihirnya. Sebagi contoh, elemen air bisa dikembangkan menjadi es, api menjadi lava, dan sebagainya. Itu merupakan pengembangan dari atribut sihir.

Selain sirkuit sihir, mana juga merupakan hal penting untuk pengeluaran sihir. Mana juga bisa diartikan sebagai bahan bakar sihir. Kapasitas mana setiap penyihir berbeda, tergantung pengalaman, bakat, dan latihan. Semakin kuat dan praktis sihir dikeluarkan, maka juga semakin banyak mana yang dibutuhkan.

Sebenarnya aku juga memiliki sirkuit sihir, akan tetapi untuk sekarang aku belum mampu mengeluarkan sihir. Oleh sebab itu aku berusaha untuk melatihnya dengan ketenangan dan konsentrasi untuk merasakan energi sihir dan mana dalam tubuh.

Sementara ini aku juga belum tahu, jenis atributku apa. Yah sejujurnya aku mengharapkan memperoleh atribut api, karena akan terlihat keren.

Bukit yang berada di timur desa adalah tempat favoritku untuk latihan.Selain pemandangannya yang indah disini aku juga lebih bisa meraskan ketenangan. Kali ini aku berlatih dengan duduk bersemedi, dan perlahan memejamkan mata. Ketika aku sudah mencapai konsentrasi penuh, disinilah aku bisa merasakan mana dalam tubuh.

Tak beberapa lama, sekilas aku melihat berbagai macam warna. Aku juga belum tahu pasti, itu apa.

"Hmmm...Kurasa untuk hari ini sudah cukup. Tapi warna tadi itu apa? Baru sekali ini aku melihatnya."

Aku membuka mata sembari menggaruk belakang kepala.

Aku segera bangkit dan mengakhiri semediku. Setelah itu, aku mulai untuk latihan fisik dan bertarung. Kali ini aku memulainya dari push-up lima ratus kali, dan lari keliling bukit dua kali.

"498...499...500.. Huh akhirnya kelar juga. Tinggal lari kalau gitu."

Aku mengakhiri push-up dengan badan terlentang di rumput.

Aku mengambil istirahat sejenak, lalu berdiri lagi. Bersiap-siap untuk berlari. Aku pun memulainya.

"Yosh... complite."

Ekspresiku menunjukan rasa lelah dengan muka terengah engah...

"Halo Aldy!!"

Suara yang menghampiriku dari arah desa.

"Halo juga Rey! Apa kabar?"

Aku menanggapinya dengan menoleh ke sumber suara.

"Baik. Kelihatannya kamu habis latihan."

Rey menghampiriku dengan senyum

"Iya, baru saja."

Aku menatap senyum ramahnya terhadapku. Dia itu memang orang baik. Namanya adalah Reyald, tapi dia lebih akrab dipanggil Rey. Rey adalah teman sekaligus sahabatku dari kecil. Dia juga seumuran denganku, dan tak jarang aku barmain dan latihan bareng dengannya.

"Bukankah kau mau berlatih pedang? Kalau begitu aku siap menjadi teman latihanmu."

Dia berbicara sembari memberiku pedang kayu yang dibawanya.

"Ternyata kau bisa tau aja, dan bahkan sudah mempersiapkan pedangnya. Ok bersiap-siaplah."

Dengan cepat aku menyabet pedang yang di julurkan ke arahku.

"Kapanpun aku akan siap."

Kami langsung mengambil posisi dengan sikap kuda-kuda.

The King Of MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang