Chapter 6 "Kutu Buku"

15 1 0
                                    

Untuk saat ini, mungkin materi yang ingin kupelajari adalah tentang sihir dasar. Buku biru bersampul tebal degan ribuan halaman menjadi pilihanku. Satu-persatu halaman kubuka, dan kubaca beberapa bagian yang penting saja. Aku berpikir, akan memakan waktu lebih dari satu hari penuh jika aku membaca semua halamannya. Terlebih lagi aku bukan tipe orang yang suka membaca buku pelajaran.

Waktu terus belalu, rembulan pun semakin bersinar terang di pucuk gumpalan kapas hitam. Angin mulai mengibaskan selambu dari balik jendela, dan membawa sehelai daun menyusup, menghalau pandanganku sesaat. Menyadarkanku bahwa waktu semakin larut. Ditemani lampu temaram kuning, aku mulai mengemasi semua buku yang bersepah di meja belajar.

Sebelum tidur, aku sedikit mengoreksi hal yang tadi kubaca.

Dari beberapa halaman yang kubaca, aku mulai memahami tentang sihir dasar. Ketentuan sihir dasar dalam buku ini hanya memuat tentang enam atribut umum. Penjelasannya adalah, bahwa materi dan pratek sihir dasar dari semua elemen relatif sama, mulai pengeluaran, pengumpulan energi, dan penguatan dasar. Dan masing-masing perbedaannya akan dibahas pada tingkat lanjutan. Serta kelemahan dan kekuatan setiap elemem.

Disini juga memuat berbagai teknik maupun jurus yang dapat dipelajari untuk pemula. Dari ke enam atribut yang dijelaskan, memiliki beberapa persamaan yaitu, sama-sama memprioritaskan mana dalam setiap mantra. Ini karena mana memiliki pengaruh yang relatif besar bagi penyihir, bahkan pemula sekalipun.

Untuk itu penambahan kapasitas mana sangat diperlukan. Dan ini bisa dilakukan dengan berbagai cara. Cara yang pertama adalah latihan fisik, karena dengan melatih fisik, kita dipaksa menggunkan tenaga yang besar. Yang kedua adalah latihan sihir, karena semakin sering kita menggunkan sihir maka semakin terbiasa tubuh kita menggunakan mana. Lalu cara yang ke tiga adalah meditasi, yang dilakukan dengan cara konsentrasi penuh dan menyatu dengan energi alam. Hal yang sering aku lakukan saat di desa.

Walaupun aku tidak membaca semua, tapi aku lumayan paham tentang garis besarnya. Sayang, elemenku tidak termuat dalam buku ini.

Aku sesekali menguap dengan tatapan sedikit sayu. Kumatikan lampu dan hanya menyisakan cahaya rembulan yang menyusup dari sela-sela fentilasi. Tubuhku yang lelah langsung ambruk tersungkur di atas gumpalan kapuk yang sangat nyaman. Tak menunggu waktu lama untukku terlelap tidur.

***

Seperti biasa, aku memulai kegiatan dengan roti bercampur selai madu. Sebuah hal yang cukup sebagai sumber tenagaku di pagi hari. Aku lalu mengemasi beberapa buku pelajaran hari ini. Tak lupa juga mengenakan setelan jas putih garis hitam yang telah menjadi almamater kebanggaan akademi ini.

Aku berjalan menyusuri lorong dan masuk ke kelas. Sedikit sulit bagiku untuk terbiasa menghapal setiap ruangan di akademi ini, karena ukurannya yang sangat luas dan besar. Aku juga banyak melihat siswa-siswa yang lain sedang sibuk dengan urusan mereka masing-masing.

Akhirnya aku tiba juga di depan ruang kelasku. Perlahan aku membuka pintu kayu yang diukir secara detail, dan masuk ke ruangan. Suasana kelas sudah lumayan ramai. Beberapa murid juga membentuk kelompok mereka masing-masing untuk mengobrol. Dan sudah kuduga, bahwa Elyn dan Melody slalu bersama bukan hanya di luar, tetapi juga didalam kelas.

Aku lalu mengambil tempat duduk tanpa mempedulikan pembicaraan mereka berdua yang berada di dekatku.

"Selamat pagi Aldy."

Elyn yang menyadari kedatanganku langsung beralih dari obrolannya dengan Melody. Seakan dia telah sengaja menungguku.

"Pagi." Ujarku dingin.

"Loyo amat, emang abis ngapain?" tanya Elyn penasaran.

"Hoamm... Aku tadi malam gak sengaja begadang untuk membaca buku yang kupinjam kemarin," ucapku dengan nada terseret sembari menutup mulutku yang sedang menguap.

"Whoa, tak kusangka anak dengan penampilan sepertimu adalah seorang kutu buku," ucap Elyn memandang ke arahku dengan menyiratkan senyum manisnya.

"Hmm, aku tak sebaik yang kau kira."

Dikesempatan selanjutnya aku menyandarkan kepalaku di atas meja dengan hawa kehidupan yang sangat tipis seperti daun kering di musim gugur.

Buk!!

Seseorang menepuk punggungku yang mulai tenggelam dalam dunia mimpi.

"Seorang pria seharusnya selalu semangat setiap saat. Dan ada apa denganmu pagi-pagi begini sudah lemes kaya ikan teri kekeringan."

Karena ulahnya, aku sangat terkejut dan kembali menegapkan duduk sembari mencari tahu sosok yang menggangguku.

"Ah Zychoa, mengganggu saja," tukasku sedikit kesal.

Aku memasang ekspresi sedikit marah, tapi entah kenapa semua orang yang terlibat dalam percakapan ini tertawa. Seakan mereka sedang menonton sebuah lawakan.

Beberapa menit kemudian kelas dimulai, dan seperti biasa Bu Takao yang mengisi kelas kami.

***

Ditengah pelajaran, terdengar sebuah suara nyaring yang menyusup ke telingaku. Pertanda pelajaran hari ini telah usai.

Hari ini juga seperti kemarin, aku menuju ke perpustakaan guna melanjutkan belajarku. Hanya saja yang membedakannya adalah, saat ini tidak ada Elyn yang mendampingiku. Dia tadi mengatakan, ada kepentingan keluarga sepulang sekolah.

Aku membaca beberapa buku hingga mentari mulai tergantikan oleh rembulan.

Sekembalinya aku di asrama, aku merasa bosan karena tak ada hal lain yang bisa kulakukan selain membaca buku. Dan juga sekarang masih terlalu dini untuk tidur. Hingga beberapa hal terbesit dalam pikiranku.

"Ini waktu yang tepat untuk bersemedi. Lagipula semenjak aku mulai sekolah, aku belum pernah melakukan latihan rutin."

Aku melipat kedua kakiku dan perlahan mengerjakan mata dengan konsentrasi penuh.

Walaupun aku sering melakukannya, tapi kali ini berbeda. Aku merasakan sensasi sangat tenang dengan penuh kenyamanan. Jantungku pun berdetak lebih teratur. Sedikit demi sedikit aku bisa merasakan energi yang berada di sekelilingku.

Dalam bayangan yang penuh ketenangan, aku melihat beberapa cahaya bersinar dalam langit gelap bak bintang di tengah malam. Cahaya itu memiliki inti dan bagian lain bergerak mengelilinginya seperti sebuah perputaran tata surya.

Tapi pada saat aku akan masuk lebih dalam lagi, perputarannya tiba-tiba pecah dan mengembalikan kesadaranku dengan tubuhku sedikit tersentak. Seakan aku terkena dampak perpecahan energi tersebut.

Aku mengulanginya hingga beberapa kali, tapi hasilnya tetap sama.

Hingga malam pun semakin larut. Dan sejak saat itu akurutin berlatih setiap hari untuk meningkatkan kualitas manaku.    

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 31, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The King Of MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang