Chapter 4 "Atribut Langka"

37 3 0
                                    

Serpihan cahaya matahari pagi menembus cendela, menyinari wajahku. Mengetahui bahwa hari ini adalah hari pertamaku masuk ke sekolah, aku mulai bergegas dan menyiapkan barang-barang yang kuanggap perlu saja. Pastinya tidak lupa aku berpamitan dengan ayah dan ibu. Mereka mengiringi kepergian dengan melambaikan tangan terhadapku.

Akhirnya aku sampai juga. Penjaga yang mengetahui kehadiranku, langsung membukakan gerbang. Seakan mereka sudah menyiapkan sambutannya terhadapku..

"Selamat datang. Kau sudah ditunggu nona Elyn, silahkan masuk!" sambut penjaga.

"Baik, terimakasih."

Walaupun ini kedua kalinya aku memasuki akademi sihir ini. Diriku masih tetap saja takjub terhadap tempat ini. Disela waktu melihat-lihat, mataku tidak sengaja menangkap sosok gadis cantik berambut pirang berdiri di depan gedung utama. Dia masih tetap saja memancarkan pesonanya walau dari kejauhan. Gadis itu tersenyum sembari mengisyaratkan diriku untuk menghampirinya.

"Selamat pagi Aldy. Kukira kau akan terlambat hari ini."

Elyn menyapaku dengan senyuman manisnya.

"Pagi, maaf sudah membuatmu menunggu lama," ujarku sembari mengusap-usap rambut.

"Tidak kok. Kamu datang tepat waktu. Mari aku jelaskan semua sambil mengantarmu ke ruang kepsek."

Aku hanya bisa mengiyakannya, dan mulai berjalan sejajar dengan gadis pirang ini. Dia mulai bercerita bahwa murid baru akan diseleksi untuk mengetahui bakat dan kekuatan sihir mereka. Umur tidak mempengaruhi kelulusan. Untuk fasilitas, makanan, dan tempat tinggal semuanya akan di sediakan oleh pihak sekolah, dan juga akan dibebaskan biaya bagi murid yang berbakat atau memiliki nilai di atas ketentuan.

Mendengar apa yang dia ceritakan aku bisa menarik kesimpulan bahwa akademi ini hanya ingin memiliki murid berbakat tanpa membedakan umur dan status sosial mereka. Aku juga sedikit merasa takut jika akan gagal dalam ujian. Tetapi gadis pirang yang berada di sisiku sangat percaya terhadapku, bahkan jika baru satu hari dia mengenalku.

Kurasa kami telah sampai ke ruang kepsek. Elyn lalu membuka daun pintu jati dengan kedua tangannya, dan menyilahkan diriku masuk. Sesaat diriku masuk aku mendapati seorang pria duduk dengan menghadap meja yang dihiasi oleh tumpukan dokumen. Pria itu saling mengaitkan kedua tangannya yang terpangku di atas meja.

"Selamat datang di Akademi Sihir Allstein. Aku adalah kepala sekolah disini, namaku Louwis Natalion," sambutnya sedikit tersenyum simpul dengan mengejapkan mata.

"Terimakasih sambutannya, namaku Aldy," balasku.

"Hmm ...aku telah mendengar bahwa kamu telah menyelamatkan salah satu muridku. Oleh karena itu, aku akan menjadikanmu murid di sisni sebagai ucapan terimakasihku padamu. Tetapi kau tetap harus lulus dalam ujian terlebih dahulu."

"Baiklah"

"Elyn, antarkan dia ke ruang penguji, dan suruh Bu Naita untuk mengujinya!" ucap kepala sekolah.

"Dimengerti."

Elyn membungkukkan badan dan lanjut keluar untuk mengantarkanku.

Sesampainya ke dalam ruangan, aku melihaat seorang wanita cantik yang sedikit mengekpos lekukan tubuhnya dari cara ia berpakaian. Dia juga memperlihatkan sedikit belahan dadanya. Dari pengamatanku, mungkin orang akan menganggap dia berumur dua puluhan tahun.

"Selamat pagi bu, saya diminta pak kepsek untuk mengantarkan calon murid baru kepadamu,"

"Wah! Jadi dia ya yang telah menyelamatkanmu," jawab seorang gadis yang dipanggil Bu Naita.

"Salam kenal namaku Aldy.

Aku yang memperkenalkan diri dengan sedikit membungkukkan badan. Sesaat sungguh aku tak percaya bahwa dia seorang guru.

The King Of MagicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang