Prolog

102 16 45
                                    

Harris melajukan motor sportnya dengan kecepatan yang santai, pagi yang cerah ini membawanya ke cafe pamannya.

Hari ini adalah hari kedua dia bekerja disana. Dia bekerja disana dengan maksud membantu pamannya yang kehilangan pegawai - pegawainya karna membawa kabur uang pamannya, meski niatnya hanya menolong pamannya namun pamannya tetap menggaji keponakannya walau Harris menolaknya, mau tidak mau Harris menerima saja hitung - hitung menambah uang jajannya dari yang Mamahnya kasih untuk dia.

Mumpung waktu kuliahnya dia ambil jam sore hingga malam dia mengisi waktu kosong pagi hingga siangnya bekerja di cafe pamannya.

Tak butuh waktu lama sekitar 15 menit Harris sampai di cafe pamannya. Harris memarkirkan motornya dihalaman depan cafenya, dia melepas helm yang dia kenakan lalu merapikan kupluk yang sudah terpakai dikepalanya berwarna abu-abu dengan warna senada seperti celana yang ia kenakan, lalu turun dari motornya dan masuk kedalam cafe.

"Assalammualaikum uncle,"

"Wa'alaikumsalam, Harris baru dateng kamu cepat lepas jaketmu lalu pakai apron, sebentar lagi cafe buka." perintah pamannya yang diangguki Harris.

***

Dengan waktu yang bersamaan terdapat 6 wanita muslimah mengenakan baju seragam sekolah putih abu-abunya tengah terduduk di kantin sekolah sebelum jam pelajaran pertama dimulai. Mereka mengambil tempat di pojok kantin yang mentok dengan tembok.

Mereka tengah asik dengan aktivitasnya masing - masing, ada yang sedang menyeruput minumannya, ada yang sedang bermain game di handphonenya, ada yang sedang berkaca di kaca persegi kecil yang selalu dia bawa merapikan jilbabnya, ada yang sedang berselfie ria, juga ada yang lagi chatan entah dengan siapa.

Kesibukan mereka masing - masing terpaksa terhenti ketika salah satu temannya yang sedang berkaca itu menggebrak meja dengan heboh karna ingin memberitahu sesuatu, terkecuali Zasyya yang hanya melirik kearah Rani yang menggebrak meja tersebut, Zasyya masih asik dengan aktivitasnya yang menyeruput es teh manisnya dengan menyenderkan kepala bagian kirinya ke tembok yang ada di samping kirinya.

"Guys kalian tau gak?" Tidak ada yang menyahut, mereka menunggu Rani meneruskan kata - katanya. "Kemaren kan gua, Nurul, sama Salwa ke cafe paman Rully trus kalian tau gak pegawainya itu-" ucapnya dengan sengaja menggantung kalimatnya agar temannya yang lain penasaran.

"Pegawainya kenapa?" Greget Mitha.

"Pegawainya ituuuuu. Ganteng bangetttt," lanjutnya dengan heboh.

"Demi apa?" Sontak Astrid si pecinta lelaki ganteng terikut heboh dengan informasi yang Rani berikan.

"Sumpah demi apapun gantengnya tuh plus plus, tanya Nurul sama Salwa dah kalo lu gak percaya," yakinnya dengan mengangkat jari telunjuk dan tengah ke udara membentuk huruf V.

"Iya ganteng pegawainya, kebule bulean gitu deh," timpal salwa bersemangat.

"Duh gua nyesel deh kemaren langsung balik sama Mitha dari rumah Zasyya." Raut wajah Astrid bersedih.

"Perasaan terakhir kali kita kesono minggu lalu deh, dan pegawainya biasa - biasa aja kan?" Heran Mitha ingin memastikan dengan ucapan teman - temannya.

"Gatau juga deh tapi kemaren tuh pegawainya emang beda dari yang biasanya, kayanya dia pegawai baru." Sahut Salwa meyakinkan.

Nurul yang hanya mendengarkan diam - diam memperhatikan Zasyya yang masih terdiam dan ide terlintas di otak Nurul untuk memancing Zasyya agar menanggapi mereka.

"Eh eh tapi tau gak, pegawai yang baru itu cocok tau sama Zasyya." Mendengar kalimat itu sontak Zassya menegakkan tubuhnya, ia langsung melotot kearah Nurul yang berada tepat dihadapannya, melepaskan mulutnya dari sedotan es tehnya.

"Apaan sih Rul, ko jadi ke gua gua," sinisnya dengan nada tidak suka.

"Santai aja kali Zas, lagian lu gak ada tertarik tariknya sama perbincangan kita-kita," ucap Nurul terkekeh

Zasyya kembali memposisikan tubuhnya seperti tadi dan melanjutkan menyeruput es teh manisnya dengan mata yang menatap kedalam isi gelas es yang dia minum.

Nurul kembali berbicara merasa gedeg melihat tingkah temannya yang satu ini sangat cuek kalo mereka sudah membicarakan sesosok lelaki.

"Kan nih orang malah minum lagi tuh esnya, jelas jelas udah di larang sama mamanya, inget amandel lu Zasyya," ucap Nurul menahan emosinya.

Hening untuk beberapa detik, saat sampainya Nurul lagi lagi angkat bicara.

"Gimana kalo ntar pulang sekolah kita ke Cafe Paman Rully." Usul Nurul yang langsung di lirik tajam oleh Zasyya.

"Kenapa Sya? Ko lu ngelirik gua kaya gitu? Lu gak ada niat makan gua kan? Dan lu pasti ikut kita kan? Yang lain pada setuju kan?" Tanya Nurul berbondong-bondong seakan-akan memojokan Zasyya agar ikut.

"Setuju setuju banget." Sahut Rani antusias "As, Mit, Sal ikut kan? Dijamin meleleh lu kalo liat dia, imut imut emesh gituu." Sambungnya berlebihan dengan wajah di imut-imut kan.

"Ikut lahh." Serempak mereka bertiga.

"Nah ikut semua kan, berarti lu juga ikut kan Sya?" Pertanyaan yang dilontarkan Nurul membuat Zasyya menggelengkan kepala dengan cepat.

"Yailah Zas masa gak ikut sihhhh." Respon Rani dengan wajah sedih.

"Ikut aja sih Sya, deket rumah lu ini." Bujuk Mitha dengan santai.

"Iya sya demi kita kita." Astrid pun ikut membujuk.

"Biasanya aja lu mau mau aja Sya ikut kita kemana mana, kan lu sendiri yang bilang, lu tuh paling males dirumah apalagi ada kakak lu, yakan?" Bujuk Salwa.

"Kan baru minggu kemaren kita kesana masa mainnya kesana lagi sih," Elak Zasyya berusaha menolak.

"Biarin si Sya itung itung kita jadi langganannya paman Rully, kali dapet diskon, hihi." Astrid berusaha membujuk lagi dengan candaan ringannya.

"Lu pikir mall diskon," Mitha menanggapi dengan tawa menghargai.

"Ayo Zas kita liat yang bening bening itu anggep aja surga dunia," Kini Rani membujuk dengan kata yang tidak bisa diartikan.

Zasyya menghembuskan nafas dengan berat. "Oke gua ikut-"

"Yeayy." Serempak mereka berlima.

"Tapi," Lanjut Zasyya yang membuat mereka semua menatap Zasyya dengan serius.

"Tapi apa?" Tanya Rani yang khawatir akan ada syarat yang aneh - aneh dari Zasyya.

"Tapi, jangan ganjen, inget, kita muslimah yang mencoba istiqomah," ya ternyata itulah syarat Zasyya, agar teman-temannya mengingat, bahwa mereka agar tetap istiqomah dalam menaati perintah Allah.

"Iya bu ustadzahhh." Sahut mereka serempak.

-------------------------------------------------------------

Okeeeee Hi guys gimana di prolog? Aneh ya? Ceritanya? Tulisannya? Narasinya? Apalah itu itunya? Pada gak jelas semua, maklum ya penulis baru, punya pemikiran susah untuk nulisnya 😂 maaf kalau bahasanya ora baku atau susah dimengerti, ya you know lah 😂 aku nulisnya juga sambil belajar ko 😂 kalau ada saran, pendapat, atau penilaian atau gimana gimananya comment aja ya, biar aku bisa lebih tau juga 😁

Makasih yang udah luangin waktunya untuk baca, yang udah baca pencet votenya sama commentnya atau disingkat Vomment? Iya kan ya vomment? 😂 oke sekian see you in the next part 👋 BIG LOVE FOR YOU ❤

Salam

Author❤

Salam Alaikum CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang