Dentingan sendok dan garpu menggema diruang makan. Kini Zasyya beserta kedua orang tua juga kakaknya sedang makan malam bersama, sudah tradisi setiap keluarga untuk makan bersama, apalagi ketika keluarga sedang lengkap di rumah.
Ditengah makannya Zasyya terpikir akan cowok pemilik jaket tadi siang saat istirahat di sekolah, a.k.a Yusha. Bagaimana cara dia mengembalikan jaket si empunya? Sedangkan dia saja tidak mengenal bahkan dia rasa baru pertama kali bertemu dengannya.
Memikirkan tentang jaket tadi siang, kini Zasyya teringat juga dengan kejadian kemarin. Jaket dan buku Harris ada pada dirinya. Bagaimana juga cara dia mengembalikannya? Dia tahu harus kemana, namun dia malu untuk ketemu lagi dengannya.
Aisyah yang berada tepat di hadapan Zasyya, memperhatikan putrinya tengah melamun, dan tidak menyuapkan nasi dipiringnya ke mulutnya. "Sya?! Dimakan dong makanannya, biar bisa minum obat," tegurnya.
Zasyya tersadar dari lamunanya. "Ehh, iya Bunda." Sahutnya melanjutkan makannya.
"Obat apa Bun?" Revan bertanya, karena memang dia tidak tahu mengenai putri satunya memiliki obat khusus.
Aisyah menceritakannya dari mulai Zasyya yang berbohong dan menutupi penyakitnya, hingga menjelaskan apa yang dokter muda tadi siang katakan mengenai masalah pada hidung Zasyya.
Mendengar semua tutur istrinya, kini Revan menasehati putri bungsunya itu agar dapat menjaga pola makan dan minuman yang dapat menyebabkan masalah dihidungnya tambah parah. Zasyya hanya mengangguk-angguk sesekali mengiyakan perkataan Ayahnya.
Sedangkan Maulia, kakak perempuan Zasyya, yang memiliki hubungan tidak baik dengan adiknya itu merasa muak dengan semua ocehan, nasihat, dan perhatian kedua orang tuanya terhadap adiknya itu. Sesekali ia mendengus dan memasan raut wajah kesal.
Maulia tidak berhijab berbeda dengan adiknya juga Ibunya. Dan itulah yang membuat kedua saudara itu tidak akur. Mereka memiliki pandangan yang berbeda. Dan itu dimulai ketika Zasyya memutuskan untuk berhijab, Zasyya memang baru memakai hijab ketika masuk jenjang SMA, dan dari saat itulah kedua saudara ini memiliki hubungan yang tidak baik.
Selesai makan, Zasyya beranjak ke kamarnya. Tidak ingin lama-lama di dekat kakaknya itu, hanya akan menimbulkan rasa kesal juga menahan sakit hati jika kakaknya sudah membuka mulutnya.
Setelah meminum obatnya, Zasyya mengeluarkan buku Harris yang kemarin dititipkan Harris ditas. Zasyya melihat cover buku dan terdapat judul bukunya yang berjudul 'Istiqomah'.
"'Istiqomah'? Ngapa nih cowo beli buku ini ya? Buat siapa? Bininya?" Zasyya mengendikan bahunya. Dia duduk dipinggiran ranjangnya dan membuka lembaran-lembaran awal, membacanya sedikit.
“Hijrah itu mudah, yang sulit istiqomah setelah berhijrah”
Kalimat diatas memang tidak bisa dinafikan. Benar adanya, istiqomah tidak semudah awal berhijrah.
Braaaakkk.
Baru membaca beberapa kalimat, konsentrasi Zasyya terpecah karena pintu kamarnya yang dibuka sangat kencang, membuat dirinya terpelonjat kaget.
Zasyya mengalihkan pandangannya ke arah yang membanting pintu kamarnya itu. Benar saja pelakunya si wanita yang selalu ingin ia jaga jarak.
"Drama apa lagi yang lu lakuin kali ini?" Hardik Maulia di ambang pintu.
Zasyya menaikan alisnya sebelah. Apa yang dimaksud kakaknya itu? Drama apa sebenarnya yang di maksud kakaknya?
"Sekarang lu pura-pura sakit biar dapet perhatian ortu lagi, Iya?" Tudingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salam Alaikum Cinta
FanfictionSejak pertemuan paksaan teman-temannya untuk bertemu lelaki pegawai Cafe yang sering mereka kunjungi, Zasyya menemukan hal baru dalam hidupnya. Menutup diri dari laki - laki agar tidak mengalami hal yang sama seperti kakaknya dalam hijrahnya ini, Za...