1

105 6 0
                                    

"ih mamah nya lexa makin kesini makin cantik ya jeng" puji tika, teman se arisan rani.

"bisa aja, itu dimakan loh jeng camilan nya" tawar rani

Kali ini rumahnya ramai karna sedang ada acara arisan bulanan, yang dihadiri pula oleh keluarga besar lexa sekaligus teman rani.

Inilah alasan lexa juga tidak ingin dirumah, karna ia tak suka keramaian.

"Eh jeng, mana anak gadis kamu?" Tanya salah satu teman rani.

"Main jeng, dia bilang mau kerja kelompok sama temen nya." Jawab rani ramah.

Rani sosok mamah yang pengertian, ia tau anaknya tak mungkin benar kerja kelompok. Melainkan menghindar karna ia tak betah di keramaian.

"Itu si gibran sama lexa kalo dijodohin cocok deh jeng" Celetuk Anes, teman se-arisan rani yang berasal dari luar kota. Ia rela jauh datang kemari karna sesekali katanya mengunjungi kota jakarta.

Seketika Rani, Helen dan Dimas yang sedang asyik mengobrol saling melirik satu sama lain.
Rani menyenggol lengan Helen pelan, dan dibalas oleh Helen dengan senggolan di kaki.

Pasal nya memang mereka berniat menjodohkan, tapi terlihat jelas dari gibran yang tak terlalu suka dengan kepribadian lexa yang kasar. Apakah bisa hal ini di lanjutkan?

"Iya lucu ya, nanti judulnya suamiku teman masa kecilku" sahut ibu-ibu arisan yang lain.  semua tertawa mendengarnga.
Termasuk Rani, Helen dan Dimas.

Tok !
Tok!
Tok!

Ketukan pintu yang keras seketika membuat seisi rumah terdiam.
Bukan karna ketukan saja, tapi mereka terkejut karna di depan pintu terdapat seorang ibu dan anaknya yang sedang menangis sesenggukan.

Iya berjalan cepat memasuki rumah dengan emosi yang sedang meluap.

"saya ga mau tau! Kalian harus bertanggung jawab atas apa yang sudah anak kalian lakuin ke anak saya! Liat anak saya babak belur seperti ini!" Maki seorang ibu tak terima melihat anaknya yang pulang-pulang sudah berdarah dan lebam dibagian wajah.

Rani terkejut bukan main, kenapa ada   orang seperti ini yang tiba-tiba kerumahnya?
Ia menghampiri anak tersebut dan segera mengecek luka nya.

"Yaallah kok bisa begini bu!?" Ucap rani panik.

"Kerjaan anak kamu! Saya ga akan tinggal diam saja!" Bentak si ibu.

Semua panik melihatnya. tapi tak termasuk hendra,  papah lexa. Dia sudah tau ini kelakuan gadis nya. Ini memang baru pertama kali ada yang kerumah, biasanya tidak seperti ini. Melainkan orang tua lexa yang sering di panggil ke sekolah karna ulah anaknya. Dan ini yang paling parah.

"Apa lexa yang ngelakuin ini nak!?" Tanya rani makin panik sambil mengelap  darah yang keluar dengan baju nya.

Yah bisa dilihat, sepanik nya rani lebih peduli ketimbang si ibu yang hanya marah-marah tapi acuh dengan darah yang mengalir di wajah anaknya.

Terlihat jelas dimata hendra jika ibu ini sedang membutuhkan uang.

"Iiiiya tan..tan..te" jawab ari dengan gugup, ya Ari namanya. Anak yang dipukuli lexa.

"Dia ganggu gibran mah" Sahut lexa dengan santai nya memasuki rumah.

Drama apa lagi~batin lexa.

Bisik-bisik seisi rumah tak bisa di hindari.

"Kok anak ini santai banget kayak gada salah" Ibu A

"Iya jeng, tapi emang beneran dia yang lakuin ya?" Ibu B

"Pastinya lah, kayak ga pernah denger cerita anak ini aja kalo disekolah kayak gimana" Ibu A

"His masih kecil aja udah kayak gini, apalagi besar nya" Ibu C

"Iya yah, kaya ga di didik orang tua nya" Ibu D

bisik  ibu-ibu arisan, yang terdengar oleh hendra. Tak menanggapi, tapi memang begitu lah sosok gadisnya yang pemberani. Bukan tak di didik, justru hendra sangat mendidik gadis nya untuk membela yang salah. Hanya saja hendra salah mengajarkan, bahwa semua kesalahan tak perlu pakai kekerasan.

"Kamu apain lagi si lexa! Mamah sudah berkali-kali bilang jangan pakai kekerasan itu ga baik!" Maki rani yang amarah nya menjadi-jadi saat lexa datang dengan wajah tak bersalah.

"Ga di apa-apain, emang anaknya aja lebay" jawab lexa santai.

"Heh kamu kurang ajar ya! Masih bisa jawab kayak gitu! Kamu kalau disuruh tanggung jawab juga ga akan bisa! Pasti ngandelin orang tua kamu!" Si ibu juga ikut memaki lexa bahkan ia sengaja mendorong bahu lexa kuat.

Tapi lexa hanya membalas dengan kibasan tangan dibahu nya, ia berpikir tak pantas orang seperti ini menyentuh diri nya.

"Hei! Dasar anak gatau di at-----" Si ibu hendak memukul lexa, tp lexa dengan sigap ingin memukul anak nya juga.

"Berani pukul aku, aku bikin anak ibu gabisa jalan selama-lama nya. Mau?"

Semua  yang mendengar ucapan lexa terdiam tak menduga dg jawaban gadis itu. Dan Ari yang ingin lexa tendang, segera mengumpet di belakang tubuh ibu nya.

"Kenapa? Ga mau pukul aku?" Tantang lexa, membuat si ibu bergidik ngeri lalu menurunkan tangan nya.

"Aku anak yang di didik, papah ngajarin aku untuk membela yang salah. Dan tindakan aku benar"  lanjut nya.

"Tapi lexa ga gini cara nya nak..." ucap rani terduduk lemas dihadapan lexa, karna jujur ia juga lelah menghadapi gadisnya ini yang 11 12 dengan suami nya.

"Ma...mahh. ki...ki taa pulang aja yukk" Ari menarik baju mamahnya dengan gemetar, ia sangat takut berhadapan dengan lexa. Bahkan menatap nya saja ia tak ingin. Dimata nya lexa bagaikan monster.

Ari mengutuk diri nya sendiri yang seharusnya tidak mengatakan bahwa lexa pelaku nya, kenapa tadi dia tak menjawab kalau dia jatuh dari sepeda atau nyungsep di got atau apapun selain berkaitan dengan lexa. Tapi walaupun begitu, pasti mamahnya yang mata duitan ini tak akan percaya juga. Tak sebodoh itu mamahnya percaya dengan bualan si anak.

Toh lexa juga anak orang kaya, bisa di duitin. Pikir mamah ari.

"Tante butuh berapa uang? Dua juta, lima juta, atau sepuluh juta?" Tanya lexa sambil menghitung jari nya.

"Banyak! Biaya pengobatan bisa sampe sepuluh juta! Kamu ga akan bisa selain kamu ngemis sama orang tua kamu!" Bentak si ibu

"Oke, tunggu sini"

lexa pergi memasuki kamarnya dan mengambil beberapa celengan besar yang ia simpan di lemari.

Sebelum kembali keruang tamu, dari sela kamarnya ia melihat mamah nya yang sedang dimaki-maki oleh si ibu, apalagi disaksikan banyak orang termasuk keluarga besar.

Mamah nya hanya bisa menangis dan menangis, meminta maaf atas kelakuan lexa. Sebenarnya lexa tak tega, tapi lexa akan balas semua nya dengan santai dan berkelas.

Ia menatap kembali 3 celengan besar yang ada di tangan nya, 2 celengan berbentuk panda ini adalah pemberian mamah dan papah di hari ulang tahun lexa yang ke 5 tahun. Sudah terbayang kan berapa lama celengan ini bersama lexa? Lexa tak muluk-muluk meminta hadiah. Ia hanya ingin celengan imut berbentuk panda.

Dan satu celengan sapi pemberian gibran. Sayang nya sekarang celengan sapi ini ia akan berikan kepada anak tersebut. Padahal lexa sudah merencanakan bahwa celengan ini akan ia pakai nanti saat menikah dengan gibran.

Sebenarnya, ia tak menganggap gibran sebagai kakak. Tapi lebih dari itu.




Tbc.....

I'am Stuck In Love! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang