4

60 6 0
                                    

Sekolah seharusnya menjadi salah satu tempat mengasyikan bagi para murid. Namun tidak dengan lexa, ia menganggap sekolah seperti penjara yang berisi orang-orang jahat.

Tak ada yang mau berteman dengannya, karena lexa di cap anak yang kasar.

Tak ada yang berani mengganggunya, karena mereka tau lexa akan sangat emosi ketika ada yang mengusik dirinya.

Tapi bagi lexa, memiliki satu sahabat membuat bebannya ringan.

"Kamu rangkuman Ipa udah belum?" Tanya rani ke lexa yang sedang fokus bermain game di hpnya.

"Ambil di tas aja ran, aku lagi fokus." 

"His ni anak ngegame terus, bentar lagi mau kelulusan. Fokus dong." Rani menjewer telinga lexa hingga ia meringis.

"Sakitt ihh" lexa mengusap telinganya

Tak ada yang berani melakukan hal ini selain Rani Oktavia, Sahabat lexa.

"Lagian lulus SMP ini, perjalanan masih panjang santai aja kenapa si."

"Eh justru perjalanan msh panjang itu jangan dianggap sepele tau. Coba kalo kamu ga lulus dari sini, makin lama kamu sekolah disini, makin tambah panjang perjalanan kamu menuju cita-cita. Katanya mau jadi dokter"

"Itu dulu, skrg cita-cita  mau dapet duit banyak. Lagian ngapain panjang-panjang tinggal di pendekin aja. berenti sekolah, cari duit, punya perusahaan, jadi orang kaya."

"Ga semudah itu pea" Rani menepuk jidatnya sendiri, bagaimana ada orang punya pemikiran sesimpel ini.

"Lagian kita idup sama-sama nyari duit yang banyak, ga lulus bukan berarti ga bisa sukses kan?"

Ctak!

Rani menjitak kening lexa kuat, pemikiran seperti apa itu.

"Emang bener suksesnya orang jalan nya beda-beda, tapi asal kamu tau mereka sukses juga butuh usaha. Orang ga lulus sekolah bisa sukses juga ada usaha nya lexaaa."

"Tau, yaudah."

"Yaudah apa?"

"Beli makan, aku laper hehe."

Rani menarik nafasnya dalam, lalu dihembuskan perlahan.

"Yaallah tabahkanlah hatiku."  rani lalu mengikuti langkah lexa menuju kantin.

Percuma panjang lebar menjelaskan sesuatu ke lexa, karna lexa termasuk anak yang sulit di nasehati.

-----------
di tempat lain, gibran sedang sibuk mengerjakan Pr Matematika dari pak bambang. untung saja ini istirahat pertama, masih ada waktu untuk mengerjakan.

"untung gue kasih tau kan, coba kalo ga? bisa di hukum lo sama pak bambang." Sahut Edo menepuk pundak gibran.

"Shh sakit ihh." Gibran merasakan pundaknya sakit saat disentuh padahal pelan.

"Dih kek cewe, kenapa lagi lo? pasti ga sekolah kemaren karna digebukin lagi sama bapak lo." Edo sudah tak heran lagi, karna ia pun pernah melihat dengan mata kepala sendiri kalau gibran pernah di siksa.

"Ya gitulah."

"Ngelawan makanya, kayak gue" sahut dani menghampiri mereka dengan percaya diri.

"Kalo gue bisa udah dari dulu kek gitu"

Ada benarnya, gibran tak sekuat teman-temannya melawan siapa saja yang menyakiti.

"Ini semua karna itu anak, sampe kapan pun gue tetep benci sama dia"

I'am Stuck In Love! (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang