BAB IV : Trauma dan Janji

172 6 3
                                    

      Pagi yang cerah di London. Pemuda berambut hitam itu keluar dari rumah sambil menyeret sebuah koper besar berwarna putih dengan wajah yang tidak bisa di jelaskan. Hari ini ia dan keluarganya akan pindah ke Negara asal kedua orang tuannya, Indonesia. Ada perasaan senang dan malas yang hinggap di hati Robert karena sekali lagi ia harus pindah ke Negara itu. Negara yang menurutnya memiliki perempuan-perempuan aneh dan menyebalkan.

     Indonesia bukanlah Negara tempatnya lahir. Pemuda itu lahir dan dibesarkan di London. Walaupun begitu, pada saat ia berumur 12 tahun, ia pernah tinggal di Indonesia selama beberapa tahun untuk melanjutkan studinya di salah satu sekolah favorit di Jakarta.

     Beberapa saat setelah acara kelulusan sekolahnya, ayah pemuda berambut hitam itu memutuskan untuk mengajak keluarganya kembali pindah ke tempat kelahiran anaknya, London. Robert pun hanya menuruti apa yang dikatakan oleh ayahnya itu. Walaupun sebenarnya ia merasa lelah karena harus terus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru.

"mah, boleh gak aku tinggal di London aja?" katanya sambil menunduk lesu.

     Ibu pemuda itu menghampiri anaknya, "Ad, kita mau gak mau harus ikut ayah kamu pergi kemanapun dia pergi. Kamu mau ayah kamu marah? Kamu tau kan ayah kamu gimana?" gumamnya sambil merangkul Robert. Robert mengangguk dan mulai berjalan beriringan bersama ibunya untuk menaiki mobil dan berangkat menuju bandara.

***

     Pemuda itu melihat sekitar rumahnya yang besar, ada taman yang dihiasi lampu-lampu terang di malam yang cerah ini. Ia salah, ia kira ia dan kedua orang tuanya akan kembali kerumah yang pernah ia tinggali dulu. Tapi ternyata sekarang ini, ia malah berdiri di sebuah rumah yang sangat asing.

"Mah Robert istirahat dulu yah. Robert cape" ucap Robert saat seorang wanita paruh baya membukakan pintu untuk mereka.

"Iyah lebih baik kamu istirahat, lagian kamu juga besok harus ikut mamahmu liat liat sekolah. Buat melanjutkan sekolahmu di Indonesia, kamu kan di London sekolahnya belum selesai jadi kamu harus selaikan disini." Ucap ayahnya.

"iyah pah iyah,"

"kamu ga makan dulu ad?" Tanya mamahnya.

"udalah mah aku cape nih, dari tadi aku mau naik tangga, ga jadi-jadi" Jawab Robert.

"iyah deh maaf, yaudah sana kamu tidur. Banyakin istirahatnya yah"

"Hmm..." wajah Robert yang keliatan lesu dan kecapean.

***

      Saat jam istirahat Deren berencana akan menemui Tessa di taman, dan menanyakan banyak hal tentang Alana. Deren langsung menuju ke taman dan setelah sampai di sana Deren tidak sangaja melihat Tessa sedang duduk sambil memainkan sebuah game di hpnya. Deren langsung tersenyum dan berlari sambil menyapa Tessa.

"Tess!."

"apa,apa." Ucap Tessa sambil bermain game.

"Tessa, Tess"

"hmm Apa?" jawab Tessa. Sepertinya Tessa sedang asik bermain game di hpnya dan tidak bias di ganggu. Lalu apa yang Deren lakukan agar Tessa berhenti memainkan hpnya.

"Udah... Mainnya Ntar aja!" ucap Deren sambil mengambil handphone Tessa.

"aduh itu bentar lagi mau menang Deren...!" kesal Tessa.

"Alana gimana? suka ga sama bukunya?" Tanya Deren.

"huft" Tessa hanya menghembuskan nafasnya dan larak lirik dengan muka yang cuek. Lalu Tessa pun menjawab dengan mengangguk-ngangguk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 09, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DS (Dilema Sahabat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang