1

445 7 1
                                    

Dua peti mati berada berdampingan,yang satu berwarna hitam yang satu berwarna putih.Keduanya tertutup.Matahari di awal Oktober yang menghangatkan dan hari yang cerah semuanya menipu,karena berlawanan dengan bayangan gelap dan dingin yang berkembang di hatiku.

Pemakamannya indah.Aku tahu penjaga bekerja dengan tekun untuk mempertahankan kerapihannya.Pohon - pohon yang dipangkas,daun-daunnya menggembung karena angin sepoi-sepoi.Pagar semak semak yang melapisi jalan setapak di pahat dengan sempurna bahkan tidak ada ranting yang keluar dari tempatnya.Ada batu nisan yang tampaknya telah berdiri selama ratusan tahun.Mereka terlihat dimakan cuaca dan bernoda,tidak ada bunga,tapi aku masih bisa membaca nama yang terlupakan yang terukir disana.Tapi ada juga orang-orang yang hidupnya tidak mudah dilupakan,dilihat dari nisan yang dipoles dan tidak termakan cuaca.Kuburan mereka dihiasi dengan bunga-bunga dalam berbagai bentuk seperti seorang raja yang dihiasi dengan permata.

Aku tidak menangis.Aku tahu harusnya aku menangis tapi tidak,aku tidak bisa.Aku berpikir ribuan kali akan melalui hari ini sejak aku mendapatkan beritanya.Tetap saja terasa tidak nyata.Aku merasa seolah-olah sedang berjalan dalam mimpi.Mimpi yang mengerikan.

Empat hari yang lalu ada ketukan di pintuku dan ketika aku menjawab,dua orang polisi berwajah muram berdiri dengan tatapan iba di mata mereka.Empat hari yang lalu aku mengidentifikasi mayat kedua orangtuaku.Mereka telah di mutilasi dengan mengerikan dalam kecelakaan.Aku akan selamanya hidup dengan gambaran kematian mereka,tubuh yang dilapisi dalam ingatanku.Seperti sebuah gambar yang tidak pernah habis terbakar karena telah terpatri di dalamnya.Empat hari yang lalu aku telah kehilangan kedua orangtuaku.

Tiga hari yang lalu aku berbicara dengan pengacara yang dengan ramahnya memberitahukan padaku bahwa kedua orangtuaku hidup dengan keadaan keuangan yang buruk.Tiga hari yang lalu aku di paksa untuk menjual semua aset,termasuk rumah orangtuaku,rumah tempat aku di besarkan.Rumah tersebut telah di bayar untuk tiga tahun ke depan ketika orangtuaku menggadaikannya kembali untuk biaya masuk unversitas,studio apartemen dan mobilku.Tiga hari yang lalu aku dipaksa untuk menyerahkan semua yang aku punya yang merupakan bagian dari orangtuaku dari mobil,foto memoriku.Tak ada yang bisa mengambil kenangan.Kenangan selamanya.

Dua hari yang lalu aku marah.Aku marah dengan mereka karena meninggalkanku seperti ini.Aku marah atas kebohongan yang mereka katakan padaku.Mereka mengatakan semuanya baik - baik saja dan bahwa mereka mampu membiayai kuliahku padahal jelas-jelas mereka tidak mampu.Mereka membiarkanku hidup di dunia yang istimewa dimana seharusnya tidak pernah aku masuki daripada mempercayaiku untuk mengerti kesulitan Financial mereka.Aku marah karena mereka tidak mempunyai asuransi jiwa.

Hanya satu hari yang lalu aku mengatur persiapan terakhir pemakaman mereka

Hari ini aku mati rasa

Ada dua peti mati yang indah,yang satu putih dan yang satu lagi hitam.Didalamnya berbaring ibu dan ayahku.Terbungkus dalam bahan halus dan mengkilap adalah sahabat dan pelindungku.

Dalam satu hari semuanya berubah.Semua yang aku punya terenggut dariku dan aku ditinggalkan sendiri untuk menjemput kehancuran hidupku.Dalam satu minggu semua yang aku harapkan lenyap.

Aku melihat peti mati di turunkan ke dalam tanah secara berdampingan dan aku bertanya - tanya bagaimana aku merindukan sebuah pidato.Aku memilih untuk tidak mengatakan apapun karena kupikir aku takkan sanggup.Sekarang aku berharap aku mendengarkannya.Aku berharap aku telah mendengar kata-kata indah tentang orangtuaku yang dibicarakan oleh teman-teman dan rekan kerja mereka.Aku berharap aku tidak sendirian.Aku berharap aku punya lebih banyak keluarga.Nyatanya tidak.Hanya ada aku.Tidak ada yang lain.Aku sekarang benar-benar sendirian dan ketakutan.

" Ella sayang,mawarnya." teman dekat dan rekan kerja ibuku,Leah,berbicara dengan suara lirih ditelingaku.Jari-jariku seperti lumpuh tidak bergerak,memegang bunga mawar dengan erat.Aku tidak ingin melangkah ke depan.Aku tidak ingin meletakkan mawarnya di atas peti.Karena ketika aku melakukannya,aku tahu sekop tanah pertama akan mengikuti.Dan berikutnya dan berikutnya sampai tanah itu kembali ke tempatnya dan orangtuaku telah benar-benar pergi.

"Sayang," Leah berbicara kembali.Suaranya memohon padaku untuk melihatnya,tapi aku tidak bisa.Aku tidak bisa memalingkan wajahku dari peti mati yang berada jauh di dalam tanah."Apa kau baik-baik saja?Ada yang bisa aku lakukan untukmu?"

Aku menggeleng sebagai jawaban tapi aku masih tidak bisa bersuara.

" Aku akan menyentuhmu,Ella." dia memberi tahu

" Dan kita akan berjalan bersama."

Aku mengangguk lagi.Apalagi yang bisa aku lakukan?Jika aku menendang dan berteriak dan terus memegang erat mawar -mawar itu didadaku,apa akan ada perubahan?Tidak.Itu tidak akan mengubah apapun.Menahan mawarnya tidak akan membawa mereka kembali.Mereka telah pergi dan tidak masalah jika aku menjatuhkan mawarnya atau tidak,karena ketika malam tiba bumi akan menyelimuti peti mati mereka.

Tangan Leah memegang tanganku dan aku tidak bisa membantu tapi memperhatikan bahwa dia tidak jauh lebih hangat.Dia mengangkat lenganku,memegang tanganku di atas kuburan."Jatuhkan mawarnya,sayang."

Dengan tangan gemetar,aku jatuhkan mawar-mawarnya.Saat mereka jatuh,waktu seakan melambat dan segalanya menjadi sunyi.Tak ada lagi tangisan.Tak ada suara apapun kecuali detak jantungku yang berdenyut kencang sampai ke telingaku.Lututku lemas dan aku jatuh ke tanah.Leah datang menghampiri,tubuhnya melingkupi tubuhku.Dia mencium pipiku ketika dia meletakkan lengannya diperutku,memegangku dalam pelukan erat.

Aku menangis sekarang.Tubuhku seakan mendapat hantaman keras karena kesedihan yang kualami dan Leah terguncang bersamaku.Aku sangat berterimakasih padanya.Dia selalu ada,dia adalah teman baik ibuku dan aku selalu menganggapnya sebagai bagian dari keluarga." Ella," suaranya sendiri penuh dengan rasa nyeri."Anakku sayang......kau tidak sendirian."

Bahkan dalam keadaan berkabung saat ini aku bisa menghargai fakta bahwa dia tidak pernah bilang dia menyesal.Bukan hal itu yang aku butuhkan atau inginkan untuk aku dengar dan dia pasti telah mengetahuinya,karena kata-katanya selalu benar.Meskipun kenyataannya aku tahu,pada akhirnya aku sendirian didunia ini,karena orangtuaku telah pergi.Kata-katanya memberikan sedikit kenyamanan.Seperti adanya harapan di masa depan.

Acara pemakaman hampir berakhir,tapi aku terus menangis di sisi makam.Orang-orang membubarkan diri,memberikan ungkapan dan permintaan maaf.Aku mengakui aku tidak bisa membawa diri,tapi Leah tinggal denganku.Dia memelukku sampai air mataku kering.Kemudian dia berdiri,menawarkan tangannya padaku.

" Pulanglah denganku." pintanya tulus

" Baiklah." bisikku karena memang tidak ada tempat lain untukku

EnrapturedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang