3b

146 7 0
                                    

Tidak mungkin aku tetap berdiri disana dan bercakap-cakap dengan orang asing.Meskipun orang asing itu terlihat 'hot',dia tetaplah orang asing.Aku punya tagihan yang harus di bayar dan kulkas kosong yang benar benar harus diisi.Dia membuat perutku berdenyut,satu hal yang tidak bisa disangkal.Tapi dia tidak baik untukku.Aku membawa kehancuran,menambahkan seorang lelaki dalam kehancuran yang kubuat akan menjadikan hal yang bisa membunuhku.

Aku melemparkan bukuku ke kursi belakang sebelum menuju kursi pengemudi.Aku menghidupkan mobil dan musik mulai mengalun.Biasanya musik bisa membuatku tenang.Aku memutarnya untuk mendengarkan melodi agar bisa menenangkan sarafku,tapi untuk kali ini aku punya perasaan bahwa lagu yang paling menenangkan pun tidak akan berpengaruh padaku.Ini salah satu dari hari hari yang biasa aku jalani.

Aku menerobos pintu salon dan Tara menatapku dari meja tempatnya bersandar.Tas dengan gelembung punk miliknya sudah tergantung di bahunya yang terlihat lebih coklat.Aku ingin memberitahunya bahwa warna pink sangat tidak sesuai dengan warna kulitnya,dan aku tidak bermaksud buruk.

" Kau terlambat lagi."

" Hanya 5 menit," aku mendesah," Aku mengemudi secepat yang kubisa.Maafkan aku."

Dia mengangkat bahu dan berjalan menuju pintu lalu berhenti sebentar ." Tambahkan setengah jam dalam waktuku.Kau tau aturannya."

"Yang benar saja,aku hanya telat lima menit." Aku menggertakkan gigiku.

"Itu peraturannya." Dia berbicara dengan nada tinggi yang membuat sarafku tegang.

Aku tidak mengatakan apapun untuk menanggapinya saat dia meninggalkan pintu.Sebagai seorang istri pemilik salon,dia seperti iblis dari neraka.Aku tahu dia tidak membutuhkan uangnya untuk menjadikan salon ini seperti sekarang,jika dia melakukannya itu sangat disayangkan.Salon ini menghasilkan cukup uang tapi mereka membayarku seperti sampah.Aku tidak ragu sedikitpun kalau Tara tidak menyukaiku,begitupun aku.

Aku membersihkan tempat tidur pada pukul 4 dengan terburu-buru,aku tahu akan kedatangan pelanggan.Tara tidak pernah membersihkan tempat tidur jika aku masuk malam.Dia selalu menyisakannya untukku.Selama tiga minggu terakhir aku punya kegiatan rutin di salon.Mendapat omelan karena terlambat,bisa dimengerti.Membersihkan enam ruangan setelah Tara bekerja,menjengkelkan.Melewati jam 4 sampai jam 5 dengan terburu-buru,bisa dimengerti.Belajar sampai pukul 9 ketika salon telah tutup dan akhirnya pulang.Bekerja di salon membuat hari terasa panjang.

Aku membungkuk diatas tempat tidur keenam ketika telepon di meja depan berbunyi." Sial." Aku mengerang,melemparkan kain ke tempat tidur lalu berlari ke meja depan."Salon perawatan kulit Tara." Aku menjawab.

"Apa yang kau inginkan dari Starbucks?" Dee berbicara dengan keras di telepon.

"Tidak ada. Aku baik baik saja." Aku menutup mataku dan menghela nafas dengan berat.Aku bahkan tidak bisa membeli kopi,aku benar benar jatuh.

"Kau bohong." Dia membentak."Aku akan membawakanmu sesuatu jadi lebih baik kau pilih.Kau tahu kan pada akhirnya aku akan membawakan sesuatu yang tidak kau sukai."

"Pumpkin spiced latte." Aku mengalah."Tolonglah."

"Kedengarannya bagus Chick.Sampai bertemu nanti." Teleponnya terputus dan aku meletakkan gagang telepon ditempatnya.Aku benar benar berharap dia tahu kalau aku tidak bisa bisa membayarnya.Setelah uang sewaku keluar aku tidak akan memiliki tagihan yang harus di bayar bersamaan.Aku melangkah pelan kembali ke tempat tidur enam untuk menyelesaikan pekerjaan yang telah kumulai.Pada pukul 5.30 sebagian besar wanita yang biasa datang malam hari telah datang dan pergi.Dee masih belum muncul dengan kopiku dan aku jadi bertanya-tanya apa dia lupa.Jika Kyle yang muncul itu tidak akan mengejutkanku.Pria itu memiliki hati Dee.Aku baru akan melihat catatan dari Prof.Carl yang telah kusimpan di Mac ketika bel berbunyi dan Dee berjalan masuk melewati pintu."Aku datang."

Aku memutar mataku ketika dia melangkah menuju meja.Ia menjatuhkan diri dikursi di sampingku dan menghembuskan nafas panjang."Aku pup dulu." Dia menyerahkan kopiku dan aku tersenyum tidak yakin.

"Kau tahu aku tidak bisa membayarmu kan?" Aku benci membicarakan hal ini.Aku selalu membayar kembali semua yang dia berikan padaku.Aku benci kalau berhutang dengan seseorang.Itu hal yang mengerikan.

Dia menatap mataku."Aku tidak pernah menghabiskan malam denganmu lagi selama hampir sebulan.Aku merindukanmu karena itu aku memutuskan untuk membelikanmu latte jadi minum dan berterima kasihlah."

Aku tersenyum padanya."Terima Kasih."

Dia kelihatan sangat puas saat dia menarik dua bungkus telur yang dibumbui dan salad kentang dari tasnya."Aku juga membeli makan malam."

Aku tahu lebih baik tidak memarahinya lagipula perutku telah bergemuruh sepanjang hari.Aku melewati makan siang."Kelihatannya enak."

"Aku tahu." Aku melihat dia melepas tutupnya saat aku mematikan Mac-ku.Aku merasa dia akan berada disini sebentar dan kami benar benar membutuhkan waktu untuk bersama.Bahkan jika itu berarti saat aku bekerja."Jadi,bagaimana kabarmu?"

Aku tahu apa yang dia tanyakan padaku."Aku baik."

"Bagaimana kondisi rumahmu?Sudah ada penawar?"

Aku benci membicarakan penjualan rumah orangtuaku,tapi aku harus melakukannya.Jika tidak segera terjual pihak bank akan menyitanya."Ada beberapa orang yang telah melihat namun belum ada yang mengajukan penawaran." Aku mrndengus."Percayalah saat kukatakan tidak ada yang menawar.Aku akan mengambil tawaran pertama yang datang padaku."

"Aku tahu,chick." Matanya penuh simpatik.

Aku marah."Jangan menatapku seperti itu Dee."

"Seperti apa?" Dia merengut. "Aku tidak menatapmu."

"Kau melakukannya." bantahku.

"Tatapan seperti apa yang kuberikan padamu?"

"Tatapan yang mengatakan aku kasihan padamu." Aku menatapnya."Dan jangan bilang kau tidak melakukannya.Aku telah sering melihatnya dalam tiga minggu terakhir dari siapapun yang melihatnya seumur hidup."

"Aku tidak mengasihanimu Ella."

Aku menyelanya."Orangtuaku telah meninggal Dee.Aku sudah menerimanya.Yang tidak bisa aku terima adalah kenyataan bahwa aku tidak bisa menjaga kepalaku tetap diatas air.Aku benar benar tenggelam karena tagihan tagihanku,aku bahkan tidak bisa membeli kebutuhan pokokku."

"Aku tahu." Matanya berkabut dan aku tahu dia merasa bersalah.Aku tidak ingin dia merasa seperti itu.Dia tidak pantas menerimanya.Dia selalu ada saat aku melalui semua cobaan ini dan aku tahu dia akan melakukan semua yang dia bisa untukku."Kita akan menemukan jalan keluarnya."

"Aku tahu." Aku menghela nafas berat."Terima Kasih."

Dia mengangguk dan tersenyum,tapi kali ini tidak sampai matanya."Kau akan mendapatkannya.Kau harus tahu orang tuamu akan sangat bangga padamu."

Aku mengangguk dan memasukkan makanan ke mulutku sebagai alasan karena jika aku bicara,aku tahu suaraku akan pecah dan airmataku akan tumpah.Sku sudah tidak menangis selama satu minggu dan aku tidak menginginkannya.Aku tidak ingin diriku memulai lagi dari awal setelah selama ini hidup tanpa kesedihan.

EnrapturedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang