Hari kemarin telah berlalu. Mereka pulang ke rumah dalam keadaan babak belur, ya memang sih, mereka waktu sampai di rumah langsung di damprat orang tua sih, tapi setidaknya mereka sudah lega karena akhirnya masalah ini sudah . . . . Sedikit terselesaikan. Ahahah . . . .
Valen akhirnya merasa lega, meskipun dia sudah menyakiti banyak, ah, terlampau banyak anak karena perasaannya aja sih, tapi dia sudah memberikan ramuan penyembuhnya sih, tapi nggak terlalu sempurna, tapi setidaknya ramuan ini membuat mereka semua bisa mengendalikan tranformasi masing-masing. Bahkan, setelah mereka memasuki semester 2, Allicya melapor ke Valen kalau dia bisa mengendalikan transformasi hanya di beberapa aspek tertentu, misalnya, tingginya, panjang rambutnya, dll.
Semua hal sudah berjalan seperti biasa. Bumi berputar seperti biasa, dan kegiatan sehari-hari juga menyertai ketujuh anak mantan korban ini. Mereka sudah menganggap kejadian dulu adalah kemampuan dadakan berkat Valen. Mereka semua semakin akrab tiap harinya, tapi, sayangnya, Noel, di saat yang sama, dia semakin menjauh dan hanya fokus pada karir cari pacar sebanyak-banyaknya itu, padahal baru kelas 7.
"Duh, anak itu, memang muka ganteng, tapi kok gitu amat ya." Gerutu Allicya sambil melihat jam tangannya, namun dia bukan memasang ekspresi marah atau apalah, dia malah tersenyum. Mengingat semua hal yang mereka bertujuh lewati di masa lalu, hanya karena Valen. Kemudian, Jo C menepuk bahunya dan berkata, "Hai! Aku udah janjian sama anak-anak, kalo nanti setelah UAT, kita jalan bareng yok!" . Sambil cengengesan, Allicya mengiyakannya dan berdiri, untuk makan bersama JC dan Aline.
(UAT: Ujian Akhir Tahun, yang artinya mereka sudah hampir selesai menjadi anak kelas 7)
Sementara, di sisi lain, Sean tersenyum sendiri, memikirkan kalau semua ini tidak terjadi, apa mungkin persahabatan aneh ini terjadi. Karena, kejadian ini sama sekali tidak terpikirkan olehnya untuk dijadikan sarana untuk menjalian persahabatan. Di kelas 7A, Ryan hanya sudah merasa tidak sabar, kalau bisa, UAT ini cepatlah selesai, supaya mereka bisa kumpul lagi terus, entahlah, mungkin berteman sampai SMA?
JC, yang setengah bersyukur karena dia bisa dibilang sudah paling normal dari keenam anak lainnya, karena keenam anak lainnya terkadang gendernya masih glitching, atau bisa dibilang tiba-tiba berubah tanpa dikontrol, sementara dia nggak pernah ngalamin itu sama sekali sejak dia minum ramuan penawarnya.
Kemudian, hari itu berjalan sesuai dengan rutinitas yang mereka alami tiap hari. Membosankan, tapi bermakna, sejak kejadian itu. Setiap kali mereka merasa jenuh, mereka akan mengenang hari-hari kekonyolan mereka waktu berusaha untuk mencari pelaku dibalik semua kejadian yang pernah ada.
Di rumah masing-masing, mereka semua memandangi seragam cewek/cowok mereka, yang kemudian mereka lipat rapi-rapi dan mereka letakkan di tumpukan paling bawah dari seragam-seragam mereka, sebagai pengingat, kalau hari-hari yang tidak membosankan itu ternyata ada dalam hidup. Hal-hal seru tanpa handphone itu juga ada dalam hidup. Mereka bertujuh tersenyum diam-diam, dan mereka menepuk tumpukan seragam itu dan mereka serempak berkata, "Jangan sampai ini kulupakan.".
Langit yang biru dan gudang tua yang dulu digunakan untuk lab Valen, adalah saksi bisu perjuangan mereka, sekaligus kekonyolan mereka.
Namun, cerita ini tidak selesai sampai sini saja.
Setahun kemudian . . . .
Valen yang dalam keadaan panik dan berkeringat banyak meneriaki ketujuh anak mantan korban itu untuk membantunya dalam keadaan gentingnya sekarang. Dia mulai dari kelas 8D(kelasnya sendiri), lalu 8A, 8B, 8C, kemudian 8E.
Mereka bertujuh langsung berkumpul dan . . . . .
"HAAAAAH?! KEJADIAN LAGI?!"Teriak mereka bertujuh serempak. "Iya, tapi korbannya sekarang aku! JADI, SUDAH JELAS KAN PELAKUNYA SIAPA?!" Teriak Valen frustasi.
"Sudah sangat jelas, Len. Sudah sangat jelas." Sahut Ming-Ming jengkel.
"DASAR MC SIALAAAAAAAANNN!!!!!!!!"
-The End-
KAMU SEDANG MEMBACA
What If
RandomTentang seorang murid SMP, yang pada saat bangun tidur tiba-tiba menyadari ada perubahan pada tubuhnya. Ia pun pergi ke sekolah seperti biasa... Hanya untuk dikejutkan karena dia tidak sendirian! Enam teman seangkatannya juga mengalami perubahan se...