Frankenstan berjalan menuju lift. Sebagai seorang CEO sekaligus pemilik perusahan dia termasuk masih sangat muda, wajahnya yang tampan dengan tatapan matanya yang tajam, hidungnya yang mancung dan rambutnya yang panjang pirang menambah pesonanya sebagai seorang pria.
"Bos.. apa kau yakin ingin pulang dengan berjalan kaki hari ini?" tanya Arthur orang kepercayaan Frankenstan. Frank menganggukkan kepalanya.
"Entah kenapa firasatku mengatakan aku harus berjalan kaki untuk pulang.. ya walaupun aku bisa saja terbang kalau sudah lelah berjalan... hahah" jawab frank pelan sambil tertawa kecil. Ya tentu saja dengan kemampuannya sebagai vampir murni dia memiliki kekuatan yang tak terkalahkan.
"Baiklah tuan.. hati hati.." Arthur membungkuk mengiringi kepergian bosnya itu.
Frank berjalan pelan menyusuri jalan jalan kota quebec, kanada. Daun daun maple jatuh berguguran dengan indahnya. Frank menatap langit yang gelap, udara yang dingin tidak membuatnya kedinginan. Keadaan jalan di taman itu tampak sepi, mungkin karena sudah larut malam makanya tidak begitu banyak orang yang berlalu lalang di sekitar tempat itu.
Suasana yang remang nampak menyelimuti kota itu, hanya beberapa lampu jalan yng menerangi jalan yang dilalui frank. Tiba tiba dia mendengar sesuatu. Langkahnya terhenti.
"Berhenti kau......" Didepannya tampak seorang gadis cantik dengan rambut panjang terurai menghadang jalannya dan berdiri dihadapannya dengan tatapan tajam. Ditangannya tampak sebuah pedang katana yang seolah ingin menghunus frankenstan.
Frank tersenyum kecil.
Dan tanpa diduga olehnya, gadis itu berlari kearahnya dengan pedang terhunus kearahnya, gadis itu menyerang Frank dengan membabi buta. Gadis itu sepertinya bukanlah seorang samurai, cara dia memegang pegang dan menyerangnya tampak kalau gadis ini masih amatiran.
Frank dengan mudah menghindari serangan bertubi tubi gadis itu, lalu dengan sedikit kekuatannya frank menjentikkkan jarinya kecil, hingga gadis itu terlempar kebelakang.
"Bugh" gadis itu merasa ada kekuatan yang tak terlihat yang mendorongnya, tidak sakit tapi dia merasakan rasa marah pada pria di hadapannya itu.
Frank menatap gadis didepannya yang sedang berusaha berdiri dengan tatapan tajam, wajahnya yang tampan menunjukan bahwa ia sungguh tidak mengerti mengapa tiba tiba gadis itu menginginkan nyawanya.
Ditatapnya gadis itu dalam dalam, wajahnya yang cantik menyembunyikan rasa takut dan dilema yang luar biasa, namun ia menutupinya dengan senyum angkuhnya. Gadis itu memakai gaun putih panjang dengan lengan panjang yang berkibar kibar ditiup angin.
"Baiklah.. nona.. aku hanya ingin bertanya mengapa engkau ingin membunuhku? Aku bahkan tidak mengenalmu... " wajah Frank yang tampan itu tersenyum tipis.
Gadis cantik itu mengalihkan pandangannya, bibirnya bergetar ketika ingin menjawab pertanyaan pemuda itu.
"Kau tidak perlu tahu... yang kau tahu kau harus mati ditanganku..... tuan Frankenstan" jawab gadis itu sambil menyerang kembali pemuda dihadapannya itu. Dengan cepat gadis itu mengambil pedangnya lalu mengayunkan ke arah pria itu, dengan sekuat tenaga gadis itu ingin berusaha membelah tubuh pria Frankenstain.
Frank tidak tinggal diam, dia menghindar lalu memegang kedua tangan gadis itu, lalu menghentakkannya sehingga pedang dalam genggaman gadsi itu terlepas. Frank menarik tangan gadis itu dan memilin tangan gadis itu membuatnya membelakangi frank dengan tangan berada di belakang punggungnya.
"Siapa namamu nona.... katakan sebelum aku membuat tanganmu yang indah ini kesakitan..." bisik frank pelan tepat ditelinga gadis itu. Frank dapat merasakan aroma wangi tubuh gadis itu.
"Arhhh... lepaskan aku... lepaskan.. bajingan kau..." gadis itu meronta ronta melepaskan diri dari cengkeraman frank. Frankenstan tersenyum kecil.
"hm.. bukankah kau ingin membunuhku tanpa alasan nona... baiklah.. aku juga akan melakukan hal yang sama denganmu... membunuhmu tanpa alasan..."
Gadis itu tiba tiba tertawa keras sambil menangis..
"hahaha... kau pikir aku takut mati Tuan.? Aku lebih baik mati, dari pada mengatakan alasanku membunuhmu.. " Frank mengerenyitkan dahinya penuh tanda tanya.
Dibalikkan tubuh gadis itu, dengan tangan yang masih dipegang oleh Frankenstan. Frank menatap wajah gadis cantik itu, wajah mereka berdua sangat dekat sehingga frank bisa merasakan hembusan nafas gadis itu, gadis cantik itu ketakutan, tapi gadis itu terlalu angkuh mengakuinya.
"Huh.. aku akan membunuhmu dengan cara yang nikmat..." kata Frank sambil tersenyum tipis, lalu dengan tiba tiba Frank mencium bibir gadis itu. Mata gadis itu terbelalak kaget tidak menyangka dengan apa yang dilakukan pria dihadapannya itu.
Gadis itu tidak dapat menghindar, tapi dengan reflek gadis itu melepaskan tangannya dari pegangannya frankkenstan yang mengendor ketika pria itu menciumnya.
"PLAAAKKKK!"
"beraninya kau.... bajingan...." gadis itu menampar frankenstan dengan keras, matanya berkaca kaca lalu gadis itu terisak. Dia menyentuh bibirnya yang baru saja dicium oleh Frankenstan, tubuhnya bergetar menahan marah dan tangis. Gadis itu menatap penuh kebencian ke arah frankenstan, bagaimana bisa frank menciumnya. Itu adalah ciuman pertamanya, ciuman untuk pria yang akan dia nikahi nanti. Selama 17 Tahun dia menjaga diri dan tubuhnya agar tidak disentuh oleh pria manapun, dan kini tanpa rasa bersalah pria itu menciumnya.
Gadis itu menjerit dalam hati.
Frank menyentuh pipinya yang di tampar gadis itu, bibirnya berdarah terkena tangan gadis itu yang amat keras. Dia tersenyum sinis kearah gadis itu.
" Itu belum seberapa nona.. aku bisa melakukan hal yang lebih dari ini.." Frankenstan tersenyum sinis. Sambil melangkah mendekati gadis cantik itu yang perlahan lahan mundur ke belakang karena takut dan rasa marah.
" Brengsek kau frankenstan.. kau pikir aku gadis murahan yang bisa kau perlakkukan tidak senonoh seperti itu.. ?! " suara gadis itu bergetar menahan tangis.
"Aku.. aku... aku.. akan membunuhmu... tapi tidak sekarang.. tunggu saja Frankenstan.." kata gadis itu terbata bata, lalu segera berbalik badan dan pergi meninggalkan Frankenstan yang tersenyum menatap kepergian gadis itu.
Setelah kepergian gadis itu, Frank segera berjalan kembali menuju rumahnya. Perjalanannya dari kantornya terganggu oleh kehadiran gadis itu.
"Ah.. bagaimana bisa ia diserang dengan tiba tiba oleh gadis itu. Pikir frank lucu.
Ia masih merasakan manisnya bibir gadis itu dan kemarahan gadis itu karena ia telah menciumnya. Frank tertawa lucu, padahal ia tak pernah sama sekali berniat membunuh gadis itu, gadis itu sangat cantik, dengan bola matanya yang berwarna biru, bibirnya yang tipis dan berwarna merah. Tapi sangat disayangkan gadis itu ingin membunuhnya dengan alasan yang tidak ia ketahui.
mohon komennya ya ... kalau dukungannya bagus mau saya lanjutkan.. kalau tidak ya maaf berarti tidak bisa lanjut.. kan sayang sudah capek capek nulis g ada yang baca.....
terima kasih ya teman teman