Frankenstein segera masuk kedalam ruang kerjanya. Rasa bersalah yang sangat besar mulai merasuki hatinya.
"Bodoh!!!! Apa yang telah aku lakukan?!" Berkali kali Frank merutuki dirinya sendiri.
Frank duduk di kursi kerjanya, ia segera menelpon Dolf anak buahnya.
"Dolf.. kau segera kembali, bawa beberapa stel pakaian perempuan lagi dengan ukuran yang sama.. aku butuh itu segera."
"Baik boss.. " jawab Dolf.
Frankenstein harusnya sudah bisa menduga kalau gadis itu seorang gadis yang masih suci, melihat betapa lugunya gadis itu ketika dia pertama kali mencium bibirnya dengan paksa.
"Kenapa tidak terfikir kan olehku soal itu?" Frankenstein sungguh merasa tak habis akal, mungkin hasratnya yang mendalam terhadap gadis itu membuatnya kehilangan akal sehat.
Tapi kenapa harus gadis itu, selama ini begitu banyak wanita yang bersedia menyerahkan tubuhnya tanpa harus dipaksa. Dengan posisinya dan wajahnya yang tampan, tidak akan ada satupun gadis yang akan menolaknya.
Tapi Frankenstein memang menghindari untuk bersentuhan secara fisik dengan para wanita, sejarah masa lalu nya yang kelam dengan seorang wanita membuat dia menjaga jarak, untuk berbicara saja ia sebisa mungkin menghindari, tetapi kenapa dengan gadis itu dia seperti kehilangan jatidirinya sebagai seorang vampir, bahkan ia malah memperkosa gadis yang ia selamatkan dari para bedebah yang akan mengambil kesuciannya.
Dia merasa dirinya seorang bajingan.
"Apa yang harus aku lakukan?"
Dalam kebingungannya seseorang mengetuk pintu.
"Tok... Tok.. Tok...!" Frankenstein segera tersadar, mungkin Dolf sudah datang, sebagai sesama vampir Dolf juga memiliki kecepatan yang cukup untuk melaksanakankan perintah bosnya.
"Masuk!" Jawab Frankenstein pelan.
Dolf segera masuk sambil membawa satu kantung plastik yang berisi pakaian wanita.
" Ini bisa, baju yang kau minta? Apa yang terjadi bos? " Tanya Dolf penasaran.
Frankenstein menerima pemberian Dolf, sambil menatap Dolf dengan pandangan wajah sendu.
"Menurut mu.. apa yang terjadi?" Frankenstein balik bertanya.
Dolf menatap bosnya dengan pandangan penuh tanda tanya. Pikirannya mulai menerka nerka apa yang terjadi.
"Bos.... Jangan bilang kalau kau.... " Ucapan Dolf terputus sambil menutup mulutnya dengan tangannya dan memandang bosannya dengan pandangan tak percaya.
"Bagaimana bisa.... Setelah ratusan tahun.. setelah sekian lama.... Bagaimana bisa.."
Frankenstein tidak menjawab pertanyaan Dolf.
"Apakah kalian sudah bisa menemukan siapa gadis itu?" Frankenstein mengalihkan pembicaraan.
"Mark sedang menyelidiki nya bos, tapi kami belum menemukan titik terang.."
"Baiklah kalau begitu,... " Frankenstein bangkit berdiri.
"Bagaimana keadaan gadis itu bos..? Apakah aku harus memeriksa nya?" Tanya Dolf.
"Jangan!!" Jawab Frankenstein cepat.
Dia tidak bisa membiarkan Dolf melihat tubuh gadis itu yang ketika ia tinggalkan masih belum tertutupi apa apa. Dia juga belum bisa kembali ke kamar nya itu, ia merasa khawatir apabila tidak bisa mengendalikan nafsunya bila melihat tubuh gadis itu lagi. Masih terbayang olehnya apa yang sudah ia lakukan terhadap gadis itu. Meski ia merasa bersalah terhadap gadis itu, tapi hasrat untuk bisa menyentuh kembali gadis itu masih menggebu gebu.
"Apakah Sierra sudah kembali?"
Frankenstein menanyakan adik perempuan Mark. Dolf menggeleng.
"Sierra pergi setelah membawakan pakaian miliknya. Apakah kau ingin aku menelponnya dan meminta datang kesini bos?"
Frankenstein menggeleng, ia tak bisa meminta bantuan Sierra untuk melihat keadaan gadis itu. Sierra memiliki perasaan khusus padanya, dan selama ini Frankenstein selalu berusaha menolak secara halus perasaan gadis itu padanya karena alasan tidak ingin menyakiti hatinya. Entah bagaimana perasaan Sierra kalau mengetahui apa yang sudah ia lakukan terhadap gadis itu.
"Dolf.. aku akan kembali ke kamar itu, tapi aku mau kau berjaga didepan pintu untuk menghindari hal hal yang tidak aku inginkan..." Kata Frankenstein pelan.
" Hal hal yang tidak diinginkan?" Dolf merasa tidak mengerti tapi dia tidak bertanya. Dia segera mengikuti bosnya yang berjalan perlahan menuju kamarnya. Lo RDX c
*********Frankenstein menatap gadis yang tergeletak tak berdaya dengan rasa bersalah.
Melihat kamar nya yang berantakan seperti kapal pecah, sobekan kain dan pakaian tersebar dimana mana.
Frankenstein menghela nafas panjang, dia mencari selimut yang akan digunakan untuk menutup tubuhnya. Frankenstein mendekati tubuh gadis itu dengan jantung berdebar keras ia masih merasa sangat khawatir dengan dirinya sendiri. Frankenstein menutupi Gadis itu dengan selimut.
Dia melihat begitu banyak bercak merah ditubuh gadis itu, ya tanda itu yang dibuat oleh nya tanpa sadar.
Frankenstein membopong gadis itu dan memindahkan ketempat tidur miliknya.
Gadis itu masih belum sadarkan diri ketika Frankenstein meletakkan ditempat tidur.
Frankenstein memeriksa keadaan gadis itu, seperti nya gadis itu hanya pingsan karena shock dengan apa yang terjadi.
Frank meletakkan kedua tangannya ketubuh gadis itu sambil menyalurkan hawa murni agar gadis itu bisa segera pulih kesadarannya.
Perlahan lahan gadis itu mulai menggerakkan kepalanya, ia mengerang kesakitan dengan lirih. Perlahan ia membuka kedua matanya, ia masih merasa pusing dan lemah tapi ia sudah merasa lebih baik.
Gadis itu membuka kedua matanya dan terkejut ketika melihat siapa yang ada didepannya.
"
"Kau....!" Gadis itu reflek bangun dan menjauhi Frankenstein yang duduk disamping tempat tidur. Tubuh lemahnya kembali terjatuh saat hendak bangun. Frankenstein bermaksud membantu gadis itu. Tapi gadis itu menjerit kencang.
"Jangan sentuh aku.... Bajingan..." Gadis itu menangis terisak isak.
Kebencian nya kepada Frankenstein memuncak, karena setelah apa yang Frankenstein lakukan padanya membuat ia gagal menyelamatkan orangtuanya yang disandera. Ia kehilangan kesempatan membunuh Frankenstein karena dia sudah buka seorang perawan lagi, sedangkan hanya seorang perawan yang mampu membunuh Frankenstein.
"Maafkan aku... Nona..." Sesal Frankenstein sambil menatap tajam mata gadis itu. Gadis itu masih menangis. Lalu dengan tiba tiba ia menusuk Frankenstein dengan belati yang tergeletak disampingnya.
"Jleb! " Belati itu menembus perut Frankenstein. Frankenstein luput menangkap belati itu karena masih didera rasa bersalah, ia tak menyangka gadis dihadapannya masih nekat berniat membunuhnya.
"Mati kau... Bajingan....." Teriak gadis itu setelah berhasil menancapkan belati di perut Frankenstein.
Frankenstein menatap nanar perutnya sambil meringis kesakitan.
Kemudian dia menatap gadis itu dengan tajam. Lalu memberikan seringai yang mengerikan..
"Kau... Membuatku hasratku kembali bergelora lagi nona...." Senyumnya menyeramkan. Gadis itu kembali berteriak ketika secepat kilat Frankenstein menerkamnya....