Bagiku, hujan menenangkan. Ia adalah tempat terbaik untuk berbagi cerita. Ia tidak pernah menyebarkan kesedihanku. Ketika aku meminta agar ia saja yang mendengarnya, ia menurutinya. Diturunkannya lagi tetes air dalam jumlah besar agar siapapun tak dapat mendengar air mata kesedihanku.
Ia menciptakan kedamaian ketika ia hadir dalam jumlahl kecil. Turun perlahan dengan begitu anggun. Melambai lambai seolah menggoda agar aku keluar dan bermain bersamanya.
Hujan, ia adalah penenang rasa terbaik ketika hati mulai goyah karena harapan. Harapan yang terbanting jauh dengan kenyataan. Kenyataan jika hingga detik ini aku hanya sanggup memandangnya dari jauh, mengaguminya dalam diam, menyebut namanya dalam mimpi dan merindukannya dalam do'a.
Jika hujan begitu berarti, lalu mengapa ramai orang tak menyukainya? Begitu juga langit. Ia selalu hitam jika bersama hujan. Tak menunjukkan cerahnya, tak membagi kebahagiannya.
Seringkali aku memaki semesta,
Mengapa ketika hujan, langit begitu murung? Bahkan para awan berkumpul untuk menyaksikan bagaimana bencinya langit pada hujan tak berdosa itu. Jahat sekali, bukan?Tak jarang langit menunjukkan ketidaksukaannya dengan menghadirkan raungan guntur dan kilatan petir mengerikan. Seolah itu semua dapat mengusir keberadaan hujan. Namun ia salah besar. Hujan tak selemah itu. Ia adalah intan yang hanya akan hancur ketika dirinya sendiri yang menghancurkannya. Hujan tetap tidak pergi, ia masih ingin berlama lama dengan langit. Sesering apapun langit mengusirnya, Ia akan tetap kembali, meski segala benci yang selalu ia dapati.
-bersambung-
Wehee.. Aku kali ini bikin part panjang ya♥
Jangan bosen bosen bacanyaa
Love u
KAMU SEDANG MEMBACA
Secuil Ungkapan
RandomSepenggal kata yang menafsirkan jutaan rasa di dada. Jika kamu terus saja menyukai kesepian, Lantas bagaimana kamu akan bangkit dari keterpurukan? (Kutipan) Quotes-