Bazra #5

8 1 0
                                    


Selepas bel istirahat kedua berbunyi, entah Aqifa maupun Bazra segera ingin kembali ke kelas. Dan karena hari ini hari Jumat, anak laki-laki akan melaksanakan sholat jumat dan yang perempuan, harus mengikuti serangkaian acara keputrian.

Saat dari kantin, mereka harus melewati masjid sekolah terlebih dahulu jika ingin sampai di koridor ruang kelas. Aqifa yang melihat Bazra acuh tak acuh saat melihat masjid itu pun segera menyenggolnya.

"Lo gak sholjum, Zra?" Tanya Aqifa hati-hati.

Kini cewek itu tau bahwa Bazra memang sedikit sensitif. Tetapi jika disampaikan dengan cara yang benar, Aqifa tau jikalau Bazra pasti akan bisa mendengarkannya secara perlahan.

"Kenapa gue harus sholjum?" Bazra balik bertanya, yang terus terang membuat Aqifa melongo.

"Lo orang muslim, kan?"

"Ya."

"Zra... setau gue, sholjum itu hukumnya sunnah muakkad. Yaitu sunnah yang sangat dianjurkan. Gue bukan maksudnya mau ceramah atau nakut-nakutin elo, nih. Tapi setau gue, kalo ada cowok muslim udah baligh yang gak sholat jumat 3 kali, itu dia harus ngulangin kalimat syahadat sama kyai yang ada di masjid deket rumahnya," presentasi Aqifa yang hanya dibalas kebungkaman oleh Bazra.

Aqifa awalnya mengira bahwa Bazra akan segera meninggalkannya untuk segera bersiap-siap pergi ke masjid. Tetapi ternyata, cewek itu salah. Bazra tetap mengikutinya hingga ke dalam kelas mereka--yang terletak di lantai empat.

"Nanti belajar MTK-nya jadi?" Aqifa bertanya sebagai klarifikasi. Bazra yang mendengar itupun hanya membalasnya dengan anggukan singkat.

Saat Aqifa sudah duduk di bangkunya dan menegak air mineral dari dalam botol Tupperware yang ia bawa dari rumah, Bazra segera melenggang pergi begitu saja.

"Bazra! Mau kemana?" Tanya Aqifa penasaran.

"Apa, sih? Kan, udah." Bazra berkata dengan tidak jelas, yang membuat dahi Aqifa menampilkan guratan-guratan halus. "Udah, kan?"

"Udah apaan, sih? Udah apaan? Apaan nggak?" Rentet Aqifa dengan bawel. "Kalo ngomong sama lo tuh harus yang jelas, ya. Soalnya lo tuh makhluk Pluto. Nggak jelas."

"Apanya yang gak jelas?"

"Ngomongnya."

"Apanya?"

"Itu..... apa coba tiba-tiba lo ngomong 'Kan, udah.'? Dasar anak aneh!"

"Hah?" Bazra melongo sebentar. Hal yang baru disadari oleh Aqifa, jika hanya dengan tampang blo'onnya, Bazra bisa terlihat seganteng itu. "Maksud gue, kan, lo udah gue anterin ke kelas?"

"Ngapain lo ngaterin gue ke kelas?" Jawab Aqifa walau dengan balas bertanya. Tetapi walaupun begitu, tanpa sepengetahuan siapapun, ada secuil rasa senang dalam hatinya ketika Bazra mengatakan hal tersebut. Padahal, bisa saja Bazra bicara seperti itu hanya dengan asal ngomong seperti biasanya.

Namanya juga Bazra.

"Ya... anterin aja?" Ungkap Bazra sendiri. Tidak yakin dengan ucapannya.

"Terus gue masih bingung. Lo ngapain bilang 'Kan, udah.' sama lo ngapain mau pergi?"

"Apaan, sih? Aneh banget."

"APAAN, SIH, KOK JADI ELO YANG NGATAIN GUE ANEH!? YA JELAS-JELAS AJA YANG ANEH ITU ELO!"

"Lo, kan, udah di kelas. Ya gue mau turun lagi. Sholat jumat. Kenapa? Kangen? Mau nempel sama gue mulu, ya, lo?" Selidik Bazra yang kini membuat Aqifa memeragakan gerak seolah ingin muntah. Melihat reaksi dari Aqifa, bukannya marah, Bazra justru tersenyum tipis. "Kangen bilang," ucap cowok itu masih dalam rangka meledek Aqifa.

"Najis!" Aqifa berseru, yang membuat Bazra terkekeh kecil dan langsung meninggalkannya di kelas.

Usai Bazra pergi, Aqifa langsung menghampiri Lembayung dan juga Ankara yang kini sedang menggosip di depan kelas bersama dengan Kalista CS.

"Widih, kayaknya bakalan ada couple baru di kelas, nih," celetuk Beby yang langsung diiyakan oleh anak-anak perempuan lain yang ikut menggosip.

"Tau lo, Fa! Baru sehari jadi chairmate sama Bazra, eh, udah bisa selengket itu. Gimana seminggu coba? Sebulan? Dua bulan? Fix ini, mah! Si Bazra betah!" Kali ini Fakhira yang menimpali, sedangkan Aqifa hanya bisa diam dan tersenyum-senyum. Tidak tau harus merespons seperti apa.

"Bazra tuh bandel, Fa. Tapi dia emang manis, sih. Nggak papa, gas aja," kata Niken pada Aqifa yang membuat gadis itu penasaran.

"Lo kenal Bazra dari kapan, Ken?"

"Dari SMP." Niken menjawab dengan ekspresi serius. "Bazra tuh dari SMP, ya, suka ngerokok. Suka clubing. Suka ikut balapan liar. Suka main judi bareng preman-preman deket parkiran sekolah. Terus, kan, ya, temen gue pernah ada yang jadi pacarnya dia. Anjirt, katanya Si Bazra itu agresif. Parah, sih, walaupun tampangnya beler-beler begitu, kalo soal urusan bikin cewek lemes, Bazra itu ahlinya sumpah!"

"Hah, serius lo!?" Anak-anak perempuan yang lain terlihat terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Niken.

"Tampangnya emang amburadul, sih."

"Muka-muka anak band, sumpah."

"Badannya atletis, sih, tapi cungkring banget. Tapi otot-ototnya parah, sih, kece banget. Bahunya tegap abis lagi."

"Bazra emang lebih cocok jadi anak IPS dah."

"Gak suka gue cowok bandel."

"Ati-ati aja hamil kalo lo deket-deket sama dia."

"Gila, ya! Gak nyangka gue kalo Si Bazra seliar itu.... "

Aqifa memejamkan matanya saat anak-anak perempuan yang lain masih sibuk menggunjing Bazra dengan segala keburukkannya. Aqifa merasa muak dengan itu semua.

Dia tidak mau naif dan munafik. Dia juga pernah membicarakan keburukkan orang lain di belakang orang tersebut. Namun entah mengapa bagi Aqifa, lain halnya dengan kasus Bazra. Entah mungkin karena Aqifa baru merasa bahwa menggunjing orang itu tidak benar atau karena yang digunjing itu adalah Bazra Bagas, makanya ia menjadi tidak senang seperti ini?

"Tapi menurut firasat gue, Bazra cowok baik." Aqifa menegaskan hal tersebut pada dirinya sendiri. "Bazra itu cowok baik. Buat gue, Bazra itu cowok baik. Kalo emang sekarang dia masih jauh dari kata baik, gue bakal berusaha nuntun dia buat kearah yang lebih baik."

Dan entah setan apa yang merasukinya, di hari-hari berikutnya, Aqifa akan menepati ucapannya tentang membuat Bazra kearah yang lebih baik.

Dan sepertinya jika bersama dengan cewek itu, Bazra tidak merasa keberatan.

●●●

CRY BABY [ONE SHOT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang