Senja yang Menjauh

99 9 2
                                    

Tak seharusnya meminta waktu terjeda hanya karena untuk terus melihat senja.
-gdblackpearl-

"Biarkan saja dia, tak usah pikirkan laki-laki tak punya hati itu" kata Ririn sang ratu bawel

"Niera, ayolah kamu tidak boleh terus seperti ini" kata Nada sembari menambahkan

Perkenalkan namaku Aniera Mikaela, orang-orang sering memanggilku An atau Niera. Aku berumur 17 tahun berasal dari keluarga sederhana, bersekolah disalah satu sekolah swasta SMA PELITA JAKARTA.

Keluarga kami mempunyai usaha restoran yang diurus oleh Ayahku, peninggalan dari almarhum kakek. Aku mempunyai ibu yang begitu lembut, dan dua orang kakak yang satunya bernama Queena, dia seorang arsitek. Dan yang satunya lagi bernama Kirania bekerja tak jauh dari dunia pensil, dia adalah seorang fashion designer. Sedangkan ibuku dia adalah seorang yang hebat karena, dapat mengurus kami semua.

Aku juga mempunyai dua orang sahabat. Kita bertiga berteman dekat sejak dari kelas sepuluh kebetulan, sekolah kami tidak ada yang namanya class rolling jadi kita sekelas terus.

Nada, dia mempunyai kulit kuning langsat, hidung mancung dan pipi chuby. Seperti namanya Nada berkaitan dengan harmoni, dia sangat menyukai musik dan mempunyai suara yang begitu memukau, dia sering tampil di restoran keluarga kami atas permintaan dari Ayah. Nada memang berasal dari keluarga pecinta musik yang mempunyai talent luar biasa.

Ririn, wanita berbadan mungil, berkulit putih dan berwajah tirus ini adalah manusia terbawel yang pernah kutemui di bumi. Dia sangat mementingkan style mulai dari ujung kaki sampai ujung rambut sangat diperhatikannya dan dia selalu membawa kaca kemana-mana. Tapi, tak ada yang sangka wanita fashionable ini sangat tau banyak tentang arkeologi.

Mereka berdua bermaksud untuk menyemangatiku, membantuku agar bisa keluar dari danau kegalauan yang membuatku terus meneteskan airmata.

Aku menyukai laki-laki itu, namanya Jesen. Laki-laki tinggi, berkulit putih dan bermata agak sipit.

Dulu dia selalu datang membawa tawa tapi, sekarang dia pergi memberi luka tanpa sepatah kata.

Jesen menjauh dariku saat dia tau perasaanku, itulah saat yang kukhawatirkan terjadi.

Kita sangat dekat tapi, pada akhirnya semua seperti ini.

Saat minggu kemarin di suatu pesta ulang tahun salah satu teman kelasku, aku melihatnya tersedat saat sedang memakan sepotong kue. Aku reflek segera mengambilkannya segelas orange juice di meja depan dan mengulurkan tangan kananku untuk memberikan segelas orange juice itu tapi, dia malah pergi menjauh dariku sama sekali tak mau menatapku dan memilih untuk pergi mengambilnya sendiri.

Untung saja, saat itu ada Ririn dan Nada. Jadi, aku bisa menceritakkan semuanya sambil tersedu-sedu.

Aku mungkin wanita yang terlalu buruk untuk laki-laki sempurna sepertinya makanya, dia menjauhiku. Dia tak tau bagaimana rapuhnya perasaanku saat dia melakukan itu.

Apalagi sekarang dia telah dekat dengan banyak wanita, aku semakin rapuh berkeping-keping jika mendengar ataupun melihatnya bersama wanita lain. Meskipun kita diatap kelas yang sama, kita sudah tak pernah tegur sapa.

***

Aku, Ririn dan Nada selalu punya waktu bersama entah itu didalam sekolah ataupun diluar sekolah.

"Aniera Mikaela yang ceria sejagat raya kamu boleh saja membohongi kita lewat senyum palsumu itu tapi, kamu tidak bisa membohongi kita lewat matamu" kata Ririn sambil memegang sedotan dari segelas pop ice.

"Ayolah An, tidak usah berpura-pura tersenyum, perlihatkan keceriaanmu lagi. Aku akan pergi memarahi Jesen sekarang dia benar-benar tak punya hati" sambung Nada yang sedang mengunyah siomay dari kantin bi Inem.

"Tidak usah Nad, untuk apa kamu memarahinya? Tidak akan berpengaruh"

"Oke, aku tidak akan memarahinya. Tapi, aku mohon berhentilah seperti ini dan tetaplah menulis. Sudah tiga bulan kamu meninggalkan semua hobimu hanya karena dia" balas Nada

Biasanya aku selalu menuangkan rasa indah yang kusimpan dalam bentuk rangkaian kata saat aku melihat cahaya senja. Tapi, sekarang aku tak bisa lagi membentuk rangkaian kata itu, cahaya yang kulihat telah pergi menjauh dan senja hilang seiring waktu berjalan.

"Iya An, lagi pula apa yang kamu harapkan dari Jesen? Dia tak pantas dicintai oleh wanita sebaik kamu. Dia jahat, memberi harapan kepada semua wanita yang ia dekati" sambung Ririn lagi yang sekarang sudah memegang kaca.

"Memberi perlakuan khusus kepada satu wanita tidak apa-apa itu wajar tapi, jika memberi perlakuan khusus kepada lebih dari satu wanita itu tak wajar" balas Nada

Aku tidak tau harus membalas semua apa yang Ririn dan Nada katakan.

"An, ngomong-ngomong hari ini kamu diantar pak Hilal tidak?" tanya Ririn

"Tidak, pak Hilalnya pulang kampung memangnya kenapa?"

"Dia kangen sama pak Hilal kali" sambung Nada sambil tertawa kekeh

"Yeee, aku mau nebeng soalnya kunci mobilku disimpan Rava yaa Anieraku yang baik" bujuk Ririn

"Boleeh"

"Makanya jangan suka marah-marah sama adik sendiri, kualat tau" ejek Nada

"Ihh, bagaimana aku tidak marah jika heelsku digambar-gambar sama dia"

"Itu seni Rin, seni" balas Nada

"Seni seni seni apaan" Ririn cemberut dan aku dan Nada tertawa geli melihat Ririn yang cemberut. Mereka sangat bisa membuatku terhibur, walaupun itu hanya sesaat.

Bel sekolah sudah berbunyi pertanda, saatnya kembali masuk kelas dan melanjutkan kegiatan pembelajaran. Kita bertigapun langsung beranjak dari kantin yang perlahan sudah mulai sunyi.

Bersambung...

THANKYOU READERS💦
HAPPY NEW YEAR🎆
PLEASE VOTE AND COMMENT🙏

KHAFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang