Langit Mendung

37 6 4
                                    

Aku, disini masih dengan sosok yang sama.
Diam dengan berjuta rajut alasan bersama jahitan kalimat penjelasan.
-gdblackpearl-

Matahari pagi, menyinari separuh wajah gadis yang sedang terlelap ini. Matanya yang besar perlahan mulai terbuka karena, terik dari sang surya.

Hari sabtu 08.10

Aku langsung ke dapur mencari segelas air putih dan menghampiri mama yang sedang asik menyirami tanaman-tanaman kesayangannya yang ada di teras depan.

"Mah, Papa mana?"

"Barusan baru saja berangkat" Aku menyandarkan tubuhku di pintu dengan memakai daster bermotif bunga.

"Ih, mandi sana anak perempuan jam segini baru bangun" kata wanita beraroma wangi yang berpenampilan fashionable siapa lagi kalo bukan kak Kiran

"Biarin"

"Mah, aku berangkat dulu yah mah" kata kak Kiran sambil mencium tangan kanan Mama

"Iya, hati-hati dijalan yah sayang"

...

"Kak Queena mana ma?"

"Dikamarnya"

Aku meninggalkan Mama yang sedang bernyanyi sambil menyirami tanamannya.

"Kak, mau aku buatkan nasi goreng?" Kak Queen yang sibuk menghadap laptop langsung menoleh kearahku yang masih memegang daun pintu kamarnya

"Anieraa, boleh boleh" jawabnya sembari tersenyum cantik

Beberapa saat kemudian, aku membawakannya nasi goreng khas buatanku yang menjadi favorit sekeluarga.

"Kenapa An? Maaf yah kakak jadi jarang ada buat kamu" kata kak Queena sambil menutup layar laptop.

"Tidak apa-apa kak, aku tau kok"

"Gini yah An, jika ada sesuatu yang buat kamu merasa tidak nyaman tinggalin, kamu bisa-bisa kehilangan sesuatu hanya karena ketidaknyamanan itu"

Membahas semuanya dengan kak Quenna seakan dia tau, bahwa saat ini aku tidak baik-baik saja.

Aku mendapat satu lagi pesan berharga dari seorang wanita karir yang kini menyantap habis nasi goreng buatanku, semoga semua pesan-pesan yang kudapat menjadi inspirasiku untuk pergi dari hidup seseorang yang berusaha sedang mengusirku.

Jadi hari ini, aku berencana untuk menghabiskan waktu sendiri, membuat hati dan pikiranku tenang agar bisa melupakan sendu. Aku harus melupakannya dengan membiarkan cahaya itu pergi.

***

Kabut tebal menampakkn dirinya bersama rintikkan-rintikkan hujan kecil. Oversize hoodieku yang tebal ternyata masih membuat suhu tubuhku kedinginan.

Walaupun begitu, tidak mengurungkan niatku untuk keluar dari danau kegalauan itu.

Toko Buku tempat yang kurindukkan sedari tiga bulan lalu. Memang, sudah lama aku tak kemari semejak kejadian itu.

Mencoba kembali dengan memilah-milah buku yang akan menemaniku sepanjang minggu ini.

Aku berada dibaris ketiga untuk membayar sebuah novel kisah cinta remaja yang kupilih tadi.

Ada Jesen disana yang baru saja masuk, dia sama sekali tidak menegurku dan hanya menatapku begitu saja seperti orang asing baginya. Padahal perasaanku masih begitu tulus mencintainya, dan belum saja berubah.

KHAFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang