Rintikkan Hujan

63 4 9
                                    

Rintikkan hujanpun datang setelah langit mendung, aku senang dia masih turun dimusim pancaroba.
-gdblackpearl-


Khafa

Aku tengah memperhatikkan gadis cantik pemilik mata indah itu, mata yang sepertinya tak asing bagiku. Ia memakai oversize hoodie tebal berwarna abu-abu, ia duduk satu meter tepat dari hadapanku.

Gadis itu terlihat sangat manis. Matanya tengah sibuk menatap layar laptop dan tidak sadar bahwa ada aku yang sedang memperhatikkan mata indah itu. Tapi sayang, kelihatannya mata indah itu sedang menyimpan sendu.

Kurang lebih setengah jam, dia terlihat menerima telpon dari seseorang, matanya seketika berkaca-kaca seperti telah mengumpulkan bendungan airmata. Gadis itu segera beranjak pergi dengan cepatnya dan meninggalkan flashdisk miliknya yang mungkin tidak dilihatnya. Segera aku mengambil flashdisk itu dan mengejar pemiliknya, ia mengendalikkan sebuah mobil putih dengan sangat cepat.

Dia tiba di depan sebuah rumah sakit dan berlari-lari untuk masuk ke dalam. Baru saja aku ingin memanggilnya tapi, ia sudah langsung dipeluk oleh seorang wanita yang lebih tua darinya. Bendungan air matanya keluar dengan derasnya pada saat itu juga.

Mungkin, ada sesuatu yang terjadi pada seseorang yang sangat dicintainya. Aku menunggunya di koridor rumah sakit dan tanpa sadar, aku tertidur disana.

23.30

Gadis itu keluar dengan kelopak mata sembab, ia terlihat ingin pergi dari rumah sakit dan akan menyetir sendiri. Aku khawatir akan terjadi sesuatu padanya jadi, aku memutuskan untuk mengikuti gadis itu. Ia sampai di sebuah rumah dengan gaya arsitektur minimalis, pasti itu tempat tinggalnya. Tidak mungkin aku menemui gadis itu untuk mengembalikkan flashdisk miliknya, selarut ini apalagi kita tidak saling kenal, kupikir besok bisa.

Aku begitu penasaran dengan isi dari flashdisk itu. Dengan beberapa pertimbangan, akupun membukanya. Nama gadis pemilik mata indah itu ternyata Aniera. Didalamnya tersimpan puisi dan cerita-cerita fiksi mungkin, karya gadis itu.

Aku pergi kerumahnya pagi-pagi, khawatir dia akan segera keluar. Aku menemui wanita yang memeluknya sewaktu di rumah sakit semalam dan menceritakkan semuanya. Gadis itu keluar dari kamarnya dan menatapku penuh kebingungan. Dia sangat ramah dan baik hati tapi sendu dimatanya, yangku lihat saat dicafe kemarin masih belum hilang. Jika bisa, aku ingin sekali untuk mengeluarkan sendu yang menghalang di mata indahnya itu.

***

Aniera

"Tau apa?" tanyaku dengan cepatnya

"Tau bahwa penulis membutuhkan waktu"

"Ohhh, kukira apa. Kita belum berkenalan secara resmi namaku Aniera Mikaela"

"Khafa Daniel"

Aku tertegun mendengar nama itu, sepertinya aku pernah mendengar nama itu sebelumnya.

"Aniera" dia melambai-lambaikan tangannya didepan wajahku

"Maaf.. maaf"

"Kamu kenapa?"

"Namamu kedengaran tak asing"

"Mungkin perasaanmu saja"

Aku dan Khafa menjadi berteman baik mulai saat itu, awal membahas tentang gambar dan tulisan sebuah karya karangan kini berlanjut pada realita kehidupan. Entah kenapa kehadirannya seperti membawa kelegaan untukku. Dia orang yang dewasa dan sering membawa tawa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 16, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KHAFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang