Keluar dari Lamunan

41 6 1
                                        


Sepulang sekolah setelah aku mengantarkan Ririn, aku pergi ke butik kecil milik kak Kiran untuk menceritakan masalahku. Sebenarnya, aku ingin menceritakan juga ke kak Queen tapi, karena tuntutan dunia dia semakin sibuk dengan pekerjaannya.

"Niera, kamu udah gede sekarang sudah tau rasanya patah hati. Apalagi kalian akan segera lulus sudah tak lama akan segera berpisah jadi kamu bisa menghilangkan perasaanmu ke Jesen"

"Tapi kak, aku masih menyukainya sampai detik ini meskipun dia mungkin membenciku aku tetap ingin bersamanya"

"Ingat Nier, diri kamu juga berharga, cintai dulu diri kamu sendiri baru kamu mencintai orang lain. Lebih baik, saat ini kamu fokus untuk UN" kata wanita cantik berusia 21 tahun, yang duduk disebelahku.

Setelah aku dan kak Kiran ngobrol kurang lebih 30menit, aku berpamitan untuk pulang duluan karena hari menjelang gelap dan aku masih mengenakkan seragam.

Sesampai dirumah, aku langsung memarkirkan mobilku digarasi. Berusaha melangkahkan kakiku menaiki satu persatu anak tangga untuk sampai keteras rumah. Aku langsung disapa Mama saat baru diruang keluarga yang ada didekat kamarku.

"Anakku, kenapa baru pulang ini jam berapa sayang?" tanya wanita 45tahun, yang duduk di sofa sambil memudarkan gula di tehnya.

"Jam 18.05 mah, jam sebesar itu masa mama tidak melihatnya" sambil aku menolehkan mataku kearah jam yang dipajang didinding tepat diatas tv.

"Niera ini mama mau marah loh sama kamu"

"Jangan marah mah, entar makin tua cantiknya luntur"

"Dasar yah kamu, tau aja godain mama" Mama langsung merangkulku sambil memegang secangkir teh itu.

"Memangnya kamu dari mana?"

"Dari butiknya kak Kiran"

"Tumben, kan entar ketemu dirumah"

"Kalo aku cerita dirumah mama sama papa kepo lagi, jadi lebih baik aku cerita di butiknya kak Kiran"

"Masalah Jesen lagi?" tanya Ibu sambil tersenyum tulus

"Ti..tidak kok" Aku langsung melepaskan rangkulan Mama dan segera melangkah cepat kekamar.

"Eh eh mau kemana denger nama Jesen kok lari, berarti benar ya tentang Jesen?"

Aku langsung menutup pintu kamar dan membersihkan diri dari penat lelahnya aktivitas dengan air hangat yang turun seperti hujan.

Pikiranku kembali fresh, aku duduk di kursi belajar dekat jendela kamarku dan hanyut dalam lamunan buram.

Aku harus bangkit lagi, menjadi Aniera yang dulu dan harus bisa menerima kenyataan bahwa waktu tidak lagi seperti dulu. Meskipun sulit untuk kulakukan aku harus melakukannya.

Tiba-tiba lamunanku terlintas pesan papa, aku sampai lupa tadi pagi papa memintaku memanggil Nada untuk menyanyi direstoran kami.

Grup Line Nirina Bidadari tanpa Sayap

Niera : 🎼🎵🎶🎼🎵🎶🎼🎵🎶

Nada : Iya iya iya iya?

Ririn : Kodenya kebanyakan An

Niera : Kepepet Rin. Kerestoran yuk, aku lupa bilang tadi pagi papa minta kamu Nad untuk nyanyi malam ini.

Nada : Kenapa baru bilang sih? Untung aku tidak ikut Mamaku tadi ke undangan pernikahan tetangga

Ririn : Yes, maiiiinnnnnn

Niera : Baguslah, aku tunggu di restoran yah kalian berdua jam 19.30 tidak boleh telat yah Rin khusus buat kamu!

Ririn : Siaap bu

Aku langsung cepat-cepat mengganti pakaian. Mini dress tanpa lengan berwarna soft pink dengan jacket jeans berwarna sedikit muda, dan sepatu converse putih menjadi pilihanku malam ini.

"Kamu udah mau pergi?" tanya Mama saat aku baru ingin berpamitan

"Iya mah, aku pergi dulu yah" jawabku sambil mencium tangan Mama

"Hati-hati yah sayang, jangan ngebut" pesan Mama yang ke-1001kali ia ucapkan

"Iya mah"

Aku langsung menaiki kuda besi kecil berwarna putih tulang kesayanganku dan segera melaju pergi

... Setelah sampai di restoran, gadis berbadan mungil ini langsung berjalan menuju ke ruangan Ayahnya. Beberapa pelayan yang mengenakan bawahan berwarna hitam dan atasan kemeja berwarna putih dilengkapi dengan dasi kupu-kupu menyapanya dengan ramahnya dan dibalasnya dengan lebih ramah lagi.

Ruangan berdinding putih dengan gaya arsitektur modern serba gray dan tanaman hias dracaena membuatnya terkesan sangat tenang dan indah.

"Papa..." Aku berjalan mendekati lelaki berusia 47tahun yang sedang duduk menghadap kumpulan kertas yang berserakan di atas meja

"Anakku, kamu sudah datang Nada sama Ririn mana?" Papa memelukku dengan penuh kasih, dimata papa aku adalah Aniera kecilnya yang masih berumur 7tahun

"Mereka mungkin masih dalam perjalanan pa" jawabku sambil melihat jam tangan berwarna putih di pergelangan tangan kiriku.

"Kamu tadi ke butik kak Kiran yah?"

"Iya, pasti kak Kirankan yang bilang?"

"Bukan, mama" jawab papa sambil tertawa kecil

"Ih mama apaan sih"

Suara ketukan pintu berbunyi.

"Itu pasti Nada dan Ririn"

"Silahkan masuk" pinta papa

"Malam om" sapa Nada dan Ririn kompak, papa langsung membalas sapaan mereka dengan khasnya dan kita semua langsung keluar dari ruangan itu.

... Nada membawakan lagu dengan harmoni indahnya bersama alunan piano membuat semua yang mendengar suaranya terbuai dengan suasana nadanya.

"An, lupakan Jesen. Biarkan saja dia, asik dengan semua yang ia lakukan"

"Iya aku maunya juga seperti itu Rin tapi melupakan seseorang, tidak semudah mengucap lewat bibir"

"Bagaimana kamu bisa menghilangkan perasaanmu ke Jesen sedangkan kamu sendiri terus berlarut-larut dalam kesedihan" bisik Ririn sembari matanya masih memperhatikan Nada yang sedang bernyanyi.

Benar apa yang dikatakan Ririn, bagaimana aku bisa keluar dari danau kegalauan itu jika aku sendiri tidak berusaha untuk keluar.

Bersambung...

Quotes :
Kenangan takkan bisa terulang kembali semanis dulu, sekalipun terulang takkan bisa sama seperti yang sudah berlalu.
-gdblackpearl-

Thankyou Readers💦
Happy New Year🎆
Please Vote and Comment🙏

KHAFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang