Aku menemukanmu, dan semua waktu panjang itu ... terasa tak pernah berlalu.
——————————
Raska berhenti di depan pintu lift yang masih tertutup, tak ada pembicaraan apapun dengan Maira. Perempuan itu juga masih berada dalam jarak lima langkah darinya. Raska mulai sibuk dengan pikirannya, hingga mengabaikan suara lirih Maira yang memanggilnya sejak tadi.
Apa aku bau? Jadi dia menjauh dariku? Ah! Dia wanita pertama yang selalu menjauh dariku, pikir Raska percaya diri dengan mata yang tidak fokus menatap ke depan.
"Eghm! permisi." Maira mengeraskan suara.
"Ah! Maaf, ada apa?" tanya Raska setelah tersadar dari lamunan, gejolak pikirannya.
"Ruangannya di lantai berapa? Silakan naik lift terlebih dulu. Saya akan menyusul." Raska mengerutkan keningnya.
"Kenapa kita tidak bersama-sama saja?"
"Saya rasa itu tidak baik, karena hanya ada Tuan dan saya di dalam ruang sempit itu."
"Kamu takut aku berbuat macam-macam?"
"Bukan begitu. Maaf, tapi bisakah kita tidak berdebat?" ucap Maira dengan nada datar namun suaranya masih lembut membuai indera pendengaran lelaki itu.
"Bagaimana kalau kita naik tangga saja? Di jam ini, tangga pasti ramai. Dan ruang geraknya lebih luas." Maira mengiyakan ajakan lelaki di depannya, ingin semuanya cepat teratasi. Tanpa memedulikan ada di lantai berapa ruangan Raska dan mengabaikan nyeri di kakinya.
Mereka berjalan menyusuri tangga, memijakkan kaki di setiap anak tangganya. Hanya ditemani keheningan dan sapaan pegawai-pegawai yang lalu lalang. Pegawai yang melihat Raska, pemilik perusahaan, berjalan menaiki tangga, hanya mampu mengerutkan kening. Tanpa ada teguran. Tidak seorang pun berani menatap wajah Raska. Sosok pemimpin yang tidak ramah dengan pegawai.
"Eghm." Raska berdehem setelah sampai di lantai dua. Maira hanya memandangi tangga yang akan dipijaknya. Bego! Gue sampai lupa kalau ruangan gue di lantai 9. Bisa malu kalau gue kelihatan kelelahan! batin Raska menyadari kebodohannya yang mengajak Maira untuk naik tangga.
"Kamu ada perlu apa ke kantor ini?" Raska berhenti melangkah diikuti Maira yang turut berhenti.
"Melamar pekerjaan." Maira tidak melihat Raska yang posisinya lebih tinggi darinya, selain tubuh Raska yang tinggi, Raska juga berada di anak tangga lebih tinggi darinya.
"Fresh-graduate?" Maira mengangguk kecil sementara Raska hanya ber-oh ria.
"Terus sudah interview?" Maira menggeleng kecil sembari melanjutkan langkahnya. Karena Raska juga melangkahkan kakinya kembali, "katanya kapan dihubungi sama HRD?"
"Entah. Sudah ditolak." Maira terkekeh. Jawaban perempuan di belakangnya membuat Raska sontak menoleh karena terkejut.
"Ditolak? Sebelum interview?" Maira menggelengkan kepalanya lagi membuat Raska mengerutkan keningnya.
"Ditolak sebelum isi daftar hadir?"
Maira tersenyum manis di balik niqobnya. Ia sudah menerima penolakan kali ini. Berani sekali mereka menolak Maira?! batin Raska menahan amarahnya, tangannya mengepal. Maira tanpa sengaja menatap tangan Raska yang mengepal.
"Pemimpin aneh," gumam Maira sangat lirih.
Mereka masih ada di lantai empat. Raska bimbang untuk menanyakan keadaan Maira, karena sejak tadi dilihatnya sekilas. Keadaan Maira baik-baik saja, tanpa napas memburu. Raska yang sudah jarang pergi berolahraga terlihat kelelahan dan berkeringat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku #1 | My Beloved Niqobi [TAMAT]
SpiritualSUDAH TERBIT Cover by Finairakara Buku 1 | Niqobi Series ------------------------ Rank #36 in Spiritual (1/6/2018) Rank #55 in Spiritual (26/4/2018) ------------- Versi re-make telah hadir di https://Cabaca.id dengan judul yang sama. ...