Kejar cinta dan ridho Allah. Maka kamu akan mendapat segalanya. Bahkan surga beserta segala keindahannya.
———————————
Raska bersandar di kap mobil yang baru saja mengantarnya dan Reva ke sebuah pesantren di Malang. Matanya menatap nanar ke sekeliling. Sedangkan, beberapa santri yang tengah lalu lalang juga memandangnya sekilas. Berkali-kali ia menghela napas. Ia jengah.
"Raska, ayo sini!" Raska berjalan ke arah Reva yang berada di depan ndalem.
"Raska ikut Mama pulang saja, lah. Ini jauh banget loh dari Cikarang." Reva melotot.
"Kamu pulang, setelah sikap kamu kembali lebih baik. Mama akan kunjungi kamu se-ja-rang mungkin, itu tujuannya kenapa Mama pilih pesantren di Malang." Reva berjalan tanpa mendengarkan suara Raska. Ia harus melakukan ini, sebelum putranya benar-benar buruk sikapnya.
"Raska kan sudah kelas 12, Ma." Reva berhenti lalu menatap Raska jengah sekaligus iba. Ia tak pernah berpisah dengan putranya untuk waktu yang lama.
"Kalau kamu tahu, kamu kelas 12. Kenapa sikapmu seperti itu?"
"Kan Raska su—"
"Ini keputusan final. Kamu di pesantren sampai lulus MA."
Raska menghela napas dan memilih diam sembari menggendong ransel besarnya. Setelah mobil Reva keluar dari lingkungan pesantren, ia berdiri di tempatnya. Matanya menyapu halaman pesantren yang cukup luas, lalu menemukan sebuah pohon yang terletak di sudut halaman. Bukan pohon itu sebenarnya, tapi seseorang yang tengah memanjatnya. Mencoba kabur, heh?!
Raska mendekat, lalu mengejutkan si pemanjat yang tengah celingak-celinguk. Mencurigakan.
"Eghm!" Pemanjat itu berteriak terkejut dan terjatuh."Argh! Pantat gue! Siapa lo? Beraninya kagetin gue!" Ia berdecih sebal.
Raska tertawa, "mencoba kabur, heh? Gue laporin loh!" Si pemanjat yang mengenakan kopyah putih, celana jeans belel yang terbalut sarung, lalu sneakers putih, dan sebuah baju koko hitam, memandangi Raska. Penampilan yang mengesankan seorang berandal. Jeans, kaus, hoodie, topi, belum lagi wajahnya yang terdapat lebam.
"Anak baru?" Raska mengangguk.
"Gue Rio, Rio Ardinata." Pemanjat itu mengulurkan tangan yang terkepal, Raska tersenyum tipis dan ber-high five-ria dengan Rio.
"Raska, Alian Raska Raffael." Rio ber-oh-ria, membuat Raska sedikit penasaran, "sudah lama?"
Rio menggeleng, "tiga minggu."
"Kenapa masuk pesantren?" Rio mengendikkan bahunya dan berjalan meninggalkan Raska.
"Diasingkan, mungkin."
"Gue merasa juga gitu."
Beberapa pasang mata melihat keduanya. Seorang berandal yang baru masuk beberapa waktu lalu, berjalan beriringan dengan berandal lainnya yang baru masuk hari ini. Apalagi keduanya sama-sama diantar oleh mobil mewah saat datang.
Mereka berjalan menuju koperasi untuk membeli keperluan Raska, yang telah tertera dalam daftar dari pengurus pesantren. Ia harus mengangkat almari, kasur, dan barang-barang berat lainnya sendiri. Seorang Raska tidak akan mau melakukan itu.
Rio menepuk bahunya, kemudian berteriak, "Botol! Sini lo!"
Seseorang yang dipanggilnya mendekat dengan tubuh gemetar. Berbaju koko hijau, sarung berwarna senada, dengan kopyah hijau, dan sebuah kacamata ber-frame hitam tebal, penampilan itu cukup membuatnya terlihat seperti botol berjalan. Ditambah dengan badannya yang cukup berisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku #1 | My Beloved Niqobi [TAMAT]
SpiritualSUDAH TERBIT Cover by Finairakara Buku 1 | Niqobi Series ------------------------ Rank #36 in Spiritual (1/6/2018) Rank #55 in Spiritual (26/4/2018) ------------- Versi re-make telah hadir di https://Cabaca.id dengan judul yang sama. ...