Empat Belas: Niqobi itu ...

6K 455 3
                                    



F/N:

Ia seperti pungguk yang menemukan bulan untuk dirindukannya, kembali.

————————————


“Ali pulang.”

Reva memeluk putra kesayangannya, ia menangis tatkala mendengar suara lembut putranya kembali. Setelah bertahun-tahun tak dapat mendengarnya, nama Ali kembali dibawa dalam rumah ini. Setelah kepergian sosok Papa, Ali seperti bocah yang kehilangan tumpuan. Reva menghujani wajah Ali dengan banyak kecupan.


“Ali, siapa dia?” Reva mengerutkan kening bingung karena melihat seorang perempuan ada di belakang Ali.

Niqobi itu ... Maira.” Maira yang sedari tadi hanya diam menyaksikan keharuan keluarga kecil ini pun menganggukan kepala tanpa beranjak sedikitpun dari posisinya. Reva berjalan mendekati Maira. Tiba-tiba memeluknya membuat Maira terkejut sembari menggigit bibir agar tidak memekik kesakitan. Ali melongo.


“Terima kasih, telah membawa Ali pulang.”



Maira hanya diam. Reva merangkul lengan Maira dan mengajak masuk, tanpa memedulikan Ali yang tengah melongo karena tidak diacuhkan. Ali mengerucutkan bibir dan menghentak-hentakan kaki saat melangkah masuk. Membuat Reva terkekeh kecil, ia bahagia karena Ali telah kembali. Bukan Raska yang setiap hari hanya menyapanya dingin lalu pergi ke kamar, kemudian beranjak lagi hingga Shubuh. Ali naik ke lantai atas dengan kaki yang masih menghentak-hentak di setiap langkah.

“Hei! Anak kecil! Kamu nggak malu dilihat sama Maira?” Ali mengerucutkan bibir lagi lalu melanjutkan langkahnya ke kamar tanpa menjawab pertanyaan Mamanya.

Mata Mama berbinar, lagi. Aku benar-benar jatuh cinta dengannya, batinnya ketika sampai di kamar yang bernuansa hitam putih.

“Jadi, nama kamu Maira?” tanya Reva pada Maira yang dijawab anggukan.

“Terus cerita sama Tante, kamu ketemu sama Ali gimana ceritanya?” Reva bertanya dengan mata yang masih berbinar-binar sejak menatap Maira di depan rumah.

“Maaf, sebelumnya. Tapi kucing ini butuh pertolongan lebih dulu.” Maira menunjukan kucing yang sejak tadi ada di gendongannya, Reva mendelik melihat kucing terluka itu. Ia berlari ke belakang rumah meninggalkan Maira di ruang tamu. Lalu kembali dengan membawa sebuah kandang peliharaan berwarna merah jambu.

“Taruh sini ya, sayang. Sebentar, tante telepon sahabat tante dulu.” Maira hanya mengangguk.

“Kamu suka kucing ya? Tante juga suka banget sama kucing. Jadi cerita ke Tante, kamu ketemu sama Ali bagaimana?”

“Tuan Ali—“

Stop! Kamu jangan panggil Tuan. Bisa besar kepala dia. Panggil Ali saja.” Maira mengangguk.

“Ali menemukan buku Maira yang terjatuh.”

“Terus?”

“Waktu Maira mau pulang, ketemu kucing ini. Ali bersedia menolong, sebagai gantinya Maira harus ikut Ali ke rumahnya untuk menemui Tante yang ... sakit,” lirih Maira di akhir kalimatnya, membuat Reva yang ber-oh ria tiba-tiba membelalakan mata.

“Anak itu. Mamanya sehat wal afiat dibilang sakit.” Maira terkekeh kecil.


“Ah! Itu dia teman tante.”

Buku #1 | My Beloved Niqobi [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang