Part Three

5 1 0
                                    

Angin berhembus dengan kencang disore hari.  Sudah lama Angga tidak seperti ini, maksudnya sudah lama ia tidak sendirian bahkan seragam sekolahnya juga masih melekat ditubuhnya.

Kata orang sendirian itu sangat menyakitkan, akan tetapi disaat sendirian Angga lebih bisa berpikir jernih karena saat sendiria, hatinya akan merasa tenang seiring hembusan angin.

Ia tau, dirinya memang banyak kelemahan dan juga dirinya bukanlah manusia super yang sanggup menahan rasa sakit karena kehilangan kedua orang yang ia sangat cintai didunia ini. Ditangan Angga, Angga memegang sebuah foto kecil yang berisi satu keluarga yang bahagia seperti tidak dapat tergantikan oleh keluarga lain.

Papa, mamah. Angga kangen.

******

C

ika melompat-lompat diatas kasurnya dengan girang, hari ini adalah hari sebuah kasur akan menjadi saksi kebahagiannya sekaligus menjadi samsak loncatannya.

"Yess!"

Kenapa Cika senang? Karena sehabis masa orientasi siswa dirinya akan mengikuti ekskul basket, dan juga disana ada gebetan kakak kelas yang akan menyadarinya. Membayangkannya saja sudah membuat bahagia, gimana kalau kejadian? Langsung pingsan, hehehehe.

Tanpa sengaja, Cika melihat seseorang lewat jendela yang sedang berada diayunan depan rumahnya. Kemudian gadis itu mendekat untuk melihat siapa yang disana.

Dengan segera, Cika mengambil jaket boombernya dan memakainya lalu berjalan cepat ke bawah saat melihat Angga sedang sendirian sambil melihat sebuah foto.

"ANGGAA" Teriak melengking Cika yang bisa sampai tersengar ke seluruh kompleks.

Angga tersentak, buru-buru merubah ekspresi wajahnya. "Ada apa elo lari-larian kayak orang gila? Terus teriak nyampe telinga gue sakit." Ketusnya lalu mengayunkan ayunannya.

Cika mengepal tinju tangannya, pertanda bahwa ia sudah siap meninju targetnya. "Mau mati lo?! Terus ngapain disini?"

Angga terlihat cuek, akan tetapi hatinya berdesir hangat karena ia tau bahwa Cika mengkhawatirkan keadaan dirinya.

"Gue tuh, lagi mikirin tugas yang dikasih ketua OSIS tadi."

"Bukannya itu tugas ketua kelompok, ya?"

Memang tadi OSIS menyuruh kepada ketua kelompok untuk membuat kelompok mereka bekerja sama dan tidak ada persilisihan pendapat yang memacu pertengkaran. Sedangkan kelompok Angga adalah kelompok yang paling ribut, dan Angga tidak yakin ia bisa membuat mereka menjadi kompak.

Angga menoleh malas pada Cika. "Gue ketua nya, bloon. Dan gue ga tau caranya bikin kelompok gue kompak."

cika menepuk tangannya, "Oooh gitu... Dikirain apa"

"Emang lo kira apa?"

"Gue kira elo kesurupan ama zombie dan otak elo dimakan ama mereka." Dan asal kalian tau, dirinya juga tidak tau alasan ia berlari dengan sempoyan untuk sampai disini lebih cepat.

"Lucu gembel."

********

Tanpa sadar hari berlalu dengan cepat, dan orientasi siswa berakhir dengan kesenangan dan tawa para siswa. Dan tanpa sadar Cika juga sudah mempunyai jersey yang kini ia coba didalam kamarnya.

"Bagus banget." Kagum Cika menganggumi tubuhnya yang sangat cocok dengan jersey nya.

"Yosh! Gue harus semangat, kalahkan mereka!!" Kemudian ia berhenti sebentar. "Eh, maksud--semoga gue bisa betah ama ekskul basket."

Gadis itu buru-buru menyimpan jersey sehabis dicoba dan dimasukkan kedalam lemari pakaiannya. Kemudian Cika berjalan ke bawah karena kabarnya Sena sudah datang dan dia berada di bawah saat ini.

"KAAAAK SENA, CIKA KANGEN BANGET."

Angga yang duduk disebelah Sena mulai menatap bosan, "Bagus, udah lengkap orang-orang yang menghancurkan dunia." Gumam Angga yang bisa sampai terdengar oleh Sena.

Sena menoleh seram pada adiknya, "Apa tadi kamu bilang?"

Buru-buru Angga, memalingkan wajahnya.

"Sena, om denger Angga mau kulian diluar negeri?" Tanya Robert memastikan.

Kemudian Anna menimpali, "Jangan ragu untuk meminta bantuan sama Om dan Tante, karena kalian udah anggap anak tante dari dulu."

Sena tersenyum senang, dirinya juga membawa berita membahagiakan kok. "Ga isah khawatir Om, Angga dapet beasiswa gratis disana." Kemudian mengusap kepala Angga dengan lembut. "Tinggal ni anak mau, abis lulus bisa langsung pergi."

Angga menepis tangan Sena dengan galak, "Apaansih Kak! Aku bukan anak kecil lagi! Dan itu juga aku yang berhak memutuskan."

"Ya iya."

"Dan lagi, tadi aku kena prank nya Kak Sena yang lagi nyamar jadi genderowo." Kesal Angga karena tangannya masih gemeteran ketakutan.

Mereka semua tertawa, dan bercakap-cakap karena sudah lama tidak bertemu karena kesibukkan masing-masing yang sangat padat.

TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 25, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Falling in loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang