Pertemuan

19 2 0
                                    

   Aku tak pernah mengira aku akan bertemu denganmu lagi disini. Dalam keadaan ini. Diwaktu ini.

   Sekali lagi kamu membuatku merasa waktu berhenti hanya dengan menatap wajahmu. Membawa kenangan masa lalu yang sudah susah payah ku kunci dalam ingatanku.

   Kini, kau hadir lagi dikehidupanku. Mengusik hidupku seperti sebelumnya.
Saat itu, aku seperti dibawa kembali pada memori usang yang sangat berharga bagiku. Namun dalam kenyataan masa kini, kau bukan milikku.

"Ini pacar aku, namanya Bian. Dan Bian, ini teman kerja aku, namanya Hana." Aku terpaku melihatnya. Aku harap ada seseorang yang membangunkanku dari mimpi ini.

"Hanaaa! Halooo! Malah bengong. Kenalan dulu dong!" bukan. Ternyata ini bukan mimpi. Ini adalah kenyataan.

"Lah, kamu juga malah bengong! Apa? terpesona sama temenku ya sampai nggak bisa berkata apa-apa? hehe..." Aku mendunduk. Aku tak berani melihat wajahnya. Lebih tepatnya, aku tidak sanggup melihat Bian yang terus menatapku.

"Kamu boleh aja lirik-lirik cewek lain. Tapi jangan sampai kamu melirik Hana. Bahaya! Bahaya! Bahaya!"

"Nia... kamu ngomong apa sih?!" aku berusaha menghentikan Nia supaya dia tidak mengatakan hal yang lebih aneh lagi.

"Hahaha...habisnya kalian diam aja. Bian, sekali kamu tertarik sama Hana, kamu nggak akan bisa berpaling dari dia. Temanku ini mungkin terlihat kaya tipe cewek biasa aja. Tapi sekali kamu tau sisi lain dari dia, kamu akan semakin ingin tau tentang dia dan pada akhirnya kamu akan jatuh cinta sama Hana!" Nia merangkulkan tangannya kepundakku.

"Hei, bicara omong kosong lagi! Kamu s'lalu kaya gitu tiap kali mengenalkan aku dengan teman cowok kamu." Aku tak tahan lagi. Aku sangat malu dan canggung.

"Hahahaha..." dia tertawa. Aku melihatnya lagi. Tawa itu. Tawa Bian yang selama ini hanya bisa kulihat lewat ingatan masa lalu.

"Kalian ini lucu, ya," dia tersenyum. Senyum itu. Senyumnya yang selalu kurindukan.

   Saat itu rasanya seperti ada yang memukul hatiku.
Ini tidak baik. Benar-benar tidak baik. Aku sudah sangat yakin bahwa perasaanku padanya sudah berubah. Lagipula, itu sudah berlalu tujuh tahun lamanya. Waktu yang cukup lama untuk melupakan seseorang.

  Terlebih saat tiga tahun lalu, ketika aku penasaran dan berusaha mencari kabar tentangnya, dia menjauhiku. Mengacuhkanku dan membuatku berpikir baik dirinya dan hatinya sudah bukan Bian yang dulu.

   Itu juga yang membuatku mengubur dalam-dalam perasaanku yang masih tersisa untuknya. Dan aku berhasil melupakannya. Menganggapnya hanya seseorang yang jadi masa lalu.

   Tapi, saat ini, hanya dalam waktu sepuluh detik saja, dia mampu membuat dadaku berpacu dengan cepat. Membawaku melintasi kenangan-kenangan yang sudah lama berlalu. Menarik kembali dengan paksa akar perasaanku hingga tumbuh menjadi tunas. Ini tidak adil! Yang membuatku takut dan sedih adalah kenyataan bahwa hanya aku yang merasakan seperti ini.

   Bian yang ada dihadapanku saat ini milik Nia. Kekasih temanku. Itu artinya hatinya Bian yang sekarang milik Nia.

"Maaf, maaf! Hehe... Aku cuma berkata jujur tentang kamu kok, Han! Kalau aja aku cowok, aku pasti udah jatuh cinta sama kamu. Aku juga mau lihat, si Bian bego ini bakal gimana reaksinya? Dan ini diluar dugaan..." katanya, menggantung.

   Apa? apa yang Nia rencanakan? Kenapa dia melakukan hal itu? Isi kepalaku jadi dipenuhi pikiran negatif. Apa sejak awal dia sudah tau kalau aku dan Bian saling mengenal dan pernah memiliki hubungan? Lalu mempertemukan kami seperti ini?
Aku menjadi gugup. Keegoisan hatiku setengah berharap Nia tidak tau tentang masa laluku dan Bian.

Sekali (lagi) Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang