Prolog

1.5K 161 17
                                    


"Jangan menangis."

Mudah bagimu untuk mengatakan itu. Melihatmu dalam keadaan terlemah dengan sebuah lubang pada rongga rusukmu, bagaimana mungkin tidak membuatku sedih? Bahkan secara tanpa sadar, air mata mengalir begitu saja dari pelupuk mataku, menjatuhi ujung jemarimu yang mengusap pipiku dengan lembut. Berkali-kali kau menggelengkan kepala, mencoba menegaskan permintaanmu padaku. Namun aku tak sanggup. Aku terlalu tenggelam dalam dukaku.

"Kumohon, jangan tinggalkan aku." pintaku dengan suara sesenggukan.

Kau hanya tersenyum sekilas—lemah dan beku dengan wajah yang mulai pucat membiru.

"Semua manusia pasti mati. Tuhan hanya memanggilku sedikit lebih cepat." katamu dengan suara yang mulai bergetar lemah.

Seandainya aku mampu, kuingin semesta mengabadikan momen ini, merekamnya dalam suatu ingatan yang bisa kuputar berkali-kali sampai aku tak sanggup melupakannya. Meski jiwa dan ragamu tak lagi bersamaku, setidaknya rasa cintamu akan selalu melingkupiku.

"Berjanjilah." Sebelah tanganmu mencengkram lenganku. "Kau tidak akan membenci manusia karena aku. Tidak semua dari mereka jahat, Hyung."

Dengan semua yang terjadi padamu. Aku tidak bisa melakukannya. Meski aku tidak menginginkannya, hatiku secara otomatis membencinya—mereka para manusia yang telah melukai kita secara fisik maupun mental.

"Taetae-ku Sayang, semoga kau... selalu... berbahagia."

Kedua kelopak matamu yang indah menutup perlahan ketika tubuhmu sedikit mengejang. Tak ada lagi napas yang terhembus dari hidung mancungmu, juga detak jantung yang bergemuruh di dadamu.

Kau berhenti bergerak sepenuhnya.

"Tidak...Kumohon... Aaaaaaarrgh!!!"

Lolongan kerasku menggema di antara api terang yang menyala—membakar tumpukan mayat dengan berbagai senjata yang tertancap pada tubuh mereka. Dukaku menguar bersamaan dengan tangis tak terperi yang sedari tadi berusaha kutahan sekuat tenaga.

Pedih...Mengapa terasa begitu pedih?

Kuharap ini hanya bunga tidurku. Kuharap ini tak pernah menjadi kenyataan yang menghantuiku selama lebih dari lima ratus tahun. Kuharap demikian.

Namun sayang, Tuhan tak pernah sebaik itu padaku. [ ]

ELF (KookV / KookTae)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang