Bagian 1: Keberangkatan

37 8 4
                                    

"Pa, aku udah di Husein Sastranegara. Udah check-in barusan, bentar lagi mau boarding. Nanti pas di Jakarta, aku dijemput siapa?" Nadine sebenarnya sedikit takut, karena ini pertama kalinya Nadine pergi ke luar kota sendirian. Um, dia memang pernah ke Jakarta buat event live acoustic, tetapi itu dengan teman yang ia kenal dari daerahnya ini.

"Kamu 'kan nyampai di sana sekitar jam satu siang, ya. Jadi, Nanti kamu dijemput Alzi kalo dia sempat sesudah salat jumat, atau kalo dia nggak sempat, berarti kamu dijemput tante Rani," ucap Papanya di seberang.

"Oke, deh, Pa."

"Okay, safe flight, Sayang! Kalau ada apa-apa, kasih tau Papa langsung, ya."

"Iya, Pa. Good bye. Cepet libur ya, Pa. Pokoknya Nadine mau ketemu Papa."

"Iya sayang, dah ya, I love you." Papa memutuskan telepon.

***

Nadine telah sampai di bandara soekarno-hatta, dan sekarang ia sudah berada di dalam mobil bersama dengan Tante Rani dan Mila. Mila adalah anak terakhir Tante Rani, dan umurnya delapan tahun.

Astaga! Kayaknya, Nadine lebih baik dihapus dari daftar keluarga besar, deh. Masa dia sama sekali tidak tahu dengan mereka. Sedangkan Tante Rani sudah seperti mengenalnya dari lama saja. Memang benar, sih, Tante Rani bilang, dulu sewaktu Nadine kecil, Nadine sangat sering ke rumah Tante Rani buat main bareng anak sulungnya yaitu Alzi.

Tapi, kenapa Nadine bisa tidak ingat seperti ini, ya? Padahal dia belum pikun-pikun banget.

"Kak Nadine cantik banget." Sontak Nadine kaget saat Mila yang berada di kursi penumpang di belakang langsung mencondongkan badanya ke arah Nadine yang ada di depan.

"Hah? Uh, makasi, Mil," ucap Nadine yang sebenarnya malu. Lalu Nadine melirik ke arah Tante Rani yang sedang fokus ke jalanan.

"Mila juga cantik, lucu lagi," lanjut Nadine.

Mila tersenyum riang. "Tapi, Mila kulitnya gak seputih kakak," balasnya lalu menekuk wajahnya murung.

"Eh, kamu kan masih kecil, Mil. Gak putih-putih banget gak papa. Kak Nadine dulu waktu seumuran kamu, kulitnya juga sama kayak kamu kok. Nanti pas udah gede, baru rawat diri. Iya 'kan, Kakak Nadine?" Tante Rani langsung buru-buru menjawab pertanyaan Mila saat melihat Nadine yang sepertinya tidak tahu ingin menjawab apa.

"Ah, iya," Nadine berhenti sejenak. "Tapi Tan, Nadine sebenarnya gak ingat bagaimana Nadine pas masih kecil. Cuma pernah liat di album foto lama, tapi Cuma dikit dan gak terlalu jelas."

"Kamu ... bener-bener gak inget?" tanya Tante Rina dengan ekspresi yang mulai sedikit serius. Membuat suasana menjadi sedikit tegang.

"Nggak, Tan."

Tante Rani hanya mengangguk-anggukkan kepala dan menggumamkan kata-kata dengan pelan dan Nadine tak bisa mendengarnya karena setelah itu, Mila langsung mengajak Nadine berbicara.

Mereka sudah sampai di sebuah rumah putih bertingkat, rumah yang cukup besar, namun sebenarnya masih lebih besar rumah Nadine. Saat masuk, Nadine langsung disambut oleh pembantu yang membukakan pintu rumah. Bi Sasti namanya.

"Bi, kamarnya udah di beresin, 'kan?" tanya Tante Rina.

Bibi mengangguk pelan, "Udah, Bukbos, tinggal tidur cantik aja."

"Yaudah, tolong anterin Nadine ya, Bi. Saya mau ke kamar dulu. Yuk, Mil."

Nadine berjalan di sebelah Bi Sasti, sambil Bi Sasti memperkenalkan beberapa ruangan. Dan ruangan terkahir adalah kamar Alzirus Araine---oke, sebenarnya Nadine baru tahu bahwa namanya Alzirus, dia kira Alzi saja—yang terletak di depan kamar yang akan menjadi kamar Nadine saat ini.

Tetapi, di antara semua ruangan, hanya kamar Alzi yang tidak dibuka Bi Sasti. Kata Bi Sasti, sih, Alzi tidak memperbolehkan siapapun membuka apalagi masuk ke kamarnya tanpa seizin dirinya.

Sebenarnya, Nadine juga gak mau tau isinya apa. Akhirnya setelah Bi Sasti berkata panjang lebar tentang Alzi dan beberapa hal di rumah ini. Nadine menjadi tahu bahwa keluarga ini sangat harmonis, walau Om Ramzi pulang hanya sebulan sekali, dan Tante Rina yang juga sibuk di butik miliknya.

Nadine mengganti baju kemudian mengambil handphonenya. Ia akan menghubungi Papanya.

"Semoga, liburan kali ini menyenangkan," ucap Nadine kepada dirinya sendiri setelah telepon ditutup. []

°°°
Gue tahu ini gaje.

Cerita tentang NadineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang