Nadine merasa badannya pegal-pegal setelah bangun tidur. Efek tidur sampai sore banget, bukannya segar malah jadi pegal. Bangun pun rasanya malah tambah pengen tidur lagi. Tapi, mau tidak mau, dia harus bangun karena sudah jam lima sore, waktunya Nadine buat mandi.
Di rumah ini, kata Bi Sasti, ada tiga kamar mandi. Kamar mandi utama ada di bawah deket dapur, yang satu lagi di kamar Tante Rani dan Om Ramzi, satunya lagi kamar mandi khusus buat Bi Sasti, letaknya ada di dekat kamar Bi Sasti di bagian belakang
Nadine bergegas membuka kopernya dan mencari handuk, setelah dapat, dia langsung menaruh handuk di pundaknya dan membawa baju ganti kemudian segera turun ke bawah untuk mandi.
"Wah, sabunnya sama, ya, kayak yang di rumah. Bau melon ...," gumam Nadine sambil mengenakan baju ke tubuhnya. Setelah semua beres, Nadine keluar dari kamar mandi dan menaruh handuknya ke tempat handuk-handuk. Agar nanti kalau mau mandi gak perlu ribet-ribet bawa handuk dari kamarnya.
***
"Kak Nadine, disuruh Mama turun, kita makan malam dulu." Terdengar suara lucu Mila dari luar kamar Nadine sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar.
Nadine yang sedang memainkan handphone-nya itu segera meletakkannya ke nakas, lalu berjalan keluar. Sebenarnya perutnya dari tadi minta diisi makanan, karena terakhir dia makan di bandara Husein Sastranegara, Bandung.
Mila masih menunggu Nadine rupanya. Setelah Nadine keluar dari kamarnya, Mila langsung mengaitkan jari-jarinya ke tangan Nadine, lalu mengajaknya mengobrol sampai tiba di ruang makan.
Sepertinya, Mila sudah menyukai untuk berteman dengan Nadine.
Saat sampai di meja makan, di sana sudah ada Tante Rani dengan senyum yang manis, lalu ada Bi Sasti yang mengantarkan makanan, yang terakhir ada seorang lelaki yang ... tampan. Tampan sekali. Nadine sampai terperangah melihatnya. Tapi, buru-buru ditepis pandangan berlebihan itu, Nadine kemudian mengambil tempat duduk di sebelah lelaki tampan yang Nadine tebak, itu adalah Alzirus.
Tante Rani duduk di hadapan Alzi dan Mila duduk di hadapan Nadine. Kursi utama hanya boleh di duduki Om Ramzi.
Mereka makan dengan khikmat. Tak ada yang berbicara. Setelah mereka makan, barulah Mila langsung mengajak ngobrol Nadine dengan pertanyaan-pertanyaan anak kecil.
"Kak Nadine, temen kakak banyak gak, di sekolah?" Mila membuka percakapan di makan malam kali ini.
"Kakak Homeschooling. Gak ada teman, hihi," ucap Nadine sambil tersenyum. Wajahnya menjadi lebih imut.
Mila mengerutkan kedua alisnya. "Homeschooling itu apa?" tanyanya.
"Homeschooling itu, sekolahnya di rumah. Sendirian, gak ada orang lain kecuali Kak Nadine sama gurunya. Gitu." Terdengar suara berat seorang lelaki di meja ini yang menjawab pertanyaan Mila sebelum Nadine menjawab. Nadine merasa grogi sama si lelaki ini, tapi tak elak untuk memandang wajah pandangable itu. Hah! Nadine sepertinya sudah gila.
"Oh gitu ya, kak. Gak enak, dong, gak ada temennya. Sepi."
"Iya gitu, Mil." Nadine kembali menyurahkan senyumnya sambil memandang ke arah Alzi yang ada di sebelahnya dengan seksama.
"Eh Mila, ikut Mama yuk. Kita ke butik Mama sebentar, tadi siang ada yang lupa Mama ambil," Tante Rani berdiri dari kursinya dan di balas "ayo" oleh Mila. "Nadine, Tante pergi sebentar, ya," lanjut Tante Rani, dan dibalas anggukan oleh Nadine.
Alzirus berdiri dan diikuti oleh Nadine. Nadine sebenarnya bingung mau ngapain lagi setelah ini. Alhasil, dia mengikuti Alzi naik ke atas. Alzi membuka pintu kamarnya, dan Nadine berbelok ke kamarnya juga.
"Eh," Alzi menangkap tangan Nadine, lalu Nadine langsung berbalik badan.
"Iya?" tanya Nadine pelan. Gugup. Mungkin kata itulah yang pas untuk mewakili perasaan Nadine sekarang.
Alzi masih memegang tangan Nadine. "Besok mau ikut gua jogging, ga?" tanyanya.
"Ah? I-iya." Demi apapun, tolong Nadine, ini kenapa jadi kikuk seperti ini.
"Oke deh. Bangun pagi, ya." Alzi tersenyum sangat manis. Saking manisnya, tulang punggung Nadine seakan terlepas seperti tulang punggungnya spongebob dan Patrick saat naik roller coaster berapi mematikan.
"O-oke."
Duh, kenapa gugup, sih!
"Gak usah gugup gitu Nad, gua tau gua ganteng. Ahaha." Alzi menyugar rambutnya ala-ala baim wong di sinetron-sinetron zaman dulu.
"Iya, ganteng banget, ya Allah," Nadine menatap Alzi dari atas sampai bawah, lalu reflek menutup mulutnya. "Eh, anu ... maksudnya itu, enggak, itu ... ah," lanjut Nadine, lalu segera menunduk karena merasa pipinya memanas. Dia sangat malu pada sepupunya yang satu ini.
"Hahaha, makasi. Gak usah grogi dibilangin, kalo mau peluk gak papa." Alzi dengan gaya santainya nyengir-nyengir sok cakep, tanpa memikirkan nasib pipi Nadine yang semakin memerah karena malu.
"Ihh! Nyebelin." Nadine melepaskan tangannya yang dari tadi dipegang oleh Alzi, lalu masuk ke kamarnya yang berhadapan dengan kamar Alzi, tidak lupa dengan hentakan kaki seperti anak kecil.
Alzi tertawa sok keren. "Ya ampun, Nad, jangan ngambek."
"Ngeselin!"
"Maaf-maaf. Besok jangan lupa, ya," ucap Alzi sambil terkekeh.
"Iya," balas Nadine sok cuek. Padahal hatinya sedang dag-dig-dug-ser.
Alzi akhirnya masuk ke kamarnya dengan keadaan masih tertawa, dan Nadine menekuk wajahnya sebal.
Tetapi, sebenarnya Nadine merasa bahagia malam ini. Dia kira, Alzi orangnya bikin canggung begitu, nyatanya malah sebaliknya. Alzi orangnya humble dan ... ganteng bikin meleleh.[]

KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita tentang Nadine
ContoIni kisah Nadine yang sedang berlibur, dan tak sengaja liburanya kali ini akan menguak kembali ingatannya yang pernah hilang.