Nadine menatap layar handphone-nya. Melihat-lihat akun instagramnya yang sudah tiga hari tidak ia buka. Banyak notifikasi masuk, dan Nadine berniat untuk membalas satu persatu. It's okay. Jadilah seseorang yang ramah.
Instagramnya ramai, chat line penuh, tapi whatsapp tidak terlalu. Karena ia hanya menyimpan nomor Papanya.
Ngomong-ngomong soal Papa, Nadine jadi kangen. Video Call aja apa, ya? Tapi, nanti bagaimana kalau Papa sibuk? Huh. Chat aja dulu kali, ya.
Paaaa (terkirim)
Papa, sibuk ga? (terkirim)
Papaa (terkirim)
Huh! Nadine menghela napas panjang, pasti ayahnya malam ini sedang sibuk.
Sekarang sudah jam sembilan malam, Nadine mau tidur tak bisa tidur, tadi saat setelah makan malam, Mila sudah mengajaknya bermain dan sekarang pasti Mila sudah tertidur. Alzi tadi tidak makan malam bersama, karena dia pergi keluar. Entahlah, Nadine tidak tahu ke mana Alzi.
Hah ... sepi sekali.
Terdengar suara langkah kaki santai dari luar, sudah pasti itu adalah Alzi. Nadine yakin sekali.
Nadine berpikir untuk keluar sebentar sekedar menyapa Alzi, dia gabut sekali malam ini. Nadine mengambil handphonenya, lalu memasukkan ke kantung celana pendeknya yang sebenarnya tertutupi oleh baju tidurnya yang sedikit panjang.
Nadine berlari cepat seperti anak kecil saat membuka pintu kamarnya ketika ia mendengar suara langkah kaki Alzi sudah mendekat dan dibumbuhi senyuman lebar serta manis dari bibirnya.
"Adaw! Sakit," ucap Nadine spontan saat dirinya kebablasan berlalri sehingga menabrak punggung Alzi.
Alzi tertawa sambil reflek mengelus dahi Nadine. "Hati-hati makanya."
"Duh, kamu ngapain di situ, jadi nabrak 'kan." Nadine mengoceh sambil mengelus-elus kepalanya yang sedikit sakit.
"Hahaha, lo gak tidur?" tanya Alzi, lalu ia memasukkan kedua tangannya ke saku celana panjangnya.
Nadine menggeleng. "Gak bisa tidur," jawabnya sambil memajukan bibir bawahnya.
"Ya udah, main ke kamar gua aja, sini," ajak Alzi sambil menarik tangan Nadine dan membuat jantungnya menjadi berdetak kencang.
"Ya Allah, jantung Nadine kenapa kayak gini sih, kalo sama Alzi?" batin Nadine.
Nadine mengikuti Alzi yang menarik dirinya ke kamar. Ah, Alzi suka sekali sih, narik-narik. Termasuk menarik hati Nadine sampai ingin keluar dari tempatnya.
"Tunggu di sini bentar, ya. Mau mandi di bawah. Lima menit doang." Nadine mengangguk-angguk lalu mengacungkan kedua ibu jarinya ke arah Alzi, yang dibalas senyuman manis seperti es tebu yang diberi siklamat. Manisnya beda.
Setelah Alzi keluar, Nadine mulai melakukan aksi melihat-lihat kamar Alzi. Mulai dari sudut sana sampai sudut sini tak luput dari perhatiannya. Dinding ber-wallpaper abu-abu dan putih itu sangat menunjukkan sisi gentle Alzi. Kasur king size, lemari baju yang besar, dan ada yang menarik perhatian Nadine yaitu sebuah bingkai foto yang dipajang di atas meja belajar Alzi. Bingkai foto yang isinya adalah dua orang anak kecil, perempuan dan laki-laki. Laki-laki itu terlihat sedang merangkul perempuan di sebelahnya. Mereka tersenyum lebar. Dan seketika Nadine seperti pernah melihat orang di foto ini.
"Ah! Ini yang pernah aku liat di album fotonya Papa, 'kan? Kok ada juga di Alzi, ya?" tanyanya pada dirinya sendiri sambil mengangkat bingkai foto itu untuk melihatnya lebih jelas.
"Nad?" panggil Alzi dengan tiba-tiba. Sontak Nadine yang memegang bingkai itu tak sengaja menjatuhkanya.
Nadine panik. "Aduh. Maaf-maaf. Beneran gak sengaja. Nadine minta maaf, Al." Nadine kemudian membersihkan pecahan kaca bingkai.
"Udah-udah gak papa." Alzi hanya mengembuskan napas. "Sampahnya buang di situ aja," ucapnya sambil menunjuk ke arah tong sampah di dekat pintu.
Nadine segera membuangnya, lalu berbalik ke arah Alzi dengan takut-takut. Dari raut wajahnya, sepertinya Alzi sedikit marah karena Nadine menjatuhkan barangnya.
"Al, maaf, ya." Nadine memasang wajah imutnya.
Alzi tersenyum dan mengelus-elus kepala Nadine. "Gakpapa, Nad," ucapnya, "duduk sini dulu, deh," lanjutnya sambil mengajak Nadine untuk duduk di kasur king size bermotif kungfu panda pada spray nya.
"Lo barusan manggil gua 'Al', ya?" tanya Alzi setelah Nadine duduk di sebelahnya.
Tiba-tiba Nadine merasa suasana menjadi sedikit canggung. "Hah? Iya. Emang kenapa?" Nadine balik bertanya.
"Lo kok jadi kaya gak kenal gitu, ya, sama gua," ujar Alzi tanpa menjawab pertanyaan dari Nadine.
Nadine menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Kaya gak kenal gimana? Bukannya ... ini kita pertama kali ketemu, ya?"
Alzi terbelalak sedikit. "Pertama kata lo?" serunya, "lo pura-pura lupa apa gimana?"
Nadine mengerutkan dahinya. "Pura-pura lupa gimana? Aku gak tahu. Yang aku tahu, ini pertama kalinya aku ketemu kamu."
Alzi mendekatkan wajahnya ke wajah Nadine. "Lo demam, ya?" tanya Alzi.
"Aku gak ngerti," lirih Nadine.
"Hei, masa lo gak inget sama gua? Dulu waktu kecil kita sering main bareng. Sampai kelas tiga SD, Nad. Gak mungkin lo lupa." Alzi terlihat serius dalam ucapannya.
"Aku ... aku bener-bener gak tau. Sumpah." Nadine mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya ke samping telinga kanannya.
"Oh, ya udah." Alzi terlihat menyerah. "Masih belom ngantuk?" tanya Alzi.
Nadine menggeleng cepat seperti anak kecil. "Belum," ucapnya.
Alzi mengangguk. "Hape lo, mana?" tanya Alzi
Nadine bingung. "Buat apa?"
"Udah, sini-sini." Nadine langsung merogoh saku celana pendeknya, lalu memberikan handphone-nya pada Alzi.
Alzi mau apa, sih? tanya Nadine dalam hati. []
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita tentang Nadine
Historia CortaIni kisah Nadine yang sedang berlibur, dan tak sengaja liburanya kali ini akan menguak kembali ingatannya yang pernah hilang.