1

160 12 1
                                    

Namaku Atulliyah Aperisyiya. Biasa dipanggil Atul sih. Aku baru duduk di kelas X IPA 1 sejak sebulan yang lalu. Meski aku anak IPA 1, aku bukanlah siswa yang pintar, rajin, dan sebagainya. Malah, aku adalah siswa yang bego, pemalas, dan absurd. Mungkin aku hoki sehingga bisa duduk di kelas yang penuh dengan anak yang smart ini. Hehe.

" Tul!" Seru seseorang mengagetkanku.

Aku menoleh." Iya, ada apa?" Tanyaku.

Gadis itu, Rui terkekeh." Itu, Pak Ihsan menyuruhmu maju. Kerjain soal PR kemaren di papan tulis sana," ujarnya kemudian.

Aku berdecak." Kenapa harus aku?" Gumamku pelan. Aku pun segera bangkit dari tempat dudukku dan maju ke depan kelas.

" Atul, kamu kerjakan PR nomor 2a dan 2b ya," ucap pak Ihsan sambil menatapku tajam.

Aku bergidik ngeri. Pak Ihsan memang merupakan salah 1 guru killer disekolahku ini. Kalau gak bisa jawab, mungkin aku bakalan dibunuhnya, hehe. Canda ding.

Aku tergagap."Ma.. maaf pak. Saya enggak paham sama soal nya pak, jadi saya nggak bikin PR nya pak," ucapku jujur, walau masih dengan perasaan takut dan cemas.

Pak Ihsan terdiam." Oh, jadi kamu gak paham sama PR yang saya kasih?" Tanya Pak Ihsan.

Aku mengangguk dengan takut-takut.

" Yasudah, kalau kamu gak paham gapapa. Saya hargai kejujuran kamu," ucap Pak Ihsan.

Aku tersenyum lega." Alhamdulillah selamat," batinku.

" Tapi, walaupun saya menghargai kejujuran kamu, kamu akan tetap saya hukum. Nilai tanggung jawabmu kurang. Walaupun kamu enggak paham soalnya, kamu harusnya mencoba untuk bertanya maksud soal tersebut ke teman kamu, jadi seenggaknya dimata saya kamu masih ada usaha," ujar Pak Ihsan.

Aku cuma menunduk." Maaf, Pak,"

Pak Ihsan mengangguk-angguk. " Yasudah, besok sepulang sekolah, kamu datang ke X IPA 5 ya," ucap Pak Ihsan.

"Ngapain tuh pak?" Tanyaku penasaran.

" Mengerjakan soal matematika-lah," jawab Pak Ihsan sekenanya."Yasudah, sana duduk kembali ke tempatmu," perintah Pak Ihsan.

Aku pun menurut. Aku kembali ke tempat dudukku. Teman sebangku-ku, Rui malah tersenyum lebar." Mampus kamu," ujarnya.

Aku cuma diam dan sedikit ketawa kecil yang dipaksakan.

***

Malam ini tak seperti malam biasanya. Jika pada malam biasanya aku hanya main Hp, malam ini aku belajar, dan Hp aku simpan jauh-jauh. Sengaja, biar nggak menggoda aku saat belajar, hehe. Aku tau ini adalah adegan berbahaya yang hanya bisa dilakukan oleh manusia profesional, namun adegan berbahaya ini harus aku lakukan demi mendapatkan nilai bagus di mata pelajaran horror, yaitu matematika wajib.

Jam sudah menunjukkan pukul 00.15. Aku menguap, lalu mengucek-ngucek mataku.

" Duh, udah larut malem aja nih. Ga kerasa udah jam 00.15 aja," gumamku. Aku pun memandangi buku buramku yang sudah penuh terisi oleh latihan matematika wajib, dan tersenyum lebar.

" Alhamdulillah, akhirnya kelar juga. Semoga usahaku malem ini gak sia-sia ya Allah," do'aku.

***

Bel pulang sudah dibunyikan sejak 15 menit yang lalu. Aku baru saja selesai piket, dan langsung menuju ke kelas X IPA 5. Di kelas tersebut, aku melihat hampir semua kursi sudah diduduki oleh murid kelas X, kecuali satu kursi yang berada dipojokan kelas. Maklumlah, anak kelas X IPA 5 berjumlah 31 orang. Jadi, kursi yang berada di pojokan tersebut tersisa satu. Aku pun segera meletakkan tasku di atas meja dan memegang kursi tersebut. Baru saja aku memegang kursi tersebut, seorang cowok merebut kursi itu dari tanganku.

"Woi, ini kursi aku woi!" Serunya sambil tangannya tetap merebut kursi yang baru saja ku sentuh.

"Apa sih," ucapku sedikit kesal, lalu mengibaskan tangannya.

" Ini tempat duduk aku loh. Aku penghuni kelas X IPA 5. Kamu siapa? Anak mana? Enak aja ngerebut kursi ku," ucap cowok tersebut sambil nyolot.

Aku meremas ujung rok-ku. Sumpah, kesal banget sama cowok jelek ini. Mentang-mentang dia penghuni X IPA 5, enak aja dia ngerebut kursi ya g udah aku sentuh. Cih.

" Apasih. Aku yang nyentuh kursi ini dan meletakkan tas ku duluan, berarti aku dong yang duduk disini," ucapku dengan nada nyolot.

Si cowok pun kesal. Ia menatapku tajam. Dan entah kenapa, ia pun menjatuhkan tasku dari atas mejanya." Ups, sorry," ucapnya dengan nada mengejek.

Aku terdiam. Kesal banget, sumpah. Lalu aku pun mengambil tas ku yang jatuh, dan menatap cowok tersebut dengan tatapan tajam.

" Apa? Mau nantangin?" Ucap cowok tersebut dengan tampang sok berani.

"Nggak. Aku cuma mau liat name tag kamu aja kok," ucapku dengan nada sok baik, padahal dalam hati rasanya pengen ngebunuh tuh cowok. Aku pun melihat name tag cowok tersebut. Dan ternyata namanya adalah Arifasu Wicaksono.

" Oh, nama kamu Asu ya? Mantep," ujarku sambil mengacungkan jempolku.

Asu, atau lebih tepatnya Arif, mendecih kesal. " Arif woi Arif, bukan asu," ucapnya kesal.

Aku tertawa renyah." Serah," ucapku.

"Nama kamu siapa? Kelas berapa?" Tanya Arif kemudian. Ya, walaupun masih dengan tampang kesal dikit.

" Dih, kok malah kenalan. Modus eaaa," ucapku sedikit menggodanya.

Arif tampak kesal. "Cih" ujarnya mendecih.

Akhirnya Arif keluar kelas, dan meminjam kursi kelas sebelah. Setelah meminjam kursi kelas sebelah, ia pun akhirnya meletakkan kursinya disampingku.

"Lah, ngapain duduk disampingku?" Tanyaku heran.

"Pengen," Jawab Arif sekenanya.

Aku manyun.

"Ya karena gaada meja lain lah, Begooo," ucap Arif agak berteriak di dekat telingaku.

Aku mengelus-elus telingaku. " Ya ga usah teriak juga lah, Asu," ucapku sedikit kesal.

Arif tertawa. Ia tersenyum," Sengaja, hehe,"

Sumpah, sok cute banget.

"Ehem," Pak Ihsan berdehem." Baiklah, saya akan memulai kegiatan kita pada siang ini. Pada siang ini, saya akan memberikan 5 buah soal sebagai pengganti PR yang tidak kalian kerjakan. Jika nilai kalian tidak mencukupi KKM, maka saya akan memberikan kalian hukuman mengerjakan 2 buah uji kompetensi yang ada di LKS kalian. Saya harap kalian kemarin malam belajar, dan bisa mengerjakan soal yang saya berikan,"

Aku melotot. Masih tergiang ditelingaku kata-kata ' Jika nilai kalian tidak mencukupi KKM, maka saya akan memberikan kalian hukuman mengerjakan 2 buah uji kompetensi yang ada di LKS kalian'. Seketika aku langsung melemas.

" Mati aku. Mencapai angka 60 aja aku udah senengnya minta ampun. Huft, semoga usaha belajarku kemarin malam tidak sia-sia, Aamiin. Fighting!" Ucapku berusaha menyemangati diriku sendiri.

Arif yang duduk disampingku tersenyum geli." Makanya, belajar," sindirnya.

Aku tersenyum kecut." Belajar kok. Tapi aku takut nilaiku gak mencapai KKM," balasku.

" Dih, sok rajin," hujat Arif.

Aku hanya mengerucutkan bibirku.

Sesaat kemudian, 2 buah soal mendarat di depan mejaku." Nih," ucapku sambil menyerahkan sebuah soal. Arif terkekeh." Sankyu," ucapnya.

Aku mengangguk.

Hi guys
Maaf kalo gak lucu. Aku mau bikin cerita yang lucu sih, tapi ga lucu-lucu. Hehe. *plak.

Btw thanks yaa, buat yang udah ngebaca ceritaku. Aku harap kalian suka, hehe :v

Salam sayang

ApetoasuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang