2

133 10 9
                                    

Haii :v
Yeah, aku kombek wkwk :v
Btw sorry kalo jelek ya. Yang penting usahanya, hehe:3

Sudah setengah jam waktu berlalu. Aku masih sibuk mengerjakan soal-soal yang diberikan pak Ihsan. Walaupun cuma 5, namun soalnya lumayan susah.

" Psstt, pssst. Woi woi, nomor 3 caranya gimana?" Tanya Arif dengan suara pelan.

Aku menoleh. Mendecih dengan suara pelan." Panjang," jawabku, lalu kembali sibuk mengerjakan soal.

" Cih, kita temen loh. Masa pelit gitu, huu," ucap Arif dengan sedikit nada kecewa.

Aku menoleh." Ih apa sih. Jangan nyontek. Belajar dong, kemaren. Usaha dulu, kalo gabisa baru nyontek,"

Arif mendengus kesal." Ini udah usaha, woi," ucapnya.

Aku tertawa kecil.

Arif mendecih. Akhirnya, ia pun berusaha nyontek jawabanku dengan melihat lembar jawabanku. Ia berubaha mendekat, dan melirik lembar jawabanku.

" Apaan sih," ucapku sedikit BT.

"Nyontek," jawab Arif sekenanya.

Aku menghela napas panjang." Maksa banget sih. Ya deh ya deh. Jawaban nomor 3 itu menurut aku x nya 5. Caranya tuh digambarin dulu grafiknya, baru dapet sumbu simetrinya. Inget materinya gak?" Ucapku sedikit mengingatkan.

Arif mengangguk-angguk." Inget kok, makasi," ucapnya, lalu kembali sibuk menyelesaikan soal yang sempat terhenti.

" Hm," jawabku pendek.

***

Satu jam telah berlalu. Aku telah menghabiskan waktu satu jam-ku yang berharga di neraka milik pak Ihsan.

" Alhamdulillah, kelar," batinku. Aku pun berjalan keluar dari kelas X IPA 5 dan tersenyum senang. Setidaknya aku telah terlepas dari neraka itu. Ku rentangkan tanganku, menguap lebar. Saat sedang merentangkan tangan, ternyata seseorang sedang berlari, dan ia tak sengaja menyenggol tanganku.

" Eh, maaf," ucapku refleks. Aku pun menghentikan aktivitas menguap lebarku, dan menoleh kearah orang yang menyenggol tanganku.

Ternyata, yang menyenggol tanganku itu Arif. Hm.

" Sok baik," hujatnya. Lalu ia pun tersenyum," Iya gapapa".

Aku mendecih." Nyesel minta maaf," gumamku sambil membuang muka.

" Ha? Apa? Kamu bilang apa?" Tanya Arif dengan tatapan tidak mengerti.

Aku mengangkat kedua bahuku." Kepo," jawabku singkat.

Arif mendecih." Oh iya, kamu kelas X IPA 1 kan?"tanyanya kemudian.

Aku menatapnya heran. Dengan ragu-ragu, aku mengangguk." Iya, tau dari mana?" Tanyaku heran.

Arif terkekeh." Tadi pas nyontek, aku gak sengaja liat kamu kelas berapa, hehe" ucapnya sambil nyengir.

" Oh. Terus kalo aku anak kelas X IPA 1 kenapa? Mau ketawa karena aku ikutan test matematika tadi, ha?" Ucapku sedikit sinis.

"Nggak kok," jawab Arif." Keren aja, ada anak unggulan duduk disampingku," sambungnya.

"Terus?" Ucapku rada cuek.

" Mau jadi pacarku?" Tanyanya langsung to the point.

Jleb.

Aku menganga.

" kenapa nembak?" Tanyaku sedikit nge-blush.

Arif menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal." Gatau. Pengen aja," jawabnya polos.

ApetoasuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang