Chapter 4 | His Demand

15.5K 1.1K 34
                                    



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tangan Liam terkepal dengan kuat dan wajahnya memerah. Kugendong tubuh mungilnya kembali ke kamarku. Aku akan memanfaatkan Liam sebagai tamengku malam ini. Memang terdengar licik, tetapi mau bagaimana lagi? Kalau sampai kejadian tadi terulang, aku tidak kuasa menahan pesonanya.

Saat aku memasuki kamar, Maxwell sedang berbaring sambil mengetik sesuatu di ponselnya. Dia hanya mengenakan kaus putih polos dan celana pendek. Aku sedikit merasa malu, tetapi langsung teringat kalau Maxwell tidak pernah mengenakan apa pun kalau dia tidur. Kurasa, dia tidak mau membuatku tidak nyaman.

Kepalanya mendongak saat menyadari kehadiranku, sementara Liam masih menangis dan saat aku melirik jam dinding, sekarang adalah waktunya menyusui. Aku tidak sadar kalau waktu sudah berlalu begitu cepat.

"Jaga dia untukku, aku mau ke kamar mandi."

Maxwell hanya mengangguk dan berusaha menenangkan Liam dengan menepuk tubuh mungilnya dengan lembut.

Aku segera memakai kaus dan celana pendek. Setelah kembali ke kamar, aku langsung ikut berbaring dan mulai menyusui Liam. Aku tidak malu melakukan hal ini di depan Maxwell, toh dia ayah Liam dan Maxwell tidak akan mau pergi dari kamar jika aku mengusirnya.

"Aku tidak menyangka kalau aku adalah seorang ayah," ucap Maxwell pelan. "Saat kulihat percakapanmu dengan adikku mengenai rencanamu untuk melarikan diri, aku sempat terkejut. Awalnya aku sedikit tidak percaya, tapi saat aku menghubungi dokter yang memeriksamu—yang sayangnya adalah dokter kerajaan—aku tidak tahu apa yang kurasakan. Senang? Pasti. Gugup? Tentu saja."

Aku menghela napas dan menurunkan pandanganku kembali ke Liam yang masih sibuk mengecap. Matanya terpejam dan tanganku bergerak mengelus kepalanya. "Sebenarnya, malam itu aku ingin mengatakan kalau aku hamil, tapi sepertinya aku tidak diizinkan untuk bahagia saat itu."

"Aku tahu. Seharusnya aku sadar dengan kondisimu. Kau selalu mual dan ... sialan! Seharusnya aku sadar, tapi justru sebaliknya!"

Aku hanya diam membisu. Maxwell juga ikut terdiam, tapi dia kembali membuka mulutnya. "Aku sudah tahu keberadaanmu sejak lama."

"Apa?"

Maxwell memperhatikan Liam yang sekarang sudah selesai menyusui. Sepertinya dia tidak berniat untuk tidur karena bukannya terpejam, kedua mata Liam justru terbuka lebar. Maxwell mengulurkan tangannya dan Liam langsung meraih tangan itu. Liam bukan tipe bayi yang langsung nyaman dengan orang asing, tetapi dengan Maxwell justru sebaliknya. Sepertinya dia tahu kalau Maxwell adalah papanya. Astaga, bahkan semua orang juga pasti tahu saat Maxwell menggendong Liam nanti, mereka akan melihat kemiripan di wajah Liam.

Tanpa mengalihkan mata dari Liam, dia menjawab dengan pertanyaan, "Bukankah sudah kukatakan kalau aku sengaja diam untuk memberimu waktu?"

Aku menggigit bibirku, menahan komentar yang sudah siap kuucapkan. Aku tidak mau menghancurkan suasana damai yang sedang ada saat ini dengan perdebatan. Kuputuskan untuk mengalihkan topik pembicaraan.

The Royal Heir (Book Two Of The Royal Series) ✔ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang