Setelah siap, aku berjalan ke kamar nursery dan mengangkat Liam yang sudah terbangun dan sibuk berceloteh. Tangannya berusaha meraih mainan yang menggantung di atasnya. Aku tersenyum dan mengangkat Liam ke dalam gendonganku.
"Lizzy, kau sudah siap?" teriak Ana dari bawah. Aku tidak membalas pertanyaannya dan lebih memilih untuk mengecek semua barang Liam.
Setelah itu, aku berjalan keluar dengan tas bayi di pundakku dan Liam berada di gendonganku. Aku kembali ke kamar tidur dan meraih tas tanganku. Untung saja, di rumah Ibu dan Ayah aku menyimpan sebagian pakaian. Jadi aku tidak perlu khawatir memakai pakaian kerja saat ini.
"Akhirnya kau muncul juga," komentar Ana saat melihatku berjalan menuruni tangga. Dia bertolak pinggang dan menatapku sebal.
"Maaf."
Ana menggeleng dan mengambil alih Liam dari gendonganku. Dia berjalan keluar dan aku memastikan keadaan rumah untuk yang terakhir kalinya sebelum menyusul Ana.
Alangkah terkejutnya kami ketika keluar rumah. Ana berdiri sambil menggendong Liam erat, sedangkan ada dua orang pria berjas hitam dengan tubuh kekar berdiri di depannya. Aku bisa melihat ekspresi mereka yang sangar. Lalu mataku menangkap sebuah headset di telinga kiri mereka dan pin yang tersemat di bagian kiri jas mereka. Tentu, Maxwell tidak berubah sejak dulu. Ucapannya mengenai pengawal benar-benar dilakukannya.
"Biarkan aku lewat!" teriak Ana frustrasi.
"Maaf, Nona. Yang Mulia melarang Anda untuk keluar rumah."
"Ada yang bisa menjelaskan mengapa kami tidak boleh keluar dari rumah ini?" tanyaku yang membuat kedua pengawal itu mengerutkan keningnya. Salah satu di antara mereka berbicara di headset dan yang satunya lagi menatapku dan Ana bergantian.
Tidak lama kemudian, seorang pria yang kukenali sebagai David, salah satu orang kepercayaan Maxwell alias si penegur, menghampiri kami. Lalu pria itu menoleh ke arahku dan membungkuk hormat.
"Halo, David. Seperti déjà vu, ya? Bagaimana kabarmu?"
David menatapku datar, tidak menghiraukan sindiranku. "Mohon maaf atas ketidaknyamanan ini, tetapi Anda tidak diizinkan Yang Mulia Raja untuk pergi. Mengenai alasannya, saya sendiri tidak bisa menjelaskannya."
Ya, sudah kutebak.
"Begini, David, aku hanya ingin pergi ke rumah kedua orang tuaku. Itu saja. Apa tuanmu itu tidak membolehkannya juga?" tanyaku dengan nada tidak percaya.
"Benar! Apa salahnya pergi ke rumah orang tua sendiri?" timpal Ana dengan sebal.
David terdiam memikirkan ucapanku, lalu dia mengeluarkan ponsel dari saku jasnya dan mengetikkan sesuatu. Aku mendecakkan lidah dan berjalan melewatinya. Ana mengikutiku dan terkikik geli. Baru beberapa langkah, kami kembali dihadang oleh dua pengawal menyebalkan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Royal Heir (Book Two Of The Royal Series) ✔ [SUDAH TERBIT]
RomanceSUDAH TERBIT. NOVEL DAPAT DIPESAN MELALUI SHOPEE DAN TOKOPEDIA TERSEDIA CHAPTER 1-5 SEBAGAI SAMPLE CERITA. A wattpad romance story. Book Two of the Royal Series wajib baca buku pertama untuk mengerti jalan cerita! DON'T PLAGIARISM! I DON'T HAVE ANY...