Prolog

6.5K 252 11
                                    

Valencia, Spain, 2000

Malam tahun baru adalah malam yang seharusnya dihabiskan dengan keluarga besar atau berlibur keluar kota. Berbeda dengan yang lain, pasangan suami istri yang tinggal dipinggiran kota Valencia ini lebih memilih menghabiskan tahun baru di kediaman mereka. Suara nyanyian anak perempuan yang kini tengah berdiri di depan layar tv menggema di ruang tamu. Ia berdiri membelakangi daddy nya yang sibuk membaca koran di sofa dan anak berusia lima tahun itu menari mengikuti gerakan cartoon yang di tayangkan di layar tv.

" London bridge is falling down, falling down, falling down

London bridge is falling down, My fair lady"

" Buid it up with wood and clay, wood and clay, wood and clay

Buid it up with wood and clay wood and clay wood and clay, My fair lady"

" London bridge is falling down, falling down, falling down

London bridge is falling down, My fair lady"

" Mom, Dad "

Anak perempuan itu menoleh ke arah pantry saat menyadari suasana rumahnya yang mendadak sunyi senyap. Daddy nya yang tadi duduk di sofa menemani nya juga menghilang entah kemana. Anak perempuan itu berjalan mendekat ke arah dapur saat mendengar suara grasak grusuk aneh dari sana.

" Mom..Dad" Panggilan anak perempuan itu berubah menjadi isakan kecil saat mendapati daddy dan mommy nya tergeletak diatas lantai marmer yang sudah berlumuran darah.

Anak perempuan itu dapat melihat mommy nya menatap tepat di matanya dan gerakan mulut mommy yang bergumam kecil yang dapat ditangkap oleh anak perempuan itu.

" Run, sweety." Ujar ibunya dengan suara tercekat sebelum menghembuskan napas terakhirnya bersamaan dengan sebuah pisau yang menancap ke arah jantung mommy.

Anak kecil itu memundurkan langkahnya. Ia melihat pria – pria itu. Pria bersetelan serba hitam dengan topi fedora yang menutupi sebagian wajah mereka. Anak kecil itu menutup mulutnya agar isakan tangisnya tidak terdengar. Ia melangkah mundur sedikit demi sedikit agar tidak disadari oleh pria – pria itu. Gadis itu masuk kedalam kamar orang tuanya dengan tubuh yang tidak berhenti bergemetar. Pikirannya kalut tidak tahu ingin bersembunyi dimana. Ia akhirnya memilih bersembunyi didalam lemari pakaian yang berada di pojok kamar.

Gadis itu mengintip di sela - sela lemari dan ia menyadari pintu kamar orang tuanya tidak tertutup rapat. Gawat. Ia tidak mungkin keluar lagi dari tempat persembunyiannya karena suara langkah sepatu pria – pria pembunuh itu semakin mendekati kamar orang tua mereka.

Langkah kaki pria itu berhenti di depan pintu orang tuanya. Anak kecil itu dapat melihat bayangan yang menyeruak dari celah lemari. Seorang pria yang berpakaian serba hitam itu masuk ke dalam kamar orang tua nya. Pria itu memandarkan matanya ke sekeliling kamar dan berhenti saat menatap lemari di pojok kamar. Lemari tempat anak kecil itu bersembunyi. Jantung anak kecil itu berdegup kencang saat pria itu melangkah semakin mendekat dan berhenti di depan lemari. Mata biru kehijauan pria itu seakan menembus celah lemari dan bersibobok dengan mata hijau gadis itu. Cengkraman tangan gadis itu pada mulutnya semakin kuat kala tangan pria itu memegang gagang pintu lemari hingga terdengar bawahannya memanggil.

"Boss" Panggilan dari dua orang bawahannya yang menyusul masuk ke dalam kamar orang tua anak kecil itu mengalihkan pandangan pria yang di panggil Boss itu.

Pria itu melupakan niatnya untuk membuka lemari di hadapannya dan membalikkan badan menatap kearah bawahannya yang kini tengah menunduk tidak berani menatap mata Boss.

" Everything is clear?"

" Yes, everything is clear, Boss. Mayat suami istri itu sudah dibereskan dan tidak ada bukti yang tersisa."

"grande" Ucap pria itu sebelum melangkah keluar duluan dari kamar orang tua anak kecil itu dan disusul dengan kedua anak buahnya.

Setelah merasa mereka sudah meninggalkan rumah, anak kecil itu keluar dari tempat persembunyiannya. Ia melangkah kembali ke arah dapur. Tangisannya semakin deras saat menyadari dapur rumah mereka sudah bersih seperti sedia kala. Mayat orang tua nya hilang. Ia mencari ke seluruh sisi rumah mereka dan hasilnya nihil.

Anak kecil itu melangkah tertatih – tatih kembali ke ruang tamu dan terduduk disamping tangga. Ia menenggelamkan wajahnya di lutut yang ia tekuk. Ia menangis keras saat menyadari ia hanya sendirian sekarang. Orang tua yang ia sayangi telah tiada. Dibunuh dan mayatnya pun hilang. Tahun baru yang seharusnya bahagia dilewati dengan tangisan. Ia meringkuk disamping tangga sendirian.

Entah sudah berapa lama ia menangis disana. Ia menangkap suara deru mobil mendekat dan diparkir di depan rumahnya. Tubuh gadis itu bergetar hebat dan kembali ketakutan. Pintu rumah mereka terbuka setengah dan menampilkan bayangan hitam seorang pria berkaki panjang. Pikirannya kembali mengarah kearah pembunuh orang tuanya tapi badannya tidak bisa bergerak dan hanya dapat berdiam disana saat pria berkaki panjang itu melangkah kehadapannya.

" Jangan takut." Pria itu meraih dagu gadis itu dan memperhatikan gadis itu lekat.

" Mulai sekarang aku yang akan menjagamu."lanjutnya lagi.

" Panggil aku, daddy." Pinta pria misterius itu.

" Daddy" Ucap anak kecil itu mengikuti pria itu dan membuat pria itu tersenyum.

"Ingat. Mulai sekarang namamu adalah Rose." Tekan pria itu sembari mengelus rambut coklat gadis itu.

" Rose." Ulang anak kecil itu lagi yang membuat senyuman pria itu semakin lebar.

Mafia's CaptiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang