Part 4

2.3K 123 12
                                    

Salah satu alis Adolfo terangkat naik melihat anak – anak perempuan asuhnya yang kini berada di hadapannya. Tidak ada satupun dari mereka yang lecet, kecuali Rose. Ia sedikit heran melihat luka pada lengan kiri Rose karena tidak biasanya anak perempuan kebanggaannya itu kembali dengan kondisi terluka walau sekecil apapun luka itu.

" jadi bagaimana dengan misi kali ini?" Adolfo bertanya setelah terdiam beberapa menit memperhatikan ke tujuh anak asuh yang ia minta untuk melaksanakan misi kali ini.

" Misi itu berjalan dengan baik, Daddy. Aku berhasil menyelamatkan anak pejabat yang disandera oleh musuh pejabat itu." Camelia menjelaskan dengan bangga.

Melihat tingkat kepercayaan diri Camelia membuat Lily memutar kedua bola matanya jengah. Penjelasan gadis itu tidak sepenuhnya benar namun ia dan teman – temannya terlalu malas untuk melakukan pembenaran.

" Apa kau tahu siapa yang mengirim mereka, Camelia?" Tanya Adolfo pada Camelia.

" Hmm.. Itu..." Camelia terdiam. Ia terlihat berpikir keras lain halnya dengan Daphne yang tersenyum mengejek Camelia yang tidak bisa menjawab.

" Aku tidak sempat menanyakannya, Daddy" Jawab Camelia pada akhirnya.

" Baiklah. Tidak masalah." Ujar Adolfo singkat.

" Kalian boleh kembali ke kapsul masing – masing." Tukas Adolfo mengakhiri pembicaraan mereka.

" Thanks, Daddy."

Lotus, Daphne, Lavender, Azzalea, Lily, dan Camelia berlalu meninggalkan ruangan kerja Adolfo menyisakan Rose yang terlihat masih enggan meninggalkan ruangan itu. Sebelum meninggalkan ruangan Camelia menatap Rose sekilas dan berdecih tidak suka pada Rose yang tetap tinggal di ruangan.

" Ada apa, Rose? Bukankah daddy sudah meminta kalian untuk beristirahat?"

Adolfo bertanya sembari mengambil cangkir kopi yang terletak di tepi meja kerja lalu menyesap cairan cafein itu dengan nikmat. Pria paruh baya itu menatap Rose yang sepertinya ada hal yang ingin di sampaikan. " Ada hal yang mengganggumu, Rose?"

" Daddy, Sepertinya aku telah menemukan pembunuh orang tua ku." Rose menyampaikan spekulasinya.

" Apa kau yakin, Rose?" Adolfo meletakkan cangkir kopi itu kembali pada meja dan menatap lurus pada Rose.

" Iya. Mata biru itu pasti dia. Aku tidak mungkin salah." Lanjut Rose dengan tegas.

" Rose, Kau tidak bisa hanya dengan mengandalkan warna mata seseorang. Ada berapa banyak orang yang memiliki mata biru di dunia ini dan kau tidak mungkin menuduh semua orang – orang bermata biru itu sebagai pembunuh orang tua mu, Rose." Adolfo mencoba memberikan pencerahan.

" Tapi, daddy.." Rose masih belum menyerah dengan keyakinannya.

" Cukup, Rose. Kita bahas ini lain kali saja saat kau punya bukti yang kuat." Adolfo memutar kursi kerja nya membelakangi Rose, tanda ia tidak ingin mendengar lebih lanjut lagi perkataan Rose.

Rose yang mengerti akan hal itu, hanya mengangguk mengerti sebelum melangkah keluar dari ruangan kerja Adolfo. Di sepanjang jalan, ia lebih banyak melamun. Memikirkan perkataan Adolfo yang memang ada benarnya.

Melihat sepasang sepatu yang menghadang jalannya membuat Rose mengangkat kepalanya malas. Siapa lagi kalau bukan Camelia. Sepertinya gadis itu terlalu kurang kerjaan hingga terus – terusan mencari masalah dengannya.

" Ada apa lagi, Cam?" Rose melipat kedua tangannya di depan dada, menanti Camelia untuk membuka mulut.

" Kau pasti melaporkan bahwa kau juga ikut andil dalam menyelamatkan anak pejabat itu kan?!" Tembak Camelia langsung.

Mafia's CaptiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang