Sesampainya di kelas aku duduk di barisan depan dekat meja guru. Citra meskipun dekat denganku tetapi dia tidak duduk Sebangku denganku melainkan duduk di barisan paling belakang pojok dengan temannya-Aldo yeah dia adalah salah satu Cowo termodus di kelas ini.
Sedangkan aku?
Aku duduk sendiri, cause Why? Karena aku cupu, jelek, biasa aja, kutu buku, pokoknya semua yang jelek di aku But, aku cerdas dalam pelajaran.
Biasanya yang jelek, kutu buku, cupu dan lain lain itu pasti bagus dalam bidang akademis. Karena kami para neard harus mati Marian belajar supaya ada yang dapat di banggakan dari diri kami. Itu menurut teori KU sih Sebenernya.
Jam pelajaran pertama dimulai dari guru killer matematika-Pak Agus.
Kuperhatikan dia mengajar. sampai di pertengahan pelajaran, pintu terbuka terlihatlah Cowo tinggi dengan tubuh atletis yang you know Lah berwajah males Lah menceritakannya.
Ku tundukan kepalaku bukan karena meleleh melihatnya tetapi menggerutu berisik karena perempuan-perempuan di belakang berisik, ada yang terang terangan membicarakan, ada yang terpekik tertahan melihatnya dan lain sebagainya.
"Ada apa kesini?" Tanya Pak Agus melihat Cowo tersebut. Cowo tinggi itu masuk kelas dengan cuek sambil berjalan dengan santainya tidak terlihat takut sama sekali melihat Pak Agus dengan wajah sangarnya.
"Saya di hukum karena terlambat, terus kata bu Reni saya suruh menghadap ke bapak karena kata bu Reni terserah bapak mau hukum apa saja ke saya." Ucapnya panjang lebar dengan wajah malas.
"Hukum dari saya ya? hmmm," ucap Pak Agus dengan tangan berada di dagu sesekali mengusapnya terlihat berpikir apa yang pantas untuk menghukum anak Cowo itu, "Kalo gitu kamu ikut pelajaran saya disini duduk di depan, cari bangku kosong. Saya gak mau tau pokoknya kamu harus paling depan bagaimanapun caranya." Lanjutnya.
"Hmm." Dehem nya dengan cuek, lalu berjalan menuju arah meja Dinda. Wait meja dinda
.
Meja Dinda
.
Dinda
.
Dinda pun hanya menghela nafas, berdoa supaya si Cowo ini terlihat biasa saja dengannya.Dinda pun kembali fokus terhadap pelajaran sampai,
"Pinjem buku," Ujarnya dengan wajah cuek, dikasih Lah buku kosong Dinda,
"Pinjem pensil,"
"Pinjem penghapus,"
"Pinje-"
Dinda yang kesal karena sedari tadi Cowo itu tiada hentinya meminjam barang Dinda, ia pun melirik Cowo itu lalu menatapnya dengan malas dan menghela nafasnya sesekali.
Ia tidak berbicara, Cowo itu pun yang merasa diliatin menatap Dinda yang tak kalah cuek lalu mengangkat alisnya tinggi tinggi seolah bertanya. Dinda menggeleng pelan lalu menaruh tempat pensilnya dengan sedikit kencang ke arah bukunya.
"Kalo mau minjem kenapa gak sekalian tempat pensilnya dan segala isinya di pinjem, biar gak berisik. Bikin gak konsen orang belajar aja!" Ucap Dinda dengan pelan masih dengan suara tergolong sopan.
Cowo itu-Vano menatapnya dengan tak percaya, bahwa kali ini ada orang yang memarahinya, ya meskipun dengan cara halus, membuatnya tercengang tapi setelah itu balik ke wajah biasanya dengan stay cool.
"Baguslah, jadi gue udah gak repot repot lagi ngeluarin suara buat minjem ini itu ke elu." Ucapnya dengan tenang, Dinda hanya menghela nafas pelan lalu matanya kembali ke papan tulis sang guru sedang mengajar.
Saat pelajaran berlangsung vano terlihat berpikir, tidak memperhatikan Pak Agus mengajar, yang Vano heran biasanya kebanyakan cewe jika duduk disebelahnya bakalan memekik pelan tetapi anehnya cewe Disampingnya ini begitu biasa aja. Apa cuman trik kali ya? Supaya biar gue penasaran sama dia?. Batinnya.
***
Hallorrr comebekk egenn with mehh!!!,
Nanti malem jam 00.00 bakalan tahun baru Yee, harapannya sihh supaya bisa nerusin nih cerita, gak labil dan sebagainya,
Mau cerita dikit aja sihh.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIVANO
Teen FictionAku gak tau, apa yang terjadi denganku. Tiba saatnya KU mencintai, tapi rasanya hati ini ditunjukkan untuk memilihmu. Akankah kamu menerima perasaan ini atau malah pergi menjauh dariku. Mencoba untuk menggapai mu Memanglah susah KU bangaikan bumi d...