[1]

65 3 2
                                    

Jadi, Inilah Awalnya

Mentari pagi sudah siap menyapa hangat setiap insan yang melihatnya. Namun sepertinya Areta Luvena Nesha, gadis yang kerap disapa Areta oleh teman-temannya itu masih tenggelam dalam pulau mimpi. Padahal ini adalah hari pertama ia memasuki sekolah menengah pertamanya itu.

Sang Bunda sudah memanggil Areta agar putri bungsunya itu bangun. Barulah dipanggilan keempat  Areta beranjak dari kasur yang membuatnya terlarut nyaman.

Gadis itu segera menguncir kuda rambutnya yang panjang dan berwarna kecoklatan. Menyisakan anak rambut yang membuatnya terlihat cantik. Lalu ia bergegas pamit dengan kedua orang tuanya.

"Ayah, Ibu, aku sama bang Genta berangkat dulu yaa. Assalamualaikum." pamit Areta kepada kedua orang tuanya sembari menyalami orang yang sangat dihormatinya itu.

"Waalaikumussalam. Iya, hati-hati, Sayang. Ibu sama Ayah selalu mendoakan yang terbaik buat kamu. Sukses di sekolahnya yaa."

"Aamiin."

"Ayo, Sha. Berangkat. Abang mau ada perlu sama temen nih" ucap sang kakak.

"Iyaa, bang Genta ku. Ini udah siap kok."

Tak perlu waktu lama, motor Ninja hitam milik Genta yang membawa Areta sudah tiba di sekolah yang dituju. SMP Magdala. Sekolah yang cukup favorit di kota mereka. Hiruk pikuk suasana sekolah dengan banyak murid yang baru masuk pun semakin terasa.

"Bang Genta cabut dulu ya, nanti kalau udah mau pulang. Line aja"

"Siap, bos"

***

Baru saja Areta menempelkan bokongnya di kursi kelas. Tak pelak murid-murid lain juga melakukan hal yang serupa dengannya. Tapi kali ini ada yang berbeda. Ia seperti menemukan seseorang. Seseorang yang saat masa MOPD ia kenal melalui sosial media.

Orang yang sedang diperhatikan itu terlihat seperti mencari-cari seseorang. Lantas Areta tidak menoleh ke arah orang itu lagi. Karena untuk apa juga Areta memperhatikan orang yang baru saja ia kenal beberapa hari.

Bunyi bel yang sudah ditunggu-tunggu seluruh siswa akhirnya tiba. Beberapa murid langsung menuju tempat pengisian perut yang sedari tadi berkompromi, kantin.

Lain halnya dengan Areta yang memilih untuk tetap di kelas. Menurutnya lebih baik di kelas daripada harus berantrian dengan yang lain demi sedikit makanan yang belum tentu mengenyangkan. Dengan tiba-tiba seseorang memanggilnya. Sontak membuat Areta yang tengah mengunyah roti sarapannya tadi pagi tersedak.

"Yang merasa namanya Areta, dipanggil temennya nih." Panggil seseorang yang tadi pagi sempat ia perhatikan sekilas.

Tanpa ba bi bu Areta segera menuju ke depan kelas menemui temannya. Melewati seseorang yang seperti menjaga pintu. Dengan sedikit canggung Ia menutupi setengah wajahnya menggunakan kedua tangannya. Bukan karena apa-apa tetapi Areta memang tidak suka diperhatikan orang baru.

"Permisi.."

"Ooh jadi ini yang namanya Areta." Tanpa disadari laki-laki itu mengulum senyum di bibirnya. Tetapi yang disenyumi tidak menghiraukan.

Setelah berbincang dengan temannya tadi. Areta segera kembali ke dalam kelasnya. Dalam hatinya Ia merapalkan doa agar bel pulang segera berbunyi. Suasana kelas yang sepi, sangat sunyi, tak banyak perbincangan membuatnya bosan dan ingin pulang.

Benar saja, Tuhan cepat sekali mengabulkan permintaan Areta. Semua murid pun bersiap-siap untuk kembali ke rumah. Areta langsung membuka aplikasi Line.

Areta Luvena N. : jemput sekarang yaa

Genta L. Mahawira : otw

Tak usah menunggu lama, kakaknya sudah membalas chat darinya. Genta adalah tipe kakak yang sangat sayang dan peduli terhadap adiknya. Jadi kalau cuma masalah membalas Line Areta tak perlu khawatir untuk lama menunggu.

Kini gadis itu tengah memasang earphone untuk mendengarkan lagu Adele - Don't you remember yang menggambarkan suasana hatinya belakangan ini. Tetapi, Ia justru teringat dengan seseorang yang tadi pagi memanggilnya secara langsung untuk pertama kali.

Ternyata seseorang yang mirip itu, memang benar dia. Iya, dia Natha. Natha Putra Aldebaran.

Orang yang ditunggu sedari tadi akhirnya tiba, Genta sudah memunculkan batang hidungnya untuk menjemput sang adik.

Areta berharap dengan hari ini ia dapat merasakan kebahagiaan setelah dirutuki sedu sedan di masa lalu.

×××

AN

Hai, semuanya. Ini awal ceritanya mereka masih SMP gitu tapi galama-lama kok maksudnya ga SMP terus, karena ini baru awalan aja. Semoga suka yaa! Jangan lupa vote&comment, biar aku semangat buat ngelanjutin cerita ini. Hehe. Thankyou! 😊

SERENDIPITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang