Satu persatu kalimat meyakinkan keluar dengan begitu mudahnya. Bibir menari disertai senyuman, juga dengan matanya yang berbinar indah. Salwa Maina. Wanita matang yang percaya diri, dan berbahagia. Ia keluar ruangan dengan perasaan puas. Tidak ada yang perlu ia khawatirkan lagi. Baru saja menyelesaikan sidang skripsinya dan dinyatakan lulus.
Salwa duduk dan mengambil ponsel, memutar lagi vidio yang Zian kirimkan sebagai dukungan. Sedang mengkhayalkan pernikahan ia terkejut karena Meta memeluknya. Meta adik Salwa, mahasiswi di kampus yang sama."Ehm, yang sudah siap nikah," goda Meta. "Selamat."
Salwa tersenyum berterimakasih. "Sidangnya lancar, tidak sia-sia usahaku berapa bulan ini. Aku melakukannya dengan baik."
Zian muncul dengan buket bunga. Berjalan mendekat, pelan diiringi senyum yang tentu saja membuat Salwa membuncah karena bahagia. "Selamat ya, Sayang. Dengan begini kita tidak perlu menunda pernikahan lagi," kata Zian tersenyum simpul.
"Terimakasih karena mau menungguku," balas Salwa malu. Ia sudah mati-matian mengejar dosen pembimbing agar tidak membuat Zian bosan meminta restu orangtuanya.
"Aku turut bahagia untuk kalian," Meta menyemangati lalu beranjak. "Meta ada kegiatan."
"Apa kamu sibuk?" tanya Salwa pelan.
"Tidak. Hari ini khusus untukmu. Apa yang ingin dilakukan?"
Salwa menjadi yang paling bahagia. Ia menyelesaikan skripsinya dengan baik, punya calon suami yang menyenangkan dan tentu saja ia sudah memenuhi harapan orangtuanya. Itu semua kebahagiaan yang cukup untuk ruang hati kecilnya. Ia bersyukur, sepenuhnya.
+±+
Salwa mematut wajahnya lagi. Ia melempar senyum kepada cermin, dan pantulan itu membuatnya tersenyum sekali lagi. Salwa kini melihat jamnya. Ia sudah menunggu 30 menit, bersabar demi mengingat Zian yang menunggu berbulan-bulan untuk membawa Salwa ke pelaminan. Salwa akan tetap menunggu. Hari ini mereka akan memesan undangan setelah semalam tadi menentukan desain yang tepat.
Ponselnya berbunyi. Massanger.
"Selamat ya. Semoga sukses selalu."Salwa mengenal nama pemilik akun sebagai teman lamanya waktu di SMA. "Terimakasih. Bagaimana kabarmu?"
"Aku sekarang hamil anak ke dua. Kabarnya kamu akan menikah, apa itu benar?"
Salwa membalas chat dengannya. Ia sambil tersenyum karena tiba-tiba terpikir kalau dirinya mengandung. Tidak ada lagi Salwa yang bertubuh langsing, dan yang selalu cantik. Orang-orang akan melihat perutnya membuncit dan wajah pucatnya yang kepayahan. Namun Salwa tidak membenci harapan itu, ia malah tidak sabar untuk mengalaminya sendiri.
Sekedar membuang waktu Salwa melihat postingan temannya itu. Ia menemukan beberapa foto bayi lucu, foto hamil dan penikahan yang sepertinya seminggu lalu."Maaf membuatmu menunggu sayang." Zian mendekat dan menyerahkan setangkai bunga yang ia bawa. "Chat dengan selingkuhan?"
Salwa tersenyum menerima bunga itu. Zian selalu punya banyak cara untuk mengembalikan senyumannya. Zian yang selalu mengatakan 'maafkan aku' dan Zian yang akan menghubungi lebih dulu ketika mereka bertengkar.
"Aku sedang membalas chat teman," jawab Salwa kemudian.
Zian duduk di kursi sebelah Salwa. "Teman lama?"
"Ya, sepertinya dia menghadiri sebuah pernikahan minggu lalu." Salwa menatap Zian, "Kebetulan daerahnya dekat dengan rumah orangtuamu."
"Minggu lalu?" Zian tampak mengingat. "Entahlah. Aku di sini minggu lalu." Zian memang perantau. Dia berasal dari padang dan bekerja di sini.
Salwa antusias mengabari yang barusan dibacanya. "Kamu tahu, mempelai laki-lakinya punya nama yang sama denganmu."
"Benarkah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepertiga Malam Bersamamu (SUDAH TERBIT)
SpiritualNovel pertama dari seri Malam Part komplit di Dreame ❤❤❤ Bisa pesan via DM ya.. Apa yang biasanya dilakukan pasangan ketika sepertiga malam yang dingin, sepi dan tenang? Sepertiga malam bagi para pecandu kasih sayang. Setelah pengkhianatan yang Salw...