Mingyu masih di sana. Duduk di bangku bundar yang sempat didudukinya bersama ketiga temannya. Setelah pernyataan Minghao beberapa waktu lalu, ia memutuskan untuk tinggal sebentar.
Sebenarnya Wonwoo sempat menawarkan diri untuk menemaninya, tapi ia menolaknya dengan alasan ingin sendiri. Tanpa banyak tanya Wonwoo pun segera meninggalkan tempat, menyusul Hoshi yang sudah melangkah lebih dulu.
Mingyu menunduk, menjadikan sikunya sebagai tumpuan, sedang kedua telapak tangannya saling menggenggam.
Sakit. Benar-benar sakit. Setelah menahan perasaan untuk waktu yang lama, akhirnya semua berakhir dengan tragis. Semuanya pupus begitu saja seiring Minghao berucap.
Tunangan? Jangan bercanda. Mingyu tak siap dan tak akan pernah siap.
Bahu lebarnya bergetar. Sebisa mungkin ia menggigit bibir agar air matanya tak tumpah. Mingyu sungguh tak pernah membayangkan perasaannya kandas seperti ini. Ia pikir Minghao pun memiliki perasaan yang sama dengannya. Ia pikir usahanya tidak akan menjadi sia-sia.
Namun takdir berkata lain, Minghao telah menentukan jalannya. Mingyu paham betul bahwa sahabat kecilnya itu sangat menyayangi kakeknya. Untuk itu ia paham, Minghao tak mungkin bisa menolak perjodohan yang notabene adalah keinginan terakhir kakek Minghao. Sekalipun Mingyu ingin menghasut Minghao untuk menolak perjodohan itu dan menerima perasaannya, tetap saja sulit, sangat.
Rintik butiran salju tampak berjatuhan. Bagai sebuah adegan di dalam drama, Mingyu tampak menyedihkan. Menangis di tengah dinginnya hujan salju. Samar terdengar isakan bersamaan dengan tetes darah segar yang keluar dari bibirnya. Sepertinya menggigit bibir bukanlah cara yang efektif untuk menahan tangis.
"Sakit."
***
Wonwoo tak benar-benar pergi kala Mingyu menolak tawarannya. Meskipun sempat dihujani oleh beberapa pertanyaan dari Hoshi juga Minghao, akhirnya Wonwoo berhasil memisahkan diri dengan alasan ingin membeli sesuatu terlebih dahulu. Dan tentu saja itu bohong. Ia bersembunyi di balik pohon cemara yang berada tak jauh dari posisi Mingyu.
Dalam pandangannya, Mingyu terlihat begitu terpukul. Wonwoo tau betul bagaimana rasanya di posisi Mingyu saat ini. Ingin sekali ia berjalan menghampiri Mingyu, merengkuh tubuh yang lebih besar darinya, mencoba menghiburnya dengan mengucapam beberapa kalimat penenang. Namun Wonwoo tak cukup berani untuk melakukan semua itu.
Sudah cukup ia berdiri di sini. Mengamati Mingyu dari jauh, dan memekik kala melihat cairan merah tampak menetes dari bibir Mingyu.
"Dasar bodoh, kau malah menyakiti dirimu sendiri," gumam Wonwoo yang tentu tak didengar oleh Mingyu.
Tanpa sadar, terlalu lama menatap Mingyu yang sedang dalam kondisi tidak baik membuat mata Wonwoo terasa panas. Matanya tampak berkaca-kaca akibat dari air matanya yang menggenangi pelupuknya.
"Sakit!"
"Sakit!" Ulang Wonwoo dengan tangan yang terus memukul dadanya —seolah ia tengah melepaskan diri dari kesesakan.
"Apakah mencintaimu harus sesulit ini, Mingyu?"
Tbc.
Published on Dec 30th 2017
14.52
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] A Piece of You ☆ Meanie
Fanfictionpea-chy ©2017 [COMPLETED] you can never 'Just be Friend' with someone you fall in love with.