00.16

2.3K 319 12
                                    

Wonwoo marah pada Mingyu, ya tentu alasannya karena kejadian tadi.

Gila, pikirnya. Jika seperti ini terus, Wonwoo merasa ia akan mengalami penuaan dini, atau malah mati muda? Entahlah, yang pasti hidupnya tak akan tenang jika Kim Mingyu berada di sekitarnya.

Sudah cukup ia menahan perasaannya pada Mingyu, ia tak ingin kesulitan untuk menahan semburat merah di pipinya saat Mingyu menggodanya.

Meskipun hanya hal kecil seperti kejadian barusan, namun nyatanya Wonwoo benar-benar sesak dibuatnya.

Dan sejujurnya, Wonwoo ingin bersyukur. Bahwa ia bisa bergurau dengan Mingyu, berada di dekat Mingyu, ya, walaupun untuk memiliki hatinya itu terasa mustahil, tapi Wonwoo bersyukur.

Untuk saat ini, ia ingin melupakan semua penyesalannya karena telah mengenal Mingyu. Seburuk apapun Mingyu di hadapan Wonwoo, atau semarah apapun Wonwoo kepada Mingyu, ia tak akan pernah mampu untuk membenci namja bertubuh jangkung itu. Terlalu sulit, bahkan mustahil.

Dan kalau boleh Wonwoo berharap sekali lagi, bisakah ia melangkah lebih dekat ke arah Mingyu?

Bagaikan menekan tombol reset, bisakah Wonwoo memulai semuanya dari awal? Ia ingin membuka lembaran baru dalam buku hariannya. Melupakan seonggok fakta bahwa ia pernah terluka karena berani mencintai seorang Kim Mingyu yang sudah memiliki seseorang dalam hatinya.

Tapi, bukankah perasaan seseorang dapat diubah?


Dan Wonwoo yakin, kali ini ia akan mampu mengubah perasaan Mingyu. Mengalihkan pandangan Mingyu untuk selalu melihat ke arahnya, memperhatikannya, juga menyayanginya, bukan sebagai teman atau sahabat, akan tetapi tambatan hati.





Aku tak sabar sampai saat itu tiba, Kim Mingyu. Tunggulah aku, Jeon Wonwoo akan segera memulai perjalanan baruku.



***

Wonwoo masih saja enggan bersuara. Bahkan ucapan Minghao selaku tuan rumah pun ia acuhkan. Ia lebih memilih untuk asik sendiri dengan imajinasi liarnya.

"Hoshi, pemuda yang semalam itu siapa?," tanya Minghao sontak membuat semua yang sedang di sana mengalihkan pandang pada Hoshi.

Percayalah, ia terlihat gugup. Dan, —ohh, apakah ia gemetar? Lihat, tangannya yang tengah memegang cangkir tampak bergoyang pelan. Wonwoo pun sempat mendapati Hoshi tersedak teh barusan.

Pantas dicurigai.

"Ahh, aku pernah menabraknya dulu sewaktu di jalan, dan kami tanpa sengaja bertemu lagi," jawabnya yang hanya diangguki oleh ketiga sahabatnya.

Namun, jauh dari semua yang Hoshi katakan, Minghao justru tersenyum miring. Imajinasi liarnya tengah menerawang segala kemungkinan tentang sahabatnya dengan teman barunya.






"Kapan-kapan ajaklah ia kesini, aku ingin bertemu dengannya,"

"Hah?! Untuk apa kau ingin bertemu dengannya?"

"Entahlah, ingin saja,"

"Cih, alasan macam apa itu? Lagipula sebentar lagi ia harus kembali ke Seoul —ahh, aku baru ingat kalau ia akan segera pergi ke Jepang," ujar Hoshi sembari mengingat-ingat perbincangan mereka di kedai semalam.

"Benarkah? Hmm, kupikir aku akan menyesal jika tidak berkenalan dengannya," rajuk Minghao membuat Hoshi mngerlingkan bola matanya malas.

"Baiklah, baiklah, aku akan mengenalkannya padamu, juga Wonwoo dan Mingyu," final Hoshi.

Mereka pun tertawa dibuatnya.

































Tbc.

Published on Dec 15th 2017

21.39



ngehe sudah lama aku tyda apdet buku ini,

Bagaimana yeorobun? Apakah sudah tampak titik terang buat ni ff? 😂

[✔] A Piece of You ☆ MeanieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang